31

1.2K 63 0
                                    

Memutar bola matanya malas Genta melirik ke arah lain saat mendengar derap langkah Aleya semakin dekat dan berdiri tepat disamping Genta yang pastinya disengaja untuk bisa berdekatan. Genta tau modus umum seperti itu, sudah basi.

"Siang om, udah mendingan kondisi nya?" Ucap Aleya lembut pada Riza.

"Udah mendingan ko leya" Adhisti yang menjawab, sedangkan Riza terdiam melirik ke arah jam dinding di tembok depannya yang menurutnya lebih menarik dari apapun saat ini.

"Kalo masuk tuh assalamualaikum ,Islam kok cuma ktp doang." Cibir Genta pelan tapi cukup terdengar ke telinga Aleya dan Riza. Sedangkan Adhisti fokus pada buah yang Aleya bawa jadi tidak terlalu mendengar apa yang sedang dibicarakan.

Riza merespon dengan senyum smirknya menatap Genta yang dibalas oleh Genta dengan kerutan didahi dan Alis sebelah kanan yang menaik. Riza memutar bola mata jengah karna menantunya itu tidak mengerti dengan kode yang ia beri, menantu? Bhaakk ,apakah ia sudah gila mengakui Genta sebagai menantunya setelah mendengar ceramah yang belum selesai dari Genta? Sepertinya ia harus memeriksakan kondisi jiwa dan otaknya yang mulai tidak benar.

"Pah mer, Menantu mu yang tampan nan menawan ini pamit undur diri karna istri dirumah sudah menanti" Ucap Genta setelah membaca sebuah pesan dari Lesta yang menanyai keberadaan nya.

"Rasa nya saya mau muntah dengar kamu bicara seperti itu. Tapi saya akui soal kamu yang ekhem tampan. " Riza menjawab dengan menunjukkan wajahnya yang tetap datar.

"Alhamdulillah kalo Pah mer sadar kalo saya Gentara memang tampan. Cepat sehat pah mer biar ga dirumah sakit lama-lama" Ucap Genta sambil tersenyum pada Riza yang dibalas senyum tipis oleh nya. "Mah mer, Genta pulang dulu ya dicariin Lesta soalnya. Assalamualaikum Pah Mah" Lanjut nya pamit sambil menyalami tangan Riza dan Adhisti. Aleya? Bagai makhluk tak kasat mata bagi nya.

"Bocah tengil" teriak Riza saat Genta hendak membuka pintu kamar yang membuat refleks Genta berhenti dan milirik kepada nya dengan raut wajah bertanya.

"Bawa Sei saya kemari besok. Katakan pada nya saya ingin dibawakan makanan oleh nya. Sekarang kamu pulang dan hati-hati dijalan, jangan ngebut ngebut jangan buat anak saya jadi janda muda" Ucap Riza membuat Genta tersenyum tipis.

"Sudah dibukakan pintu hidayah hm?" Jawab Genta dari depan pintu tanpa berniat berjalan kembali menghampiri Riza.

"Saya jengah dengar ceramah kamu yang udah kaya ustad tengil. Sudah sana pulang, ngapain masih berdiri disitu!" Usir Riza yang membuat Genta langsung berjalan keluar dan kembali pulang kerumah nya dengan kabar baik untuk Lesta.

Adhisti tersenyum dan berterimakasih pada suami nya itu karna sudah meminta Genta untuk membawa Lesta bertemu dengan mereka. Tanpa mereka sadari Aleya yang sedari tadi memperhatikan terdiam dan mengepal tangan nya kuat menahan emosi akan sikap Riza yang mulia berubah pada Lesta dan Genta. Ia akan membiarkan semua nya berjalan , tapi takkan lama. Karna ia akan benar benar merebut Gentara kembali dari seorang Lesta.

***

Besok nya, Genta benar benar mengajak Lesta kerumah sakit untuk bertemu dengan ayah nya - Aguriza. Genta tak memberitahukan istri nya bahwa mereka kerumah sakit akan menjenguk Riza, Genta hanya bilang minta ditemani untuk menjenguk seseorang. Lesta? Hanya nurut dan mengikuti kemauan Genta seperti seorang ibu pada anaknya.

Menyusuri lorong rumah sakit yang belum terlalu ramai karna hari masih pagi, mereka bercengkraman tangan sambil membahas beberapa topik tentang kehamilan Lesta.

Degh. Lesta berhenti tiba-tiba dan menatap satu objek lurus yang membuat Genta ikutan diam memperhatikan objek yang Lesta pandang.

"Itu anak buah nya papah Ge" Ucap Lesta pelan sambil menatap wajah Genta. "Kita mau jenguk siapa? Jenguk papah? Kalo papah marah gimana? Kalo papah ngus--" Lanjut Lesta namun belum selesai sudah terpotong oleh Genta yang langsung memeluk nya.

"Semua nya baik-baik aja, percaya sama aku" Genta melepaskan pelukannya dan tersenyum lembut. Menautkan jari nya dengan jari Lesta, berjalan menghampiri para penjaga dan izin untuk masuk yang langsung dipersilahkan oleh mereka.

Terdiam, Lesta terdiam melihat papahnya yang sedang berbincang dengan seorang wanita muda yang membelakangi dan mamahnya yang sedang merapihkan obat milik papah nya.

"Paahh" Ucap Lesta lirih, berjalan cepat menghampiri mereka dan langsung memeluk erat Riza yang dibalas pelukan juga oleh nya.

"Lesta Sei nya papah?" Ucap Riza pada Lesta sepelas mereka berpelukan. Lesta hanya mengangguk dan menghampus air mata yang keluar dari mata nya. "Makin gemuk kamu nak, bahagia hm?" Lanjut Riza yang lagi-lagi dijawab anggukan saja oleh Lesta.

"Assalamualaikum pah mer, mah mer" Genta mengucapkan salam sambil mengambil tangan Riza dan Adhisti yang dijawab salam oleh mereka berdua , ia lalu berdiri disamping istri nya itu.

"Jangan nangis, malu sama adek bayi diperut" Ucap Genta pelan pada Lesta tapi masih terdengar oleh yang lain. Lesta menundukan kepalanya malu membuat Genta gemas dan mencium kepala Lesta tanpa peduli orang lain yang melihat.

Mereka berbincang pelan sesekali diiringi tawa renyah tanpa sadar masih ada orang lain diantara mereka yang sedari tadi hanya diam memperhatikan, terutama Lesta.

Drktg. Suara kursi bergeser dan berdiri orang itu dari duduknya tersenyum pada semua orang.

"Om, tante. Aleya pulang dulu ya masih ada urusan lain." Pamit nya pada Riza dan Adhisti, lalu menatap Lesta yang juga menatap nya. "Apa kabar kak? Gue pulang dulu ya next time kita ketemu dan ngobrol-ngobrol ya udah lama ga meet nih" Lanjut Aleya pada Lesta dengan seyum berbeda yang ia tunjukan khusus untuk Lesta. Berjalan menghampiri Lesta dan memeluknya membuat Genta refleks mundur tiga langkah.

"Lo pikir lo udah bahagia hm? Tunggu bentar lagi, gue bakal kasih lo hadiah terindah." Bisik Aleya sangat pelan yang hanya bisa didengar oleh nya dan Lesta.

Melepaskan pelukan mereka dan hendak mengelus perut buncit Lesta tapi tertahan karna Genta dengan cepat menahan tangan Aleya mengcengkram nya kuat membuat sang empu tangan meringis pelan.

"Jangan.sentuh.milik.gue" Ucap Genta tanpa suara hanya dengan gerakan bibir yang dimengerti oleh Aleya dan dibalas senyum miring oleh nya.

Aleya melepaskan tangannya dari cengkaraman tangan Genta, mundur beberapa langkah dan pamit lagi pada Riza dan Adhisti dengan senyum yang ia tunjukkan terlihat ramah. Mengambil tas yang ia simpan di sofa, berjalan menjauh dari mereka dan pergi untuk menemui salah satu teman nya.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang