6

2.2K 116 1
                                    

Sampai di salah satu kamar di lantai dua, genta langsung di tidurkan di atas kasur ukuran King Size milik nya. Kamar yang cukup luas berwarna putih dengan bau maskulin khas laki-laki.

Bi Ai dan Pak Mur pamit meninggalkan Lesta hanya berdua dengan Genta didalam kamar. Mengeluarkan Hp untuk menghubungi orang rumah tapi sial, hpnya habis daya sehingga hanya menunjukan layar hitam.

'ikut ngecharge bentar ga apa apa kali ya?' pikirnya sambil mencari stop kontak.

Di samping tv ber ukuran 54" inch , Lesta melihat ada stop kontak. Langsung saja ia berdiri berjalan ke arah televisi mengeluarkan charger dan langsung menghubungkan nya dengan Hp pintar milik dia.

Greepp.

Tubuh Lesta menegang saat merasakan tangan kekar memeluk nya dari belakang dan hembusan nafas hangat diceruk leher nya. Lesta menolehkan kepala nya ke belakang yang langsung menampilkan wajah mabuk Genta.

"Lo ga bisa pergi Al, lo udah ngancurin kepercayaan gue, lo pergi ninggalin luka besar di hati gue, dan sekarang dengan enteng nya lo datang tanpa permisi?" Ucap Genta diiringi senyum smirk miliknya.

"K-ka-mu mau ngapain? Lepasin ini pengap tau, dan siapa al? Aku ini Lesta bukan al-"

"STOP. Lo terlalu banyak bicara sayang"

"Tap-- mmpph"

Ucapannya terhenti karna langsung Genta mencium bibir Lesta rakus, tak memberi sedikit pun celah untuk bernafas. Semakin lama, ciuman Genta semakin menuntut tak peduli air mata dan pukulan tangan lesta didada bidangnya.

"Lo harus tau gimana frustasi nya gue malam itu, lo harus rasain al" bisik Genta tepat disamping telinga Lesta. Menyentuh setiap inci wajah Lesta yang ia fikir Aleya akibat pengaruh alkohol.

"A-akku bukan Aleya, tap-"

"Ssttt, gue yakin lo bakal suka dan nyesel ngekhianatin gue" ucap Genta memotong Lesta bicara.

Menunjukan senyum smirk dengan air muka penuh gairah. Mengangkat tubuh gemetar Lesta dan menjatuhkannya diatas kasur. Menindih tubuh kecil Lesta. Mencumbu setiap inci nya tanpa peduli penolakan, teriakan, isak tangis, tendangan serta pukulan Lesta.

Malam itu, malam dimana Genta dipenuhi kabut amarah dan gairah menjadi satu akibat minuman alkohol. Malam yang menjadi saksi ke brengsekan Genta menghancurkam masa depan seorang gadis yang sudah berbaik hati mengantar nya pulang.

Lesta?? Dia hanya menangis menerima perlakuan keji genta, dan berdo'a dalam hati semoga keadaan tidak menjadi lebih buruk dari apa yang terjadi. Ya Lesta hanya bisa berharap keajaiban tuhan ditengah kegiatan keji yang sedang mereka lakukan. Ya mereka,  meski Genta yang bekerja tapi mereka melakukannya berdua.

***

Braaakk

"Astagfirullah! GENTAAA!"

"GENTAAAA BANGUN SEKARANG!!"

"Eungh, 5 menit lagi pah" jawab Genta santai sambil menarik selimut nya hingga menutupi kepala.

"Ab-abang, bangun sekarang nak" ucap Mira sambil menggoyang tubuh Genta pelan.

"5 menit lagi mah"

"Bang, lo bangun sekarang bang jangan cari mati napa" bisik Rafa ditelinga Genta.

"Berisik banget sih Raf, pusing kepala gue" ucap Genta sambil bangun dan mengusap muka nya kasar.

"GENTA!" Panggil Rehan penuh tekanan dan tajam.

"Apa sih pah, pagi-pagi udah pada ribut aja"

"Apa yang kamu perbuat semalam dengan gadis disamping kamu hm?"

"Gadis? Siap-" mata Genta melotot lebar melihat sesorang yang dimaksud papahnya - Rehan.

Lesta menangis dalam diam sambil memegang erat selimut tebal milik Genta yang menutupi tubuh polos nya. Ia sudah terbangun sejak gebrakan pintu kamar terbuka dengan kencang. Menerima tatapan tajam dan kaget dari orang-orang yang Lesta yakini keluarga laki-laki brengsek itu, menundukan kepala dan berdo'a adalah satu-satu nya hal yang bisa ia lakukan saat ini.

"Lo siapa? Kenapa bisa ada dikamar gue? Dan kenapa lo bisa tidur diatas kasur? bareng gue? Jangan bil-" tanya Genta beruntun , mengangkat selimut dengan kasar dan melihat tubuh nya dibalik selimut untuk memastikan apa yang ia fikirkan salah.

Tubuh polos tanpa sebenang helai pun, pakaian yang berserakan, tampilan kacau gadis disamping nya. Ah, gadis? Apa bisa ia panggil ia gadis setelah apa yang ia lihat bercak darah, samping paha diatas sepray putih milik nya?

"Gue tanya sama lo, apa yang udah terjadi? Kenapa gue ga inget apa-apa? Kenapa lo bisa disini? Dan siapa lo? Kita ga saling kenal" tanya genta sambil mengguncang pundak lesta.

"Genta, tenang nak jangan gitu"

"Gimana genta bisa tenang mah, genta ga tau apa-apa. Genta ga inget apa yang udah terjadi semalem" frustasi genta mengacak ngacak rambut nya kasar dan gusar.

"Sekarang kamu beresin dulu diri kamu, lalu kita bicarakan semua nya baik-baik dengan kepala dingin. Dan kamu, siapa nama kamu nak?"

"S-ssaya? Lesta om" jawab lesta pelan.

"Lesta? Mira, bawa dia dan bantu untuk membersihkan diri" tegas Rehan.

Mira hanya mengangguk dan menghampiri Lesta yang terduduk disamping Genta. Memunguti pakaian dan semua barang milik Lesta. Merangkul dan sesekali mengusap bahu Lesta lembut, membawa nya ke kamar milik ia dan Rehan untuk dibenahi penampilannya dan sedikit bertanya perihal yang terjadi pada nya bersama Genta semalam.

**

Semua anggota keluarga sudah duduk diruang keluarga lantai satu. Semua mata menyorot tajam ke dua insan yang menundukan kepala nya dalam, entah apa yang mereka fikir kan yang pasti semua nya tidak baik-baik saja.

"Sekarang ,saya tanya nak Lesta. Kenapa kamu bisa ada dikamar anak saya? Dan apa yang semalam terjadi?" Tanya Rehan tegas.

Tanpa mengangkat kepala nya Lesta menjawab dengan pelan.

"Saya semalam melihat anak om muntah dipinggir jalan, saya hanya ingin membantu nya dengan memberi air mineral yang saya punya........." Dan mengalir lah semua yang ia alami secara jujur tanpa mengurangi atau melebihkan kepada semua orang.

Rehan mengepal tangan kuat, melihat anak kedua nya yang hanya bisa diam menundukan kepala tanpa punya niatan untuk membela diri. Beri tahu Genta cara membela diri ketika dia mulai ingat samar-samar apa yang sudah ia perbuat semalam. Ditambah ketika Rehan, papah nya memanggil Pak Mur dan Bi Ai untuk memastikan bahwa apa yang Lesta ceritakan benar sampai ia ditinggalkan berdua dengan Genta didalam kamar.

"Apa yang kamu lakukan dini hari dijalanan nak?" Tanya Mira lembut.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang