36

1.2K 59 0
                                    

"Gimana Ral? bisa?" Tanya Erhan pada Ralio.

"Kaga bisa han, samperin langsung aja gitu atau gimana ya?"

"Mau langsung kesana aja? Gue khawatir soalnya ga ada kabar banget dah beberapa hari ini." Ucap Erhan berdiri dari duduknya yang diikuti oleh Ralio.

"Skuy dah." Jawab Ralio berjalan beriringan dengan Erhan menuju parkiran.

Meski mereka berdua sahabat lucknut tapi bagaimanapun mereka tetaplah sahabat. Jika ada salah satu dari mereka yang tidak ada kabar sehari atau dua hari saja pasti mereka akan mencari tau, meskipun sering saling membully tapi mereka saling peduli. Salah satu moto persahabatan mereka adalah
"Sebejat-bejatnya jadi sahabat, tetep kudu peduli walaupun setiap hari saling bully"
dan mereka selalu ingat dengan moto persahabatan yang itu. Kini Erhan dan Ralio sedang dalam perjalanan menuju kediaman Adhitama dengan perasaan tak karuan. Entah lah apa yang terjadi atau akan terjadi, yang pasti sekarang perasaan mereka kaya peemen nano-nano geng.

***

Rehan segera menghampiri keluarga nya yang berkumpul diruang tengah, minus Genta yang mengurung diri dikamar. Dengan senyum yang dipaksakan diwajah nya ia duduk disamping Mira dan memeluk nya erat.

"Kita berdo'a terus ya mah dan jangan berhenti berusaha buat dapat kabar mereka." Rehan menghampus air mata Mira yang mulai keluar lagi.

"Masih belum bisa dihubungi pah?" Tanya Arfand pada Rehan yang dibalas sebuah gelengan kecil. "Apa Arfand cari aja kesana pah? Kasihan mamah. Pingin banget ngeliat cucu kembar nya yang hanya pernah mendengar suara tangis nya doang sekali tidak dengan wajahnya yang entah mirip siapa."

"Kamu harus ingat Arfand. Papah nya Lesta melarang kita untuk menyusul nya ke negara itu, terutama Genta. Ini hukuman bagi nya karna ia melupakan tanggung jawab nya sebagai suami dalam sekejap. Bahkan papah akui kesalahan yang Genta lakukan kali ini fatal sekali hampir melayangkan tiga nyawa." Tolak Rehan dengan keputusan Arfand yang bersikukuh untuk menyusul ke Jepang.

"Pah, Genta belum makan dari kemarin. Bujuk lah pah" Ucap Mira pelan.

"Mamah tau kan seminggu ini dia susah banget buat dengerin omongan orang lain. Semua orang dirum--"

Tok. Tok. Tok

"Assalamualaikum, Om Rehaaaaan? Tante Miraaaaaa?" Teriak Erhan dan Ralio silih berganti didepan pintu membuat omongan Rehan terpotong. Ia bangkit untuk membukakan pintu.

"Wa'alikum salam" Jawab Rehan saat sudah membuka pintu dan berhadapan dengan kedua teman anak nya itu.

"Mau nyari Genta. Ada dirumah? Di telfonin ga ngangkat-ngangkat. Disamper dari kemarin kosong terus ini rumah." Beo Ralio.

"Ada di atas, dikamar nya. Langsung aja masuk." Rehan mempersilahkan mereka yang langsung saja mereka turuti dan berjalan menaiki tangga tidak lupa menyapa anggota keluarga lain Genta yang berada di ruang tengah.

Tanpa mengetuk pintu, Ralio lancang masuk kedalam kamar namun baru dua langkah ia langsung terhenti melihat kamar yang biasa nya sangat rapih sekarang berantakan. Bahkan sang empu kamar tertidur di dekat jendela balkon meringkuk seperti orang-orang tak punya rumah dipinggir jalan. Meringis melihat kondisi saat ini, Ralio enggan menghampiri malah menarik Erhan untuk berjalan maju berbicara dengan Genta.

Sudah terbiasa di jadikan korban oleh sahabat nya yang itu, ia hanya bisa menghela nafas pelan dan berjalan hati-hati hingga berdiri disamping tubuh Genta. Meringis melihat kondisi Genta yang biasa bersih dan rapih namun sekarang sangat berantakan sekali bahkan mungkin ia belum mandi beberapa hari. Berjongkok dan menggoyangkan tubuh Genta untuk membangunkan nya cukup ampuh membuat Genta terbangun dan langsung terduduk menyender pada kaca tanpa berniat membuka mata.

"Lo? Udah berapa lama ga mandi ge?" Tanya Erhan yang hanya dibalas gelengan kecil dari Genta. "Ini kamar lo kenapa? Kena gempa? Kena butiran pesawat sukoy? Atau lo berantem sama kak Lesta mendatangkan perang dunia ke tujuh?" Lagi, Erhan hanya mendapat jawaban sebuah gelengan kecil dari Genta. "Terus kalo bukan ini semua kenapa? Kak Lesta mana? Dari awal masuk ga liat gue." Tanya Erhan lagi dan yang lagi lagi hanya dibalas sebuah gelengan kepala membuat Erhan mulai jengah.

Memanggil Ralio untuk mendekat dan membantu nya bertanya pada Genta, membuat si menyebalkan itu mau tak mau mendekat dengan misuh-misuh.

"Heh lo kalo di tanya yang bener napa ge, kita berdua khawatir sama lo. Lo pisah ranjang sama kek Lesta atau lo cere ama dia hm? Frustasi banget kek nya kaya duda baru ditinggal selingkuh tau ga!" Ucap Ralio asal namun mendapat sebuah anggukkan kepala dari Genta dan sebuah isakkan kecil.

Erhan dan Ralio saling pandang, mereka cukup kaget melihat respon Genta yang tetiba menangis dalam diam. Meski mata nya masih tertutup namun mereka tau jika Genta sadar 100%.

"Ge lo beneran cerai sama kak Lesta? Lo jadi duda? Diselingkuhin sama sapa dah lo? Emang bisa? Bukan nya kak Lesta lagi hamil dan sayang sama lo?" Tanya Erhan hati-hati membuat Genta membuka mata nya menatap dengan pandangan berkaca kaca.

"Semua nya kacau. Kacau gara-ara gue. Gue yang ngebuat kacau semua nya. Gue ga tau istri sama anak gue dimana. Tapi gue nerima surat gugatan cerai darinya." Ucap Genta lagi lagi membuat Erhan dan Ralio saling pandang tak percaya.

"Gimana bisa? Lo kan sama bini baek-baek adem tuh, napa bisa minta cere? Lo selingkuh balikan sama si leya ya? Parah lo ge par--" Ucapan Ralio terpotong karna Genta langsung menceritakan semua nya yang terjadi beberapa hari kebelakang pada rumah tangga nya itu. Erhan dan Ralio dengan seksama dan serius mendengarkan curhatan Genta tanpa berniat menyela atau memotong. Mereka cukup mengerti dengan kondisi sahabat nya itu, dan mereka jadi tau kemana sahabat nya itu selama beberapa hari sulit dihubungi.

"Jadi sekarang lo gimana? Udah tanda-tangan?" Tanya Ralio tepat saat Genta selesai berbicara.

"Belum. Kemarin gue sobek. Tapi tadi pagi datang lagi yang baru." Genta menunjuk amplop coklat di atas kasur king size milik nya.

"Mau gue bantu?" Tawar Erhan namun mendapat gelengan dari Genta.

"Semakin gue nyari, semakin gue di jauhin dari mereka." Genta meluruh tidak semangat kembali membaringkan tubuh nya.

"Biar gue cari tau dari Aleya gi--"

"Percuma. Lo liat aja hp gue, gue udah mohon-mohon ke dia buat ngasih tau dimana Lesta dan dia cuma jawab kalo ini semua hukuman buat gue" Genta memotong ucapan Erhan dengan nada datar nya.

Ralio dengan gercep mengambil hp Genta dan membuka semua pesan dari nomor Aleya namun benar yang diucapkan oleh Genta. Aleya hanya menjawab jika semua ini hukuman untuk Genta. Alih alih kembali menyimpan hp itu, Ralio termenung dengan satu nama kontak yang sangat-sangat ia kenali. Tara Puriani.

"Gue cukup tau kalo nama Tara didunia ini banyak. Tapi Tara Puriani? Jangan bilang kalo ini sahabat lo dari kecil itu?" Ucap Ralio dengan nada dingin nya.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang