46

1.3K 56 0
                                    

Mereka menaiki taxi untuk menuju apartemen. Apartemen yang memang sengaja disewa Riza selama mereka menetap di inggris. Awalnya Genta bersikukuh ingin membawa Lesta langsung ke indonesia, namun na'as ia malah mendapatkan pukulan dari semua pria yang ada diruangan itu. Kata mereka sih Genta kelewat gila. Bayi masih merah dan istri baru sadar dari koma malah mau dibawa naek pesawat. Mending kalo dekat, lah ini Inggris-Indonesia ga kaya Jakarta-Bali bro butuh berbelas-belas jam diatas awan.

Untuk Ralio, Erhan, Aleya,dan Tara mereka sudah kembali ke indonesia kemarin. Mereka tidak menghabiskan banyak waktu diingris karna masih banyak tugas yang harus mereka selesaikan jika tidak ingin mengulang materi. Ralio dan Erhan tidak seperti Genta, mereka masih ingin lulus tepat waktu. Sedangkan Aleya dan Tara terpaksa karna diancam oleh Ralio dan Erhan. Ya kedua sahabatnya itu masih agak sensi jika membiarkan kedua wanita itu berdekatan dengan Genta tanpa pengawasan mereka. Bukan apa-apa sih cuma ya antisipasi aja, tapi beda dengan Ralio yang beralasan takut gagal nikah.

Sampai di Apartemen mereka disambut oleh Riza dan Adhisti yang langsung mereka salami tangan keduanya. Genta memindahkan Alca kegendongan Adhisti, ia memindahkan dan membereskan barang-barang kedalam kamar. Setelah selesai ikut bergabung dengan yang lainnya didepan tv ruang tengah. Genta duduk disamping Lesta.

"Heh bocil kapan balik ke indo?" Tanya Riza sinis yang dibalas tatapan datar Genta tak terima dipanggil bocil padahal dia sudah dewasa terbukti menghasilkan anak kembar dengan bibit unggul.

"Kemarin mau balik kan sama pahmer ga boleh, yaudah ga jadi." Jawabnya santai sambil memainkan ujung rambut Lesta yang tergerai panjang.

"Ya ga boleh lah kemarin kamu ngajak anak dan cucu saya juga, ga sadar apa mereka baru keluar dari rumah sakit. Cucu saya juga masih kecil gitu." Balas Riza judes.

"Bulan-bulan kemarin juga pah mer bawa istri sama anak saya naek pesawat dari indo-jepang-inggris padahal lagi koma dan baru berojol hoyaaaa pah mer juga salah kalo gitu." Genta mengambil Albar dari gendongan Lesta untuk ia gendong.

"Ge jangan gitu ah." Bisik Lesta tepat ditelinga Genta.

"Apa bunda? Ayah ga salah bicara, kan itu fakta." Jawab Genta dengan senyum lebar yang lesta tau itu dipaksakan.

"Dasar bocah tengil kurang waras, balik ke indo sana kerjain semua tugas kuliah jangan sampai ngulang materi kamu. Saya ga mau punya mantu telat lulus jadi sarjana!" Riza bangkit dan berlalu ke kamar kesal dengan tingkah Genta.

"Nak Genta, Papah cuma pingin nak Genta tetep kuliah karna disini Lesta dan si kembar ada kami yang jaga jadi ga usah khawatir. Toh sekitar 1 atau 2 bulan lagi juga udah bisa pulang ke indo." Ujar Adhisti sangat lembut membuat Genta tak tega untuk membantah.

"Genta pulang sabtu nanti mah mer. Masih mau disini dulu bentar sama si kembar." Genta tersenyum tipis menatap Adhisti yang dibalas senyuman juga olehnya sebelum pergi berlalu menyusul Riza dan menyerahkan Alca pada Lesta.

"Maksud papah itu baik loh ge, ga mau kamu ngulang materi biar cepet lulus juga kan. Aku cuma butuh 1 sampai 2 bulan aja waktu pemulihan dan menunggu si kembar lebih cukup umur untuk naik pesawat dengan resiko yang kecil." Lesta mengelus pelan tangan Genta yang sedang mengendong Albar yang tertidur. "Aku pasti pulang ke indo dan balik lagi kerumah. Yang harus nya khawatir disini tuh aku loh karna disana kamu bisa aja ketemu banyak wanita penggoda, tapi aku harus percaya dan cukup bersabar menunggu waktu."

"Tapi--"

"Ge percaya aja ya, kita masih bisa vidcall tiap hari walau perbedaan jam." Genta tersenyum dan mengecup bibir Lesta singkat.

"Iya. Aku sabtu pulang kok. Papah sama mas Arfand ngechat mereka butuh aku buat ngelola hotel, karna papah mulai buka cabang lagi dibeberapa tempat. Jadi aku harus pulang."

"Uluuhhhh suami aku udah mulai dewasa ya, udah mau bantu papah sama mas Arfand ngelola hotel." Lesta menjuil idung Genta pelan.

"Kepaksa!" Genta mendengus dengan bibir yang sengaja dimanyunkan membuat Lesta tak kuasa mengeluarkan tawa kencang membuat Alca yang ada digendongannya menangis dan Albar yang tertidur terbangun menangis tak kalah kencang dengan Alca karna kaget dengan tawa kencang Lesta. Melihat itu Lesta langsung berhenti tertawa, menyusui Alca dan Albar bersamaan agar berhenti menangis lalu tertidur.

"Ayah mau ikutan nyusu dong double Al." Rengek Genta tak terima melihat aset milik  Lesta diambil alih kedua anaknya.

"Ge!" Tegus Lesta melihat Genta dengan jailnya menjauhkan wajah Alca dari payudara Lesta membuat sang anak kembali menangis.

"Pingin nyusu juga sayaaaanggg." Rengek Genta manja.

Dugh.

"Aww aish sapa sih yang--"

"Saya yang lempar. Pulang sana ke indonesia jangan ganggu cucu dan anak saya!!" Riza berdiri didepan pintu kamar memegang satu buah sepatu pasangan dari sepatu yang tadi ia lempar tepat ke kepala genta.

"Pah mer ga asik!" Genta terduduk dilantai sambil menyebikkan mulutnya mengumpati sang papah mertua dalam hati. Lesta hanya terkekeh dengan tingkah Genta. Suaminya itu sudah menjadi Ayah tapi tetap saja menggemaskan seperti anak kecil.

"Udah punya anak dua masih aja bocah!" Sindir Riza melihat tingkah menantunya itu.

"Bodo amat lah pah mer semerdekanya papah mertua aja dah, menantu yang baik hati ini cuma bisa diem saat dinistakan oleh mu!" Balas Genta membuat Adhisti yang melihat pertikaian kedua pria itu menahan tawanya.

"Udah lah mas sama menantu ko kaya gitu, udah yu masuk aja kita istirahat." Lerai Adhisti selanjutnya menarik Riza kembali kedalam kamar.

"Mau ke kamar?" Tanya Genta yang dibalas anggukan kepala oleh Lesta. Mereka berjalan masuk kedalam kamar dan tak lupa Genta menguncinya agar tak bisa diganggu oleh papah mertuanya itu.

Bukan berfikiran buruk pada Riza, tapi apapun yang berhubungan dengan Riza itu selalu buruk kepada dirinya. Papah mertuanya itu selalu berfikir negative padanya, tidak salahkan kalo diajuga ada fikiran buruk? Bukan balas dendam hanya saja antisisapi eh antisipasi duh Genta Genta.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang