49

1.3K 55 0
                                    

Sedikit cerita, Rajata Radea adalah ayah dari Erhan sahabat lucknutnya Genta. Pemimpin dan
pemilik Radea Group yang berjalan diberbagai bidang. Hanya memiliki anak 1, Erhan. Rekan bisnis nya Rehan Raysa Adhitama, Papahnya Genta. Rehan dan Rajata seumuran.

Berbelas-belas jam akhirnya mereka sampai di indonesia. Dengan wajah sumringah Genta menggiring koper mereka, sedangkan Lesta mendorong stroller sikembar. Untung nya sikembar hanya rewel sebentar saat dipesawat, jadi mereka tidak kewalahan. Menyetop taxi, mereka mulai berlalu menuju kediaman Adhitama. Lesta tertidur dalam taxi, sedangkan Genta tak henti berdo'a semoga sampai rumah masa depannya tidak dipotong habis oleh orang tuanya karna nekat membawa pulang istri dan anaknya itu. Sepertinya predikat gila sudah mulai Genta sandang mulai saat ini.

*****
Suara mobil memasuki pekarang kediaman Adhitama , menarik perhatian dari pasangan paruh baya yang kini sedang duduk bermesraan diruang tengah.

"Siapa pah?" Tanya Mira.

"Mungkin anak durhaka kita sudah sampai, yuk kita kasih sedikit cubitan." Rehan berjalan tergesa yang diikuti oleh Mira.

Benar, taxi yang ditumpangi Genta sudah sampai, kini mereka bisa melihat dari tirai jendela jika anak kedua nya itu sedang menarik nafas seperti berdo'a. Rehan menarik tangan Mira untuk ikut bersembungi dibalik pintu agar Genta tidak bisa melihat mereka saat masuk.

"Ge.." Panggil Lesta sambil menatap Genta yang berdiam diri didepan pintu belum juga melangkahkan kaki untuk masuk.

"Sstt... Bentar, nyiapin mental dulu." Ucap Genta pelan.

"Bismillah, yuk masuk." Genta menarik koper yang diikuti Lesta dibelakang sambil mendorong stroller si kembar.

Dreeekkkttt.

Genta membuka pintu perlahan, dan menyumbulkan kepalanya menelisik sekitar rumah. Tidak ada orang, ia membuka pintu lebih lebar sambil tersenyum. Namun baru satu langkah masuk, ia mendapat pukulan dikepalanya.

"Sakit woy sakit elaaaahhh!" Teriak Genta karna pukulan dikepalanya itu tak kunjung berhenti. Lesta yang berada dibelakangnya meringis ngeri, menatap Genta yang dipukuli oleh ke dua mertuanya.

"Mah, pah udah. Kasian Genta." Ucap Lesta melerai, yang untungnya kedua mertuanya itu berhenti menatap jengkel pada anak keduanya itu.

"Mah, pah!" Rengek Genta tak terima saat mengetahui jika kedua orangtuanya itu yang dari tadi menyiksa dirinya.

"Yuk masuk sayang." Ucap Mira, menarik Lesta kedalam sedangkan sikembar dibawa oleh Rehan.

"Bawa tuh koper!" Ketus Rehan sambil menendang koper milik anaknya itu.

Genta hanya memberengut kesal akan tingkah kedua orangtuanya itu. Dengan misuh-misuh Genta menarik semua barang miliknya menuju kamar dilantai 2, tanpa memperhatikan jika anak dan istrinya tidak dibawa kelantai 2. Sampai didepan pintu kamar, ia membuka dan langsung memasukkan semua barangnya dipinggir kasur. Merebahkan badannya diatas kasur sambil memejamkan mata, Genta teringat kenapa kamarnya sepi padahal tadi istri dan anaknya berjalan lebih dulu.

Bangun dan bergegas ke lantai bawah sambil meneriaki istrinya, tepat diujung tangga ia mendapat lemparan sendal dari papahnya yang berdiri sambil bertolak pinggang. Genta hanya memanyunkan bibirnya sambil mengusap pelan lengannya yang sakit karna lemparan Rehan. Sambil membawa sendal, Genta berjalan menghampiri papahnya itu dan menyerahkan sendal dengan cepat lalu berlari bergegas menuju kamar kedua orangtuanya.

"Mah kenapa Lesta sama si kembar dibawa kesini sih." Rajuk Genta.

"Hukuman buat kamu. Tidur sendiri selama 1 bulan sana, kurang ajarnya bawa cucu mantu mamah ke indo tanpa bilang siapa-siapa. Kamu fikir kita ga tau? Otak pinternya pake jangan g b l k terus dong." Ucap Mira sambil mengendong Albar dengan mata memelototi Genta. "Sana balik ke kamar! Istri sama anak kamu biar istirahat sama mamah disini, kasian mereka masih jetlag." Lanjutnya.

"Sayang." Panggil Genta mesra berjalan menghampiri Lesta yang terduduk diujung kasur, namun baru tiga langkah bajunya tertarik kebelakang. Siapa lagi pelakunya kalo buka Rehan.

"Balik ke kamar sekarang sama papah!" Ucap Rehan sambil terus menarik kerah baju Genta keluar kamar.

"Paahhh, Genta mau nyusu dulu sama Lesta lah masa sikembar mulu dari kemarin. Kan Genta juga
mau." Rajuk Genta mencoba melepaskan diri beberapa kali.

"Kamu itu udah besar udah ga butuh nyusu. Nyusu aja sama bangkong sana." Tolak Rehan, sambil terus menarik Genta yang sekarang memeluk tembok enggan keluar kamar.

"Papah kaya yang ga pernah nyusu sama mamah aja. Genta juga mau sama Lesta!" Genta menaikan nada bicaranya.

"Papah mah baik jadi suami dan menantu jadi minta nyusu kapan aja juga dikasih ga kaya kamu pecicilan mana ga tau diri lagi ditambah begonya sampe tulang!" Rehan tak kalah menaikan nada bicaranya.

"Tapi pah--"

Plak,plak plak,plak.

"Aish."

"Aaaw." Ringis Rehan dan Genta bersamaan saat Mira memuluk lengan mereka dua kali.

"Kaya anak kecil aja ngomongin nyusu. Sana pergi kekamar sekarang! Ganggu cucu sama mantu aku istirahat aja!" Mira memarahi kedua pria yang berbeda usia itu, membuat kedua nya berlomba-lomba lari langsung menuju  kamar dilantai 2.

"Gara-gara kamu nih!" Rehan menunjuk Genta yang saat ini menidurkan dirinya dikasur.

"Kenapa aku? papah lah yang salah!" Balas Genta tak terima.

"Kamu yang salah! kamu itu papah sekolahin tinggi-tinggi biar jadi anak pinter bukan anak gila!" Rehan membaringkan tubuhnya disamping Genta.

"Hahahahahaha" Genta tertawa kencang membuat Rehan sedikit bergidik ngeri. Sepertinya ia harus membawa Genta ke psikiater.

"Gila!" Ketus Rehan membuat tawa Genta semakin kencang.

"Pah pah pah tau ga??" Tanya Genta setelah menghentikan tawa gilanya itu.

"Gak!"

"Aku yakin sekarang papahnya Lesta lagi mencak-mencak disana hahahahah"

"Kamu tau??" Tanya Rehan sedikit Geram mendengar ucapan anaknya itu. Sudah melempar batu eh sembunyi kandang. Genta yang berulah malah Rehan kena cercah Riza, kan dia jadi kesal telinganya penang mendengar umpatah Riza untuk anak tergilanya itu.

"Papah mertua nelfonin papah dan mengumpati Genta kan??? wkwkw Genta udah tebak pasti kaya gitu. Papah udah ke THT belum? itu telinga kudu diperiksain siapa tau budeg." Santaynya Genta berucap membuat Rehan Refleks bangun dan berdiri bertolak pinggang menatap anak keduanya itu.

"Besok urusin hotel yang di dago atas! Ga ada penolakan! Kartu kredit papah blokir mulai sekarang!" Ujar Rehan ketus sambil berlalu keluar dari kamar membuat Genta terduduk menatap kepergian papahnya merana.

"Paaaaaaahhhhhhh!!!" Teriak Genta frustasi. Kesalahan apa yang hamba perbuat hingga mendapat kesialan ini ya allah. Genta anak baik rajin menabung tapi banyak orang yang dzolim. Lanjutnya dalan hati.

Genta kembali merebahkan tubuhnya, ia lelah sangat lelah karna sudah melakukan perjalanan panjang dan ia berharap bisa istirahat bermanja ria dengan istrinya malah dapat sial. Sudah istri dan anaknya disabotase, sekarang apa kata Rehan tadi? mengurus hotel? Tugas kuliah saja masih numpuk bagaimana dengan mengurus hotel Genta belum sanggup ya allah. Kalo tugas mengurus Lesta, Genta sanggup yakin sanggup apalagi tiap malem bayarannya yang iya nan mantap-mantap, eh astagfirullah. Genta memejamkan matanya menjemput mimpi daripada terbangun tapi memikirkan hal yang mantap, kan tersiksa sendiri karna Lesta masih dalam proses pemulihan.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang