Chapter 17

26 6 0
                                    

Happy reading.....










°°°


Alvian menjatuhkan dirinya ke kasur, mengacak-acak rambutnya frustasi. Sungguh ia tak bisa mengontrol emosinya, semua keluar begitu saja. Niat ingin menyapa malah menjadi pertengkaran. Ia tak tau kenapa hatinya bergemuruh melihat Ray bersama orang lain. Apakah dirinya cemburu? Enggak! Nggak mungkin dirinya semudah itu jatuh hati, bahkan mereka jarang berbicara tanpa pertengkaran.

Cemburu..
Lo cemburu..

'siapa itu yang berbicara? bahkan dengan nada yang sangat menjengkelkan. Apakah hatinya?'

Tiba-tiba atensinya dikejutkan dengan seseorang yang membuka pintu kamarnya. Ia melihat dirinya bukan lebih tepatnya kembarannya yang seenaknya duduk dikasur dan bermain hp.

"Lo kenapa? Gak stres kan?!"

"Apa si?! Kebiasaan kalo masuk gak pernah ngetok pintu"

"Patah hati lo? Ck, yakali tumbang gara-gara satu cewek. Lemah!" Ucap Keenan meremehkan. Sebenarnya ia bingung saat Alvian tiba di rumah dia melewati nya tanpa menyapa dan berakhir dengan menutup pintu kamar dengan bar-bar. Tapi entah mengapa firasatnya mengatakan jika kembarannya itu sedang patah hati. 'apa gara-gara Ray?'

Walau Alvian tak pernah cerita tapi sesama laki-laki ia paham dengan gelatnya, di tambah Alvian itu kembarannya. Hanya saja kembarannya ini terlalu kaku, ia tak bisa menyampaikan maksud hatinya secara baik. Tipe laki-laki dingin dan bermulut cabe. Keenan akui itu karna karena ia adalah salah satu korbannya.

Dan sedihnya lagi Alvian jomblo dari lahir. Ok Keenan ingin tertawa memikirkannya. Tapi sekalinya jatuh cinta ya gini, bertepuk sebelah tangan. Lemah! Bahkan seperti ia tidak tahu cara PDKT yang baik. Keenan kali ini benar-benar terkekeh pelan.

"Kayaknya lo yang stres deh. Ketawa-ketawa sendiri. Udah sana keluar dari kamar gue" usil Alvian. Mereka kembar tapi susah sekali untuk akur, hanya saat tertentu saja dan itu pun akan di akhiri dengan aksi perang mulut. Mungkin karna mereka jarang bersama saat kecil.

"Lo kalo lagi patah hati kaya cewek, bawel. Sok-sokan diem di kamar, melow-melowan sambil denger lagu sedih"

"Anjir lu!" Alvian menendang Keenan hingga terjatuh dari kasurnya. "Kalo ngomong seenaknya aja. Lagian sok tau banget sama apa yang gue alamin"

Keenan mengaduh mengusap-usap bokongnya yang sudah berciuman dengan lantai. "Kampret lu! Lagian jangan lupa kalo kita kembar gue bisa rasain . Peka gue tuh. Tapi dasarnya punya kembaran goblok ya gini" ucap Keenan seraya berlalu meninggalkan kamar Alvian dan menutup pintunya dengan cara membanting.

"Sial! hari ini udah dua orang yang sebut gue goblok."

°°°

"Halo? Fan lo dimana?"

"Di rumah"

"Ke tempat biasa GC!" Ucap nya sedikit membentak.

"Ya elah. Ia gue otw. Santai dikit napah"

"10 menit Fania!"

"Shit! Psikopat dasar" orang disebrang hanya tertawa mendengar ucapan Fania. Dan langsung mematikan sambungan.

°°°

Dania saat ini sedang berada di rumah Ray, bertepatan dengan orang tuanya yang datang Diva meneleponnya dan menyuruhnya ke rumah Ray. Diva bilang Ray pulang dengan keadaan yang tidak baik-baik saja setelah percakapannya dengan Alvian.

"Ray, Lo gak papa?" Saat ini mereka sedang duduk di balkon kamar Ray .

"Gue gak papa Dan" Ray tersenyum, menyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.

RaySita / (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang