6. Memalukan!

2.4K 248 7
                                    

Part 6. Memalukan!

Happy Reading.

"Kebahagiaanku itu sederhana. Melihatmu tertawa dan bercanda dengan ku itu sudah cukup." - Zahril

🌸🌸 Zahril (Dear Imamku) 🌸🌸

Aku meringis melihat Kak Zahril yang berdiri diam di ambang pintu menatap ke dalam kamar. Dengan pelan dia melangkahkan kaki masuk. Aku tidak dapat mengartikan ekspresi wajahnya yang datar dengan mata yang menyipit.

"A.. Aku akan memperbaiki kamar ku sendiri. Kak Zahril diam aja. Jangan lakukan apapun." Aku berjalan cepat melintas kamar ke arah jendela yang tertutup gorden. "Ya Allah... Ini sangat memalukan."

Aku menarik gorden hingga cahaya matahari masuk ke dalam kamar. Aku juga membuka jendela kaca untuk menghilangkan bau tak sedap dari kamarku.

Bau sisa makanan yang belum aku sempat buang ke tempat sampah dan masih ada di atas meja belajar.

Aku berbalik, kak Zahril masih di tempatnya dengan tatapan mata menyorot ke segala ruangan. Aku penasaran sekaligus merasa gugup dengan apa yang dia pikirkan sekarang tentang ku.

Apa dia berpikir yang macam-macam?

Atau bahkan dia ilfil memiliki istri yang jorok?

Andai aku bisa membaca pikiran. Aku ingin sekali mengetahui apa yang sekarang Kak Zahril pikirkan.

"A.. Aku akan mengambil sapu di gudang." Kak Zahril berbalik menatapku. Aku mengalihkan mata darinya. Masih sangat malu menatap balik matanya. "Ingat! Kak Zahril jangan lakuin apa-apa!"

Aku bergerak dengan cepat untuk mengambil sapu sekaligus alat pel dan pengharum ruangan sebelum kembali ke kamar. Dalam perjalanan kembali ke kamar aku berdetak kesal dan kadang-kadang meringis melihat rumah ini sangat-sangat kotor. Bahkan di dapur saat aku melintas piring kotor dan beberapa alat masak penuh di wastafel dan di meja makan juga. Aku berpikir apakah aku bisa membersihkannya dalam sehari ini?

Kak Zahril telah berpindah tempat di samping tempat tidur saat aku memasuki kamar. Dia sedang memunggungi ku. Beberapa buku di atas tempat tidur sudah tersusun dan siap untuk rapikan kembali.

Kak Zahril baik banget.

"Kak Zahril ngapain?" Tanya ku.

Dia berbalik dengan wajah polosnya memperlihatkan tangannya yang sedang memegang sesuatu. Aku melotot. Ku yakin wajahku sekarang memerah seperti tomat. Rasanya ingin menghilang detik ini juga.

Apa....

Benda itu..

Kenapa bisa dalam genggaman kak Zahril?

"Oh maaf. Aku menemukannya dibalik buku-buku itu. Aku tadi ingin membersih-" katanya dengan polos tanpa rasa bersalah tapi dengan cepat aku berlari ke arah nya dan merampas benda itu dari tangannya lalu menyembunyikan di balik punggungku.

Astaga....

Hal bodoh apa lagi berikutnya yang akan ditemukan Kak Zahril di kamarku.

"Kak Zahril jangan pegang barang aku sembarangan!" aku berusaha menutupi ekspresi wajahku yang ku yakin sekarang memerah seperti kepiting rebus.

"Aku nggak tau kalau bra itu ad-"

"KAK ZAHRIL!" Aku memekik nyaring.

Wajah Kak Zahril seperti menahan tawa. Aku melototinya. Dia menggeleng kan wajahnya dan tertawa pelan. "Aku nggak tau kalau istriku wanita ceroboh yang menaruh sembarangan pakaian kotornya. Apa lagi ini bra-"

Dear Imam Ku (ZAHRIL) | (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang