33.1 Takdir Allah

2.2K 250 13
                                    

33.1 Takdir Allah.

Happy Reading!

Jangan lupa tekan BINTANG di pojok kiri bawah, guys!

JANGAN LUPA KOMENNYA JUGA!

.
.
.
.

🌸🌸 ZAHRIL (Dear Imamku) 🌸🌸

.
.
.

Aku langsung mengambil penerbangan untuk kembali ke jakarta saat Zahra menelfon dengan isak tangis yang pecah mengabarkan bahwa Kak Zahril kecelakaan dan sekarang sedang berada di rumah sakit untuk mendapatkan penanganan. Di pesawat aku tidak bisa menahan tangisku membayangkan kondisi Kak Zahril, Zahra menjelaskan kondisi Kak Zahril telah didorong ke ruang operasi dari jam 5 sore tadi dan sekarang belum ada kabar apapun. Aku memandang pada kerlip lampu dari jendela pesawat dengan hati yang sakit dan pikiranku yang penuh dengan prasangka buruk. Bahkan aku mengabaikan beberap penumpang pesawat yang memandang penasaran ke arahku dan seorang pramugari yang menanyakan keadaanku.

Saat pesawat sudah mendarat dan berhenti dengan sempurna. Aku menerobos penumpang-penumpang lain agar bisa segera turun dari pesawat. Sesampainya aku di kedatangan, aku langsung memeluk Zahra yang berdiri menunggu ku.

Wajah gadis itu memperlihatkan beban dan kesedihan mendalam. "Kak Zahri, Put." racaunya sambil mengeratkan pelukannya.

Aku menangis dan menghirup udara malam mencoba menghilangkan sesak di dadaku. "A... Aku ingin segera ke rumah sakit."

Kami langsung berangkat untuk ke rumah sakit saat itu juga. Selama perjalanan, aku tidak bisa melepas tangan Zahra yang malam ini terasa dingin. Aku perlu pegangan sekarang untuk menyakinkanku semuanya baik-baik saja.

Aku mencengkram gamis yang dia gunakan dengan wajahku yang ku sembunyikan pada kerudung panjangnya. Sungguh, aku sulit untuk percaya bahwa semua itu nyata. Baru tadi siang aku melihat senyum cerah dan wajah berbinar Kak Zahril tapi malam ini aku mendengar bahwa dia sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan operasi.

Sesampainya di rumah sakit, kami langsung menuju ruang operasi di mana Papa yang duduk menunduk dengan tangan di kedua kepalanya. Papa terlihat sangat kacau.

"Pa?" Panggil Zahra saat kami menghampirinya. Aku menghapus air mataku dengan punggung tanganku saat Papa mengangkat kepalanya untuk menatap kami secara bergantian.

"Ada kabar dari dokter, Pa?" tanya Zahra yang langsung duduk di samping Papanya untuk menenangkan nya.

"Belum ada." Ujar Papa yang terdengar pelan dan serak.

Aku berdiri menatap pada pintu ganda yang buram. Berharap semuanya baik-baik saja. Kak Zahril pria yang kuat, apapun yang dia hadapi di dalam sana pasti dia akan melewatinya.

Aku duduk di samping Zahra, menahan diriku untuk menerobos masuk ke dalam ruang tersebut saat sejam kemudian belum ada kabar apapun. Aku mencoba menahan diriku yang berada di batas kesabaran.

Tepat jam sepuluh malam, Aku yang saat itu berbaring di kursi tunggu dalam keadaan lelah karena menangis langsung terbangun, kesadaraanku seakan ditarik mendengar suara pintu ruang operasi digeser dan langkah kaki yang mendekat. Aku langsung menghampiri seorang dokter yang berjalan dengan raut wajah lelahnya.

"D... Dok.. Bagaimana keadaan suami saya?" Tanyaku.

Zahra juga terbangun. Gadis itu berjalan dan berdiri di samping ku.

Dear Imam Ku (ZAHRIL) | (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang