Chapter 22

27 5 1
                                    

Reyhan's family residence




Saat mendengar deru motor dihalaman rumah. Alvian langsung mendatangi kamar Keenan dengan tergesa. Masuk tanpa permisi dan langsung mendudukan dirinya di sofa dekat pintu.

Keenan memasuki kamarnya dengan santai. Bahkan ia tak terkejut saat melihat Alvian sudah berada di kamarnya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Alvian. Keenan terus berkutat dengan urusannya sendiri tak menghiraukan kehadiran Alvian.

Alvian mendengus "Lo tau Kee, gue merasa jadi orang bodoh disini. Gue saudara lo, saudara kembar. Tapi gue yang paling buta tentang lo. Gue tau kita gak tumbuh bersama dan jarang bertatap muka. Tapi gue gak tau kalo Keenan yang sekarang itu jauh berbeda, gue gak kenal lo. Gak kenal saudara kembar gue sendiri. Bahkan gue gak tau siapa orang yang harus gue percaya dan bela" ucap Alvian mengutarakan isi hatinya.

"Kita emang kembar Al. Kita emang satu darah. Tapi bukan berarti kehidupan kita juga harus sama. Lo anak bungsu keluarga Reyhan yang selalu di puja. Lo yang selalu mendapat kehangatan keluarga. Tanpa banyak berkorban lo bisa dapet segalanya. Itu gak adil Al. GAK ADIL!!" Teriak Keenan. Alvian terhenyak, mereka memang tak bersama sejak umur 9 tahun. Tapi semua hal itu bukan keinginannya. Bahkan ia memilih untuk tinggal bersama kakek dan neneknya, karna permintaan Keenan. Meninggalkan orangtuanya dan teman-temannya.

"Lo emang gak tinggal disini tapi mama dan papa selalu jenguk lo setiap minggunya. Memberikan semua keinginan lo tanpa harus merengek. Gue tau itu.Dan gue ditinggal sendirian di rumah. Kakek Nenek lebih sayang lo. Padahal, saat mama meninggal gue yang ada dirumah, gue yang ngerawat dia saat sakit. Bahkan gue yang menyaksikan dia merenggang nyawa. Gue ketakutan, gue sedih bahkan sampe sekarang gue menyesal karna nggak bisa melakukan pertolongan pertama. Tapi gue diacuhkan, gak ada seorang pun yang datang atau memeluk gue. Seakan keberadaan gue gak terlihat sama sekali!" Emosi Keenan sudah tak terkontrol. Alvian menatap sendu, ternyata Keenan salah paham selama ini. Bukan seperti itu kronologis sebenarnya.

"Kee..." Ucapan Alvian kembali terpotong.

"Bahkan setelahnya Lo langsung balik ke kampung tercinta lo itu. Lo ninggalin gue sama papa. Kita disini merasakan sakitnya kehilangan tapi lo malah senang-senang. Lo gak tau betapa makin tersiksanya gue. Saat papa selalu pulang malam dalam keadaan kacau. Menyibukkan diri dengan lembur dikantor. Gue sendirian Al. Gue kesepian. Gue ketakutan. Tapi LO KEMANA? LO KEMANA ALVIAN?!!" ok pertahan Keenan hancur sedikit air mata meleleh turun. Alvian bungkam, ia tau ia salah. Tapi tak semua pernyataan Keenan itu benar. Ada poin-poin yang ia tak tahu.

"Kee lo salah. Lo salah paham" ucap Alvian.

"Salah paham apa? Hah! Kenapa lo selalu bisa mendapatkan apa yang lo mau. Kenapa lo bisa menggenggam apa yang lo inginkan tanpa perjuangan. Kita memang kembar tapi takdir kita selalu bertolak belakang. Kita memang sama tapi kenapa selalu gue yang harus tersiksa, selalu gue yang harus berjuang dan akhirnya melepaskan karna mengalah pada adik bungsunya. Dan kini bahkan dalam urusan cinta pun kenapa harus pada orang sama. Apakah segitu bahagianya semesta menjadikan gue sebagai objek becanda. Tapi sorry untuk masalah cinta gue gak bisa toleransi, gue yang mengenal dia lebih lama jadi gue akan mempertahankannya dengan segala cara. Bahkan jika gue harus bunuh lo, gue rela" ucap Keenan tajam.

Lagi-lagi Alvian dibuat termangu dengan perkataan Keenan. Ia bingung apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa masalahnya jadi meluas begini. Dan masalah cinta. Mengiraukan perkataan Keenan yang bisa menghabisi dirinya. Alvian lebih memikirkan siapa sosok yang Keenan maksud? Setelah berpikir keras Alvian membulatkan matanya, satu nama terlintas di otaknya. 'Ray! Raysita. Tapi mana mungkin bahkan tapi Keenan memarahi Ray' tapi sedetik kemudian ia memukul kepalanya, berarti secara tidak langsung ia mengakui perasaannya terhadap Ray.

RaySita / (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang