31. Sidang Akhir

2.6K 249 7
                                    

2 bulan kemudian...

Yogyakarta, 9 Februari 2019.

Setelah membereskan buku dan laptop di meja, aku kemudian keluar kelas karena kuliah ku hari ini telah berakhir.

"Putri!"

Aku berbalik dan melihat Sulis yang terburu-buru keliar dari kursinya untuk menghampiriku. Hubungan aku dan Sulis setelah kejadian dia membantuku menjadi semakin dekat. Aku, Sulis dan Fajar sekarang bersahabat.

"Mau ke lapangan basket?" Tanyanya saat kami berjalan melewati koridor gedung C.

"Beli batagor dulu, ya?" Tanyaku.

Sulis mengangguk. Kami berbelok untuk ke kantin fakultas yang berada di samping gedung D. Kami memesan tiga batagor beserta es jaruk sebelum melangkahkan kaki ke lapangan basket. Fajar masih bermain di lapangan saat aku dan Sulis duduk di tempat biasa aku duduk.

"Fighting!" Teriak Sulis saat Fajar menyedari keberadaanku. Sulis melambaikan tangannya yang dibalas oleh Fajar dengan menunjukkan kedua jari jempolnya.

Aku hanya tersenyum sebagai bentuk penyemangat untuk dia yang sekali lagi bertanding dengan anak fakultas lain. Kurasakan ponselku bergetar di saku rokku.

My Husband ❤️

Doakan, sayang. Lima belas menit lagi aku masuk.

Aku menepuk dahiku. "Astaga.. Kak Zahril kan hari ini sidang!"

Aku hampir melupakannya jika saja Kak Zahril tidak mengirimkanku pesan. Akhirnya setelah tiga bulan berkutat dengan kesibukan skripsinya, Kak Zahril hari ini sidang akhir. Aku tersenyum sambil mengetikkkan balasan.

Semangat, suamiku yang paling tampan. Semoga sidangnya lancar. 😘😘

Kalau Kak Zahril nggak bisa jawab pertanyaan dosen. Ingat istri aja, pasti langsung terjawab 😂😂

Aku terkekeh melihat pesanku. Tidak lama Kak Zahril langsung membalasnya.

My Husband ❤️

Bisa aja kamu. I love you, sayang. Kamu baik-baik di sana, ya. Kalau ada sesuatu langsung telfon aku. Jangan menyembunyikan sesuatu lagi.

Aku udah mau sidang. Bye.. Bye..

Aku mematikan ponselku setelah membaca pesan Kak Zahril. Aku menggeleng dengan sikapnya. Setelah dua bulan dalam masa berkabung, aku sedikit demi sedikit bangkit walaupun kesedihan itu masih ada. Tapi sekarang semuanya baik-baik saja. Sikap Kak Zahril sekarang lebih baik lagi kepadaku. Dia tidak pernah lalai dengan tanggung jawabnya, sekali seminggu dia akan ke Yogyakarta menemaniku.

Mengingat Kak Zahril akan meraih gelar sarjananya membuatku senang bukan main. Bukam hanya karena Kak Zahril telah berhasil tapi suami ku itu akan menetap di Yogyakarta menemani sampai selesai kuliah. Insyaallah dua tahun lagi studyku juga selesai.

"Ngapain lo senyam-senyum." jitakan di kepalaku membuat ku mengaduh kesakitan. Aku menatap sengit Sulis dengan sedang memasang tampang tidak berdosanya. Di sampingnya, ada Fajar yang telah meminum es jeruknya.

"Oh. Kamu sudah tanding?"

Fajar mengangguk. "Gue menang lagi." Katanya sambil menepuk dada bangga.

Aku mendengus. "Sok kamu. Padahal nggak banyak cetak poin."

"Yee.... Lis, kasih tau tuh teman lo." Katanya sambil merangkul Sulis. Aku memutar mata melihat sikap Fajar yang sok akrab. Aku menepuk tangannya.

Dear Imam Ku (ZAHRIL) | (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang