19. Kemarahan.

2.8K 265 29
                                    

19. Kemarahan.

Happy Reading
Jangan lupa vote dan komen

Share ke teman kalian agar Zahril lebih dikenal

🌸🌸Zahril (Dear Imamku) 🌸🌸

Esok harinya aku terbangun dengan mata bengkak dan wajah pucat. Fisik ku  lemah. Aku bahkan tidak bisa bergerak dari tempat tidur. Kembali aku merasakan tubuhku hangat dan mengigil di satu waktu. Aku bergemul di dalam selimut. Memaksakan mataku melirik ke jam dinding yang tergantung di sana, pukul 9 pagi. Untung saja hari ini tidak ada jadwal final.

Dering ponsel yang sedari tadi berbunyi aku abaikan setelah mengetahui siapa yang menelfon. Tentu saja Kak Zahril. Juga beberapa panggilan tak terjawab dari Zahra. Aku belum siap mendengar suaranya.

Tiba-tiba saja aku ingin muntah. Baskom yang berisikan air yang sudah aku persiapkan di samping tempat tidur aku raih. Aku duduk dengan baskom di pangkuan. Ku muntahkan cairan bening itu.

Mual-mualku lebih buruk dari yang kemarin-kemarin hingga perutku rasanya perih dan tenggorokan ku pahit. Ini sangat menyiksa. Betapa menyedihkannya ini, aku hamil dan sendirian. Tidak ada siapapun yang menemani ku.

Aku meletakkan kembali baskom itu saat mualku mereda. Aku meraih air mineral di nakas dan meminumnya hingga habis.

Tidak ada pilihan lain. Dari pada aku tersiksa seperti ini, aku memilih mengangkat telfon dari Kak Zahril.

"Akhirnya... Kenapa nggak angkat telfon ku, sayang?" Ujarnya di sana.

Aku menggigit bibi bawahku mendengar suaranya. Aku sangat merindukan pria ini. "Kak Zahril." Panggilku pelan.

"Iya, sayang?"

Kurasakan mataku memanas. Aku ingin kak Zahril berada di sini. Aku merasakan hal yang buruk bahwa aku tidak bisa melewati ini sendiri. Aku membutuhkan Kak Zahril. "A.. Apa kak Zahril sibuk?" Ucap ku serak menahan tangis. "Apa Kak Zahril nggak bisa ke sini?"

Dia terdiam lama. "Kamu baik-baik saja?"

Tidak, kak. Aku tidak baik-baik saja.

"Apa terjadi sesuatu?" Sahutnya lagi.

"Nggak, kok. Kak Zahril nggak bisa, ya?"

Terdengar dia menghela nafas. "Maaf, sayang. Aku masih sangat sibuk. Aku belum bisa ke sana. Apalagi di rumah ada Nanda, Papa menyuruhku tidak kemana-mana karena dokter sudah menetapkan kelahiran dalam waktu seminggu ini."

Aku berusaha menahan isak tangisku dengan membekap mulutku kuat saat mendengar perkataannya. Rasanya aku ingin meneriakinya bahwa aku juga di sini membutuhkan! Bahwa aku di sini sedang menganduk darah dagingnya.

Bahwa aku cemburu dia memperhatikan wanita lain selain diriku.

"Zul sedang di luar kota. Sedangkan kedua orang tua Nanda sedang Umrah. Tidak mungkin kan aku meninggal kan Papa dengan Nanda walaupun ada Zahra dan Kak Ilyas di sini. Tapi mereka sibuk-"

Aku menelan salivaku dengan susah payah, "Sudah, kak. Aku mengerti. Kakak sibuk. Tapi apa kak Zahril nggak bisa meluangkan waktu untukku? Aku juga membutuhkan kak Zahril di sini."

Dear Imam Ku (ZAHRIL) | (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang