50

1.4K 55 0
                                    

"Morning eferibadeeeehhhh." Teriak Genta mendapat pelototan tajam dari Rehan.

"Pagi-pagi udah teriak-teriak serasa di hutan kali ya." Balas Arfand.

"Bang ge ini masih pagi jangan ngajak gila." Ucap Rafa membuat Genta tertawa. Ya hanya Genta yang tertawa, bahkan Lesta sendiri hanya menatapnya heran tak paham dengan perubahan sikap Genta.

"Ge, ga usah kuliah ikut papah aja yuk." Ucap Rehan berhasil membuat Genta terdiam dan menaikan alisnya menatap Rehan. "Kita ke psikiater, siapa tau otak kamu pindah ke dengkul soalnya kamu agak gila sekarang. Papah kasian sama cucu papah kalo sampe punya ayah gila kaya kamu." Lanjutnya membuat lagi-lagi tawa Genta keluar.

"Papah sebuh aku gila? kan aku emang udah gila dari dulu juga hahahahahahaaa." Genta berhenti tertawa dan mulai menyendokkan nasi goreng kedalam mulutnya. Yang lain? masih memperhatikan setiap gerak-gerik Genta. Mereka harus was-wasjika Genta sudah gila berarti ia kembali menjadi Genta yang dulu? haruskan mereka bersyukur atau malah bersabar.

"Bunda, ayah berangkat kuliah dulu ya biar jadi suami yang pintar seperti istir dan biar double Al tidak malu meski punya ayah gila tapi pintar luar biasa. Assalamualaikum." Genta mencium singakt bibir Lesta yang selanjutnya berlari keluar rumah meninggalkan Gentan dimeja makan dengan wajah memerah dipandangi anggota keluarga yang lain.

"Bang ge sukanya nyosor, gimana kalo double Al dapet adik lagi? kan kasian mereka masih muda." Ucap Rafa menyadarkan Lesta dari kekagetannya. Ia bangkit dan berlalu kembali ke kamar saat mendengar tangisan salah satu anaknya. Dalam hati ia bersyukur karna tangisan itu ia bisa kabur dari tatapan keluarga suaminya itu.

***
Genta berjalan gontay dilorong fakultas tak menghiraukan orang-orang yang berlalu-lalang disekitarnya. Dengan sesekali mendengus kesal, bahkan menendang-nendang angin seperti anak kecil membuat orang yang berada dibelakangnya gemas ingin memukul kepala Genta yang entah apa isinya. Yang pasti bukan hal penting bagi nusa dan bangsa.

"Lo kelewatan 3 meter bang ge!" Teriak Ralio sambil menarik kerah kemeja yang dipakai Genta. Genta hanya melirik tajam, lalu melepaskan tangan Ralio dengan kasar sebelum masuk kedala kelas.

"Kenapa itu orang? Gila?" Tanya Ralio pada Erhan.

"Ga dapet jatah kali." Jawab Erhan Acuh sambil berlalu masuk kedalam kelas.

"Kampret punya temen pada miring semua otaknya. Ralio yang tampan dan jenius ini sabar aja dah allah mah adil sama orang baek kek gue mah." Gumam Ralio didepan kelas dan berbincang dengan teman satu jurusannya sebelum dosen masuk.

Didalam kelas Erhan menghampiri Genta yang memasang wajah datar menatap papan tulis. Duduk disebelahnya, tak berniat menanyakan apapun. Erhan cukup tau jika Genta terdiam berarti dia masih kesal. Jika kesalnya sudah berkurang, Erhan berani bertaruh dengan mobil bmw keluaran terbaru yang terparkir cantik digarasi rumahnya itu Genta akan cerewet melebihi ibu-ibu sosialita yang heboh bercerita tentang semua hal. Ya seperti itu Genta, jika kesal diam namun jika sudah berkurang kesalnya ia tak akan berhenti bercerita tentang semua hal yang membuatnya kesal. Dan yang paling Erhan tau, hal itu bisa merembet. Bukan hanya hal yang membuatnya kesal, Ralio bisa menjadi korban yang tepat untuk menjadi pelampiasan Genta. Tunggu aja waktunya, Erhan hanya akan terdiam melihat mereka.

Tak lama, dosen masuk yang diikuti beberapa mahasiswa yang belum masuk kedalam ruangan. 2 jam , kelas selesai dan satu persatu mulai keluar dari kelas. Genta bangkit dengan sedikit menendang meja berlalu keluar menuju kantin. Erhan dan Ralio mengikuti dari belakang dalam diam. Bukan, tapi hanya Erhan yang diam karna Ralio daritadi bergumam mengumpati Genta menurutnya seperti orang stres lah, orang gila lah, orang miskin ditanggal tua lah, bahkan sampai suami kurang belaian Ralio sebutkan. Hebat bukan temannya yang satu itu?

Mereka bertiga duduk dimeja pojokan kantin setelah memesan makanan dan minuman yang sekarang sedang mereka lahap. Selesai makan, mereka terdiam dengan hp masing-masing. Hingga Genta dengan tiba-tiba mengambil paksa hp Erhan dan Ralio membuat sang empu menatap tajam.

"Gue kesel bukannya dibujukin malah dicuekin! Temen kampret!" Ucap Genta ketus.

"Lo gila!" Jawab Ralio.

"Lo yang gila! Gue lagi kesel nying, nyokap sama bokap sekongkol bikin gue pisah ranjang kan sialan! Padahal gue nekad sampe mohon-mohon ke om Rajata biar bisa bawa gue balik sama Lesta. Eh kampretnya sampe rumah malah disiksa lahir batin dah mana disuruh pisah ranjang kan an--- Aaww sakit bagong!" Cerocos Genta yang diakhiri pekikan sakit karna pukulan keras dari Erhan.

"Lo gila?! Istri dan anak lo baru keluar dari rumah sakit! Lo ga sadar apa kalo itu masih bahaya? Dan apa lo bilang tadi? Om Rajata? Bokap gue? Syalan lo memang babi manfaatin bokap gue!" Cercah Erhan pada Genta. Sedangkan Ralio dengan anteng menonton sambil memakan kwaci yang entah dapat darimana.

"Ya--ya-ehmm ya kan ga gitu juga Han, gue kan cuma ga mau pisah sama anak bini. Lagian gue bayar ko ke om Rajata." Rajuk Genta memanyunkan bibirnya.

"Lo emang gila! Terima aja pisah ranjang. Sapa suruh nekad!" Balas nya.

"Ya ga pisah ranjang juga lah. Gue sengaja bawa balik bini kan, biar ga haus belaian istri." Jawab Genta masih dengan mode merajuk. Hingga mereka saling balas yang pastinya Erhan menang dengan segala petuahnya, dan Genta kalah memberenggut seperti anak kecil.

"Lo juga malah makan kwaci ga bagi-bagi!" Ucap Erhan dan Genta bersamaan sambil mengambil serenceng kwaci yang masih utuh dari depan Ralio.

"Astagfirullah, kaum duafa mah memang beda. Kwaci juga minta-minta. Nih abang Ralio yang holang kaya ini bagi-bagi dah buat lo pada." Ralio menyerahkan sekresek kwaci yang ternyata memang dia bawa dari rumah, sebelum berlari kabur dari hadapan kedua sahabatnya itu yang kesal karna ucapannya.

Genta dan Erhan saling pandang, walau kesal tapi tetap saja kwaci-kwaci itu dibawa dan dibagi dua. Rezeki ga boleh ditolak kata mamah juga, ucap mereka berdua. Memasukan semua kwacinya kedalam tas lalu bergegas menuju kelas sebelum dosen datang.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang