36. Hal Tersulit.
Happy Reading!
Jangan lupa tekan bintang di pojok kiri bawah, ya!
Komen 50+ aku update part terakhir!!
.
.
.Aku membekap mulutku menahan isak tangis dan berlari keluar rumah sambil menarik koper ku. Taxi yang kupesan sudah menunggu di luar pagar. Aku tidak mengerti! Aku sama sekali tidak mengerti pikiran Kak Zahril dan tidak sekalipun menduga bahwa Kak Zahril akan menceraikanku karena alasannya yang tidak masuk akal.
Kemarahan jelas kurasakan di tubuhku hingga aku hanya bisa menangis.
Kak Zahril jahat!
Aku tidak keberatan untuk merawatnya seumur hidupku. Cintaku padanya sangat besar hingga memikirkan akan meninggalkannya membuat hatiku sakit dan tubuh ku mati rasa.
Kak Zahril egois! Aku membencinya! Aku sangat membencinya!
Bagaimana dia dengan mudahnya mengatakan kata cerai? Apa Kak Zahril tidak mencintaiku lagi?
Menemukan lelaki lain katanya?
Hah
Apa aku bisa mencintai pria lain setelah Kak Zahril menaruh luka yang dalam di hatiku?
Apa aku bisa menemukan pria lain di saat hatiku sepenuhnya miliknya?
Aku menghembuskan nafas dan mengusap air mataku yang aku tahu sia-sia. Seketika tubuhku rasanya penat, pikiranku kacau dan fisikku rasanya lelah. Aku menyandarkan tubuh ku ke sandaran kursi dan mencoba menenangkan diriku.
Aku akan ke aceh. Kembali ke Ayah dan Mama di sana.
Untuk apa bertahan di sini jika Kak Zahril sudah berniat untuk melepaskan? Walaupun sakit aku akan mengikuti kemauannya.
Yaitu untuk meninggalkannya dan mencari kebahagiaan lain melebihi bahagia ku saat Kak Zahril di sampingku. Ya.
Hal tersulit yang akan aku lakukan seumur hidupku adalah mencoba mengikhlaskan seseorang yang aku tahu juga mencintai ku demi memenuhi egonya. Keputusan yang diambil Kak Zahril mungkin sudah menjadi keputusan yang terbaik untuk kami berdua.
Kami tidak berjodoh. Dia bukan jodohku.
Taxi tiba di bandara. Aku melangkah turun kemudian menarik nafas panjang. Hari sudah hampir malam saat aku tiba di bandara yang selalu ramai. Setelah membayar Taxi aku langsung melangkah melewati pintu keberangkatan.
Di pesawat, aku duduk di samping jendela dengan memandang ke dunia malam di bawah sana. Kerlap-kerlip lampu kota tidak bisa mengalihkan pikiranku. Otakku dengan menyedihkannya memutar kembali kenangan saat pertama kali bertemu Kak Zahril hingga sampai saat ini.
Bagaimana sikap acuh tak acuhnya saat di sekolah dulu, sikap dingin nya dan mulutnya yang selalu mengeluarkan kata pedas. Aku juga mengingat bagaimana Kak Zahril di depan Adhi. Bagaimana saat Adhi hampir mencelakaiku dan Kak Zahril datang sebagai kesatria penolong. Juga bagaimana wajah dinginnya yang meminta aku menjadi pacarnya. Ungkapan cinta ala Kak Zahril yang tidak akan pernah ku lupa. Pengorbanan nya dahulu. Semuanya terasa benar saat itu. Dan bagaimana romantisnya dia melamarku di acara reunian sekolah.
Pada saat itu, aku merasakan cinta Kak Zahril. Seakan cintanya sangat tulus dan tidak akan pernah meninggalkan.
Yang pada akhirnya aku tahu bahwa semua hanya semu.
Seseorang yang mencintai tidak mungkin meninggalkan apalagi saat ikatan suci telah terjalin. Mungkin cinta Kak Zahril bersifat sementara hingga dia dengan mudahnya memutuskan hubungan.
Aku menghela nafas. Kembali, aku melarikan diri. Persis seperti tiga tahun lalu dan pada seseorang yang sama juga.
Kak Zahril.
Apa dia menderita juga di sana?
Aku harap tidak.
Aku tidak akan pernah bisa melihat seseorang yang sangat ku cintai tersakiti atau menderita.
Tapi...
Apakah aku harus kembali merelakan dan melupakan?
Aku tidak yakin apakah aku masih memiliki kekuatan untuk melupakan...
.
.
.
Aku menatap keluar jendela.Sehari setelah kepergian Putri aku seperti bukan diriku sendiri.
Aku tidak ingin menemui orang-orang. Aku mengurung diri di kamar memikirkan apa keputusan ku kemarin sudah benar.
Seminggu setelah kepergian Putri aku makin terpuruk. Aku sakit karena sangat merindukannya.
Aku bertanya-tanya, apakah Putri baik-baik di sana?
Apakah dia memikirkan ku seperti aku memikirkannya setiap saat.
Pintu terbuka memunculkan Zahra yang membawa nampan. Adikku itu berjalan masuk dan duduk di sampingku.
"Makan, kak. Setelah ini kita ke rumah sakit. Dr. Irawan telah menjadwalkan kembali operasi untuk kakak. Kakak sama Papa setelah itu langsung ke Singapura."
Aku mengangguk. "Kamu keluar aja. Aku bisa makan sendiri." Tanyaku dengan susah payah bangkit dari tidurku dan bersandar pada kepala ranjang.
Inilah mengapa aku meminta Putri untuk pergi. Aku tidak ingin membebaninya lagi dengan kondisiku. Aku akan operasi di singapura dan menjalankan penyembuhan di sana yang mungkin memakan waktu yang lama.
Dr. Irawan yang mengusulkan untuk operasi di sana setelah memantau kondisiku satu bulan ini. Aku akan terbang ke Singapura hari ini bersama Papa.
Papa meninggalkan sejenak pekerjaannya di perusahaan dan meminta orang kepercayaannya untuk meng handle semua pekerjaan selama Papa menemani ku di sana.
Sedangkan Kak Ilyas dan Zahra hanya mengantarku ke bandara.
Aku tidak tahu berapa lama kami di sana. Tapi yang pasti jika Allah mengizinkan aku untuk sembuh kembali seperti semula saat itu aku akan pulang.
Entah itu sebulan..
Setahun...
Dua tahun...
Tapi satu hal yang pasti.... Seyelah semua ini aku akan kembali memperjuangkan sesuatu yang pastinya diperjuangkan kembali. Aku akan menatap hidup ku sesuai porosnya.
Aku akan berusaha mengebalikan sesuatu yang telah hilang... Atau hancur.
Seperti hatiku saat ini...
Dan seseorang yang sekali lagi aku sakiti...
Aku hanya bisa berharap dan berdoa selama aku berusaha untuk kesembuhanku sendiri bahwa..
Aku tidak terlambat datang....
.
.
.
.
.TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Imam Ku (ZAHRIL) | (Ending)
RomanceBELUM REVISI!!! Di ujung dermaga, sepasang kekasih halal berdiri menikmati senja yang perlahan menghilang. Tangan saling terjalin dengan cincin emas melingkar di jari manis masing-masing. Masih teringat jelas diingatan suara lantang dari sang pria...