21. Air Mata Cinta

2.8K 269 17
                                    

21. Air Mata Cinta.

Happy Reading
Jangan lupa vote dan komen
Share ke teman kalian agar Zahril lebih dikenal lagi!

🌸🌸Zahril (Dear Imamku) 🌸🌸

Aku menatap pintu UGD dengan cemas. Sepuluh menit sudah Putri di bawa masuk oleh petugas rumah sakit tapi rasanya sudah berjam-jam aku berdiri di sini menunggu. Jika sesuatu terjadi kepadanya aku tidak akan mengampuni diriku sendiri. Ini salahku sampai membuat Putri seperti ini.

Aku mengusap wajah dengan kasar. Setelah memberi kabar orang rumah tentang keadaan Putri, aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan selain menunggu kabar dari dalam sana.

Aku menyandarkan tubuhku ke dinding rumah sakit, menundukkan kepala ku. Menatap pada tanganku yang saling mencengkram.

Kenapa lama sekali?

Apa Putri di dalam sana baik-baik saja?

Dokter melakukan perkerjaannya dengan baik bukan?

Beberapa pertanyaan dan prasangka berkecamuk di otakku. Aku tidak bisa tenang sebelum mendengar apa yang terjadi di dalam sana. Otakku membayangkan hal terburuk yang kutepis langsung dari pikiranku.

Putri kuat. Dia tidak mungkin meninggalkan ku.

Dia tidak mungkin meninggalkan ku seperti Mama.

Dua puluh menit kemudian seorang dokter keluar dari pintu ganda UGD. "Keluarga Putri?" sahutnya sambil memasukkan sesuatu ke dalam saku jas dokternya.

Dengan cepat aku menghampirinya. "Saya, Dok." aku menatap ke dokter wanita itu. Berusaha tenang saat ia menatapku balik, dia menghembuskan nafas lelah.

"Perkenalkan saya dokter Hanin. Dokter yang bertanggung jawab atas pasien." Aku mengangguk, mencoba bersabar sedikit untuk mendengarkan penjelasan kondisi istriku.

Dokter Hanin menghela nafasnya. Dia menatapku seakan mencoba memberiku kekuatan. Pikiran buruk langsung memenuhi pikiranku. "Maafkan saya memberitahukan ini tapi kondisi pasien tidak baik. Janin yang dikandungnya juga dalam kondisi sangat lemah, kurang nutrizi. Saya sudah mengatakannya di awal jangan membuat pasien setres dan banyak pikiran karena itu akan berpengaruh dengan kandungannya. Selain itu mag pasien kambuh." Dokter itu menatapku lama sebelum mengedarkan kedua matanya seperti sedang mencari sesuatu. "Suami pasien dimana?"

"Saya suaminya, dok." Ujarku langsung.

Dia langsung memindahkan tatapannya ke arahku. Seperti menilai kemudian dia menggeleng. "Jangan becanda. Anda bukan suami pasien. Saya mengenal suami pasien."

Aku mengerutkan dahi bingung. "Saya adalah suami pasien. Saya tidak becanda. Untuk apa saya becanda dalam situasi seperti ini?" Ucapku lagi tidak suka.

"Oh maaf atas ketidaknyamanannya. Tapi bukan anda seminggu yang lalu yang merawat pasien. Ingatanku masih sangat bagus. Ada lelaki lain yang setia menunggu pasien dan mengurus semua keperluan pasien di rumah sakit ini." Ujarnya panjang. "Kalau tidak salah nama suami dari pasien adalah Fajar."

Aku menghembuskan nafas keras dan menarik rambutku. Rasanya kepalaku akan pecah. Aku menatap serius ke dokter muda dengan rambut sebahunya. "Saya adalah suami pasien. Laki-laki yang bernama Fajar itu adalah sahabat istri saya." Aku mengepalkan tangan, berusaha menjaga emosiku yang sudah memenuhi dadaku. "Dokter katakan saja apa saya boleh masuk?"

Dear Imam Ku (ZAHRIL) | (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang