5. Yogyakarta

2.6K 252 7
                                    

5. Yogyakarta

Happy Reading
Jangan lupa vote dan komen

💕Zahril (Dear Imamku) 💕


"Sudah?" Aku berbalik menatap Kak Zahril yang berada di ambang pintu. Dia sudah rapi dengan jaket kulit berwarna abu-abu nya.

Aku mengangguk. "Sudah. Nggak ada barang lagi, kak?"

"Hmmm.. Tidak ada lagi." Zahril meraih tanganku dan menarikku kembali ke dalam rumah. "Kita pamit ke Papa."

Kami menghampiri Papa yang sedang duduk di ruang tamu dengan segelas kopi dan setoples kue kering. Papa memindahkan tatapannya dari koran saat mendengar langkah kami.

"Oh. Udah mau berangkat?" Tanya nya meletakkan koran di atas meja kemudian menyesap kopinya.

"Iya, Pa. Mau pamit." Ujar Zahri mendekat dan mencium tangan Papa. "Papa baik-baik, ya. Zahra sudah di perjalanan kok."

Papa menepuk punggung anaknya. "Kamu malah repotin adik kamu. Zahra pasti punya kesibukan sendiri. Papa bisa kok di tinggal sendiri."

Zahril tertawa dan menjauh kan tubuhnya. Aku mendekat ke Papa dan menyalaminya juga mencium punggung tangan yang sudah di makan usia itu. "Papa baik-baik ya disini. Jaga kesehatan, Pa. Putri pergi dulu. Doakan cepat selesai supaya cepat pulang, Pa."

Papa terkekeh. "Yang baik ya sama anak saya. Jaga hubungan kalian. Papa nggak yakin Zahril akan tahan kalau jauh dari kamu mengingat perjuangan anak ini untuk menikahi kamu."

Aku tersenyum malu. Papa tidak tahu aja apa yang selama ini juga aku lewati. "Terimakasih, Pa. Putri pergi dulu."

Setelah berpamitan, kami berjalan ke depan. Aku melambai ke papa dan membuka pintu mobil penumpang belakang. "Assalamualaikum, Pa!"

"Waalaikumsalam. Baik-baik kamu, nak."

Aku tersenyum dan menggeser tubuh saat kak Zahril masuk ke dalam mobil. Kami memakai kendaraan online untuk ke stasiun. "Ayo, Pak. Jalan."

"Siap,Mas." Sahut seorang pria di belakang kemudi itu.

Mobil berjalan melewati gerbang rumah. Kak Zahril meraih tangan ku dan menggeser tubuhnya untuk mendekat kepadaku. "Capek. Mau tidur sebentar. Bangunin nanti ya kalau udah sampai di stasiun."

Aku menatap wajahnya yang terlihat sedikit lelah dengan kedua mata tertutup. "Kak Zahril tidur di pundak aku aja."

Dia hanya mengguman tapi bergerak menyandarkan kepalanya di pundak ku. "Terimakasih, sayang."

Perjalanan ke stasiun itu aku habiskan dengan memandang wajah tampan Kak Zahril. Suamiku. Yang tampak lelap dengan kedua tangannya menggenggam tangan kiriku.

🌸🌸🌸

Dua jam sudah aku di kereta yang melaju kencang. Kak Zahril di sampingku sedang sibuk dengan ponselnya, sedangkan aku menikmati pemandangan senja di jendela.

"Indahnya." Gumanku, mengusap jendela yang berembun karena hujan tadi sore.

"Makasih." Ucap Kak Zahril di sampingku.

Aku berbalik mematapnya. "Bukan kak Zahril. Jangan narsis deh."

Kak Zahril meletakkan ponselnya kemudian menatapku. "Tapi aku ganteng, kan?"

Aku mendengus dan mengalihkan pandangan kembali ke jendela. "Iya." Ucap ku pelan. Tidak menangkis bahwa pria yang duduk di samping ku ini sangat tampan.

Dear Imam Ku (ZAHRIL) | (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang