12

1.8K 102 0
                                    

"Itu bukan datang bulan pa, tapi pendarahan ringan yang ibu alami akibat terlalu banyak aktivitas dan fikiran. Saran dari saya ibunya lebih baik dirawat dulu untuk dapat di pantau lebih intensif kondisinya, dan harus bedrest kurang lebih 2 minggu. Jika si ibu terlalu banyak aktivitas yang berat,kelelahan dan banyak berfikir saya tidak jamin janinnya bisa bertahan dengan kondisi yang saat ini lemah. Jadi selama bedrest kita berusaha untuk memberi vitamin penguat imun dan janin" Penjelasan sang dokter cukup memberi sentilan pada ulu hati Genta. Mengapa ia bisa ceroboh hingga tak sadar gejala-gejala perubahan Lesta yang menunjukkna pertanda orang hamil.

"Aah. Yaudah biar saya urus administrasinya dulu dok untuk rawat inap, terima kasih" ucap Genta berlalu menuju bagian administrasi untuk mengurus segalanya.

Kaget dan tak percaya yang ia rasakan sekarang. Bagaimana bisa sekarang ia sudah menjadi calon ayah di usia nya yang 19 thn ini? Dan apa tadi si dokter bilang? Calon anak nya lemah? Bhaaaahhh lelucon apa ini 😌 jika lesta kelelahan dan terlalu banyak berfikir anak nya akan pergi? Bukankah itu yang tadi dokter katakan padanya??
Termenung, genta baru sadar bagaimana bisa lesta kelelahan karna selama 1 bulan ini ia selalu bersama dengannya di setiap aktivitas yang dilakukan. Banyak fikiran? Mungkin kah? Tapi apa yang ia fikirkan sampai membuat kondisi nya lemah dan tak sadar kalo ia berbadan dua? Apa tentang kedua orang tua nya yang benar-benar mengusir dan tak mau menganggapnya lagi sebagai anak?? Atau ia tau jika ia hamil dan berfikir tentang masa depan nya? Arrggghhh. Entah lah semua nya terlalu membingungkan dan rumit.

***
Terduduk merenung sendirian di kursi lorong rumah sakit, Genta masih engga untuk mendatangi keluarga dan temannya yang menunggu diruang inap Lesta. Ya Lesta sudah masuk ruang rawat VIP yang akan menjadi tempatnya istirahat dalam kurun waktu seminggu atau 2 minggu kedepan.

Sejak 1 jam yang lalu saat ia menghubungi keluarga untuk memberitahu perihal kondisi Lesta, hingga 30 menit keluarganya sampi diruang inap tak ada niatan Genta untuk bertemu mereka semua. Masih terlalu rumit fikiran Genta untuk mencerna keadaannya saat ini. Tanpa memperdulikan getaran di saku celananya yang terus bergetar tiada henti pertanda berkali-kali orang disebrang sana mencoba menghubunginya namun ia tetap diam dalam fikirannya sendiri. Hingga--

"De, lo dari tadi disini?"

"Euh?" Respon Genta kaget dan bingung bagaimana bisa Arfand duduk disamping nya dan kapan ia datang. Entah lah.

"Lo dari tadi disini? Semua nya nyariin lo" Tanya Arfand ulang.

"Heem"

"Kenapa? Lo kaget? Bingung? Ga percaya? Atau apa?"

"G-ggue masih belum bisa nyerna semua nya mas. Gue tau gue udah milih jalan ini yang pasti nya gue udah tau resikonya. Tapi, gue masih ragu" jawab Genta lirih dan ragu sambil menunduk kepala nya semakin dalam.

"Ragu? Karna apa lo ragu? Bukan nya lo sendiri yang bilang sama Lesta kalo dia cukup percaya sama lo? Tapi lo sendiri ga percaya sama diri lo? Bhaaahhh gimana lo mau jadi bapa hm?"

"Darimana lo tau gue bilang gitu ke dia?"

"Lesta tadi bilang, lo sendiri yang bilang ke dia cukup percaya sama lo kalo semua nya akan baik-baik aja. Tapi lo ga nunjukin diri lo dari tadi? Bahkan kata temen lo, lo pergi sejak ngurus administrasi!" Ucap Arfand dengan sedikit penekanan diakhir karna jujur dia kesal saat Ralio berbicara seperti itu kepada dirinya bila Genta tak kembali sejak pergi mengurus administrasi.

"Gue ragu buat ngejalin hubungan lagi mas. Oke katakan gue ini pecundang cuma gara-gara masa lalu gue jadi ragu buat jalin hubungan lagi, tapi ini bukan pacaran ataupun sahabatan mas ini nikah hubungan yang sakral dihadapan tuhan. Gue takut ditinggalin untuk yang kesekian kalinya" Lirih Genta sambil menundukkan kepala.

"Yakinin diri lo, gue yakin lo bisa lo adik gue dan gue yakin lo bukan pecundang. Kalo jodoh ga akan ada yang namanya salinh ninggalin, yang ada juga pasti saling mengikat satu sama lain"

"Gue harus gimana???" Frustasi Genta menenggelamkan wajah nya diantara lutut nya yang ia angkat ke atas kursi sambil megacak rambut nya kasar.

"Tanggung jawab ge. Itu juga anak lo"

"T-ttapi mas , gue ragu"

"Jangan banyak tapi ge. Cukup percaya sama diri lo kalo lo bisa. Sekarang kita kembali keruangan Lesta, dia bener-bener nungguin lo kalo urusan mamah sama papah, mereka udah paham jadi nyerahin semua nya ke lo"

Arfand merangkul bahu Genta berjalan beriringan menuju ruangan Lesta. Sampai didepan pintu ruangan ia berkali-kali menarik nafas nya berharap beban yang kini berada dipundaknya sedikit berkurang. Membuka pintu perlahan sambil mengucapkan salam, ia menghampiri kedua orang tuanya dan menyalami tangan mereka. Berjalan dan duduk disamping brankar Lesta, tersenyum sambil mengusap tangan nya lembut. Genta meyakini hatinya percaya apa yang ia lakukan benar. Genta mulai berbicara dengan lesta tentang apa yang terjadi dan apa yang akan ia lakukan ke depannya nanti. Yang pasti tentang per tanggung jawaban nya.

1 bulan dari sekarang Genta akan menikahi Lesta dan bertanggung jawab sepenuh nya. Meski awal nya semua orang menolak dan beberapa kali beradu argumentasi perihal waktu ia akan menikahi Lesta terlalu lama. Tapi Genta tetap lah Genta dengan segala keputusan yang ia pilih, pasalnya ia ingin mengurus semuanya sendiri dengan pernikahan sederhana yang hanya didatangi kerabatnya.

Lesta? Ia hanya bisa setuju tanpa bisa menolak karna bagaimana pun anak yang ia kandung membutuhkan ayah nya bukan? Tapi ada satu hal yang mengganjal dihati nya. Orang tua. Yang langsung Genta pahami ke inginannya melihat raut wajah Lesta. Genta mengenggam tangan Lesta erat meyakinkannya bahwa ia akan berusaha membawa restu kedua orang tua nya untuk menikahi ia 1 bulan dari sekarang.

Yang pasti jalan mereka berdua sejak hari itu tidak lah mudah, terutama Genta yang harus berfikir untuk mendapatkan restu Riza yang notabene nya memiliki pendirian yang kuat. Genta harus bersiap-siap untuk menghadapi malaikat maut ia - Riza papahnya Lesta.

.
.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang