42

1.3K 58 0
                                    

"Sekarang kamu tidur." Perintah Riza namun Lesta menolak dengan menggelengkan kepala. "Kita di inggris. Butuh waktu belasan jam agar dia sampai disini. Gunakan waktu kamu untuk beristirahat sebelum berdebat dengan bocah sialan itu." Ucap Riza mengalah.

"Paaahhh." Lesta merajuk dengan suara yang pelan.

"Iya iya bukan bocah sialan tapi ayah bocah tengil." Jawab Riza sambil menaikkan selimut sampai batas dada.

"Goodnight love." Ucap Riza dan Adhisti sebelum meninggalkan Lesta untuk beristirahat.

Riza dan Adhisti duduk disofa sambil menatap cucu kembar mereka. Bukan Adhisti, tapi Riza sendiri yang sedang berfikir keras antara ego serta logika. Ucapan Lesta masing terngiang jelas ditelinganya, setiap kata dan makna.

Ia pernah dengar jika terkadang orang yang koma itu jiwanya berada didunia berbeda dengan mereka yang sadar. Riza tak percaya jika ada yang mengungkapkan jika kekuatan cinta mampu membuat seseorang yang hampir menemui ajalnya dan menarik kembali utnuk hidup ke dunia nyata. Tapi anaknya tadi berkata apa? Menantu kurang ajarnya yang menuntun putrinya untuk kembali? Bhaks sungguh tidak masuk diakalnya. Namun berkali-kali ia berfikir masih tidak menemukan titik terang.

"Kabari Aleya, minta untuk bawa si tengil kesini." Ucap Riza kepada Adhisti.

"Yakin pah?"

"Jangan bertanya yang akan membuat aku ragu lagi mah." Jawab Riza berlalu keluar dari ruangan.

Adhisti hanya menghela nafasnya pelan sebelum mengetikkan sebuah pesan kepada ponakannya - Aleya untuk memberi kabat jika Lesta sudah sadar dan ia meminta untuk membawa Genta ke Inggris.

***

Dilain tempat, hp Aleya terus berbunyi menandakan sebuah pesan masuk melalui apk WA membuat tidunya cukup terganggu. Ya bagaimana tak terganggu, nada dering pesan masuk Aleya itu satu buah lagu yang kini sedang hits dikorea selatan dari salah satu girl grup asuhan SM.Ent. Dengan malas Aleya mengambil hpnya dan membuka sebuah pesan masuk yang ampuh membuat kesadarannya kembali 1000%. Adhisti, kaka ibunya - mamah Lesta - tantenya mengirim pesan yang sungguh tak dipercaya oleh dirinya namun sedikit berbalas pesan kini ia percaya jika benar nyatanya isi pesan Adhisti yang meminta dirinya untuk datang membawa Genta. Langsung saja ia mendial nomor Erhan yang dipanggilan ke 3 baru diangkat disebrang sana.

"Lo gila nelfon jam segini hah? Ga punya jam ap--" Gerutu Erhan disebrang sana namun dengan cepat Aleya memotong ucapannya.

"Lesta udah sadar. Tante Adhisti minta gue bawa Genta ke Inggris, Lesta nyariin Genta. Bantu gue." Ucap potong Aleya.

"Lo siap-siap aja biar yang lainnya gue yang urus." Erhan memutuskan panggilan sepihak yang selanjutnya menghubungi Ralio dan anak buah papahnya untuk mengurus akomodasi untuk mereka terbang pagi hari ke Inggris. Ya, tanpa perlu menunggu waktu lama Erhan meminta anak buahnya mengambil penerbangan tercepat agar semuanya cepat terselesaikan.

***

Pagi ini Genta berniat untuk mencari ke tiga orang yang kakak sulungnya itu kata kan bisa membantunya menemui Lesta. Saat sedang menuruni tangga ia mendengar suara ribut-ribut namun ia masih acuh hingga di tangga terakhir ia terlonjak kaget karna Erhan, Ralio, Aleya dan Tara berdiri didepannya tiba-tiba dengan tas yang tersampir dipundak nya masing-masing.

"Gentayang buruan balik lagi ke kamar." Ucap Ralio sambil menarik tangan Genta menaiki tangga kembali dan memasuki kamarnya.

"Lo apaan sih Ral tarik-tarik gini!" Ketus Genta tak terima dengan sikap Ralio yang menariknya paksa.

"Ga usah banyak bacot!" Ucap Ralio,Erhan, dan Aleya serempak.

Mereka sampai dikamar dan denga dinginnya Ralio langsung mengobrak-abrik isi lemari yang selalu rapih itu cukup membuat Genta geram. Namun saat ia akan memprotes Aleya berdiri didepannya menghalangi aksi Genta.

"Awas lo mantan." Ucap Genta ketus.

"Nih liat. Masih mau nyuruh gue minggir, sampah?" Aleya menunjukkan pesan masuk dari Adhisti yang memintanya untuk membawa Genta ke inggris menemui Lesta yang sudah sadar. Namun saat akan membaca pesan-pesan yang lainnya Aleya langsung menarik tangannya mengejek Genta.

"Sialan!" Genta mengumpat pelan namun masih terdengar oleh mereka.

Selesai, Ralio menarik 2 koper yang berisi barang-barang milik Genta. Tanpa protes pun Genta mengikuti langkah mereka keluar. Tepat saat diruang tengah, seluruh keluarga berdiri menatapnya.

"Tante, om. Do'ain ya semoga si Genta ga di sunat 2 kali sama papah mertua nya." Ucap Ralio membuat mereka terkekeh.

"Masih mending di sunat 2 kali, lah kalo dipotong sampe habis gimana itu masa depan?" Erhan menimpali omongan Ralio membuat Genta berdecih pelan.

"Ga ada mendingnya dasar bego." Rajuk Genta.

"Lo yang lebih bego. Bini dibiarin sendiri, masih mending tuh bini lo nyariin pas udah sadar. Coba lo? Sadar pas baca novel remaja mana nuduh kakak sendiri rebut istri lo apa--" Ucapan Ralio terpotong karna genta melempar mulurnya dengan sepatu yang ia pakai. Ia tak berniat bertanya darimana sahabat nya itu tau, yang pasti kalo tidak dari Arfand langsung ya dari Rafa adiknya yang laknat.

"Ini kita mau kemana sih?" Tanya Genta polos membuat seisi rumah geram. Sungguh rasanya Ralio ingin melempar Genta ke kawah puih saat ini juga.

"Ke mars!" Jawab Ralio ketus.

"Gue kira ke inggris." Ucap Genta pelan namun sukses membuat Aleya melemparkan sepatunya kepada Genta.

"Tololnya nanti aja jangan sekarang! Istri lo udah nungguin lo di inggris." Aleya menatap sengit Genta. "Urusan pasport dan yang lainnya udah diurus sama Erhan dan Ralio, lo cukup ikut kita aja jangan pake banyak bacot." Lanjut Aleya sambil menahan kegeramannya yang hanya dibalas anggukan kepala polos dari Genta.

"Mah, pah." Genta menghampiri kedua orang tua nya.

"Do'akan Genta ya. Semoga masa depan Genta beneran ga dipotong sama papah nya Lesta. Do'ain semoga Genta masih dikasih kesempatan kedua sama Lesta." Genta berlutut tepat di bawah kaki kedua orang tuanya itu. Mira dan Rehan yang melihat langsung menahan dan menarik kembali tubuh anaknya itu untuk berdiri.

"Papah sama mamah selalu do'ain kamu. Bawa menantu dan cucu mamah kembali nak." Ucap Mira sambil memeluk Genta.

"Papah selalu dukung dan do'ain kamu Ge. Jangan lirik Tara lagi, papah udah denger rencana pernikahannya dengan Ralio. " Bisik Rehan pada Genta saat mereka berpelukan.

Genta melepaskan pelukannya dan mengangkat alis nya pertanda tidak mengerti. Namun saat mendapat sebuah senyuman jahil dari Rehan dia mulia paham dan membalikan badannya menghampiri Ralio mengadahkan tangan nya tepat didepan wajah.

"Undangan buat gue mana?" Tanya Genta.

"Lo ga gue ondang. Nanti gue ga jadi nikah ga jadi lakuin yang enak enak." Ralio menarik Tara untuk bediri dibelakangnya.

"Sialan lo. Lo nikah bukan karna cinta kan? Tapi jangan nyakitin Tara. Dia sahabat gue. Bener-bener sahabat gue Ralio." Ucap Genta sambil mengelus pundak Ralio yang dibalas anggukan saja.

"Udah ayok buruan. Ketinggalan pesawat nanti makin lama." Ucapan Erhan membuat mereka tersadar langsung bergegas berpamitan dan berlalu menuju mobil untuk pergi ke bandara. Hening, yang terjadi selama perjalan menuju bandara tanpa ada yang berniat mencairkan suasana termasuk Ralio.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang