Chapter 21

25 5 0
                                    

Happy reading.....













Pagi ini Ray di buat bingung dengan gelagat Alvian, biasanya dia akan menyapa tapi saat tadi mereka bertemu di parkiran ia langsung berlari. Bahkan Rivaldi menatap Alvian bagai musuh. Ingin rasanya Ray bertanya tapi ia takut membuat mood Abangnya itu semakin buruk.

Sampai di kelas Ray langsung menyapa Dania dan Fania. Yang kebetulan selalu datang lebih awal.

"Fan nanti makan bareng dong" ucap Ray, sudah beberapa Minggu ini mereka jarang berinteraksi. Ray semakin merasa ada jarak dengan Fania. Dan ada hal yang ingin Ray tanyakan setelah mendapat info terbaru dari Diva tentang Fania.

Jujur Ray merasa tidak percaya bahkan mendebat Diva beberapa kali. Tapi Diva berkata jika ia mendapatkan info langsung dari orang yang bersangkutan. Ini terlalu mendadak untuk Ray. Keenan? Apakan Fania dan Keenan bekerja sama selama ini?. Harusnya dari awal Keenan tak meminta bantuannya untuk mendekati Fania. Sungguh ia bingung apa yang mereka rencanakan.

"Hmm.." Fania menimbang..

"Ayo lah,, udah lama kita gak bareng. Lagian ada hal penting yang mau gue bicarain. Please.." Dania mendengus melihat sahabatnya memohon hanya untuk makan bersama. Sejujurnya Dania ada feeling buruk tentang Fania tapi karna mereka teman jadi ia bersikap biasa. Toh biarpun mereka sahabat pasti ada privasi yang membatasi.

"Ok! Nanti istirahat kita ngantin bareng" putus Fania yang membuat senyum Ray mengembang.

°°°

Ray mencari tempat duduk untuk 4 orang, sedangkan Dania dan Fania memesan makanan. Diva datang dan bersiap mendudukan dirinya, tapi..

"STOP!!" Ucap Ray membuat Diva terkejut.

"Jangan makan disini, untuk hari ini gue mau quality time dulu sama sobat gue. Lo sama yang lainnya cari tempat lagi aja. Ok!"

"Tap.." belum selesai ia berkata Ray sudah menyela "Ini menyangkut info yang lo kasi Div, jadi bawa si kembar itu jauh-jauh." Diva yang paham pun mengangguk dan langsung melenggang pergi tanpa bertanya lagi.

"Mau ngomongin apa Ray?" Tanya Fania sambil memakan makanannya.

"Hmm.. gimana hubungan lo sama Keenan?" Tiba-tiba Fania tersedak dan langsung meraih minumnya. Tentu saja hal itu mengundang curiga Dania dan Ray.

"Maksudnya?" Fania mencoba setenang mungkin.

"Lo pacaran sama Keenan kan?" Kali ini Dania yang bertanya.

"Nggak kok, kita gak pacaran. Lagian gue gak suka sama Keenan" pernyataan itu membuat Ray menatapnya datar. Dania merasa ada hawa-hawa tidak enak. Ia tau Ray itu cuek dan agak pendiam tapi ia tak pernah melihat Ray menatap seseorang semengerikan itu.

"Nggak suka apa gak bisa pacaran sama Keenan?!." Tanya Ray sarkas.

"Maksud lo apa si?" Jujur Fania kini merasa terintimidasi dengan tatapan Ray.

"Lo mau jujur tentang hubungan lo sama Keenan atau gue yang ceritain semuanya?" Ucap Ray dingin. Dania yang ingin bertanya pun diurungkan saat melihat air muka Ray yang dingin itu. Sungguh ini mode mengerikan dari seorang Raysita.

"Kalo lo udah tau kenapa tanya gue?" Tanya Fania mencoba acuh.

"Ckk, jadi selama ini permainan apa yang kalian buat untuk gue hah?!"

"Permainan apa si? PD banget lo mau jadi mainan gue. Cih, harusnya lo mati tiga tahun yang lalu." Ray menahan amarahnya sedangkan Dania dibuat tak percaya dengan perkataan Fania. Sejauh mana Fania tau tentang masa lalu Ray.

RaySita / (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang