54

1.2K 51 3
                                    

Didalam mobil Erhan sesekali melirik Aleya yang menatap kearah jalanan luar. Logika berkata abaikan tapi hati berkata ungkapkan. Bohong jika Erhan tak tertarik dengan Aleya. Meski tubuhnya tidak terlalu tinggi namun Aleya memiliki wajah cantik dengan muka tembam, ditambah rambutnya yang kini agak bergelombang. Erhan terlalu acuh untuk urusan wanita, tapi saat kali pertama lagi ia melihat Aleya dipesta ulang tahun Wida ada sesuatu yang memberontak dalam hati Erhan. Hingga dengan ceroboh ia berkata pada Ralio akan mengawasinya, yang beruntung Ralio itu gampang dibodohi dengan beberapa alasan akhirnya setuju untuk mengikuti Erhan.

"Apa yang lo fikirin?" tanya Erhan dingin menatap Aleya.

"Apa yang ngebuat lo bisa ada ditaman tadi?" Tanya balik Aleya.

"Ditelfon Rali buat kesana" Erhan menjawab dengan datar.

"Oh. Kalo ga mau nganterin gue pulang, gue bisa sendiri." Aleya hendak membuka pintu namun tanganya lebih dulu dicekal oleh Erhan yang entah sejak kapan jarak mereka sudah mengikis hingga hidung keduanya hampir menempel.

Erhan menatap mata hitam Aleya, dan Aleya mencoba fokus tidak menatap bibir tipis merah muda alami milik Erhan. Tapi jiwa bar-bar sialan Aleya membuatnya memajukkan wajah hingga kini bibirnya menyentuh bibir Erhan yang membuatnya tak fokus.

Erhan kaget bukan main dengan apa yang Aleya lakukan. Ia menatap mata wanita dihadapannya yang memancarkan kesenduan. Mencoba mengabaikan dan memundurkan tubuhnya namun tangan Aleya menahan tengkuk leher Erhan dan mulai melumat bibir tipis miliknya.

Tolong, bagaimanapun Erhan pria normal yang memiliki nafus birahi apalagi dengan posisi intim dipinggir jalan yang sepi nan gelap hanya dengan mereka berdua dalam mobil. Oke akal sehat Erhan mulai hilang karna mulai membalas ciuman Aleya. Saling melumat dan menggigit hingga tak sadar tangan Erhan sudah mulai menelisik tubuh Aleya.

Erhan lebih dulu melepas pangutan mereka saat tangan Aleya mulai mengerayami tubuhnya. Saling berlomba menghirup udara, selanjutnya Erhan meletakkan dahinya pada dahi Aleya. Menyentuh lembut wajah wanita itu membuat sang empu memejamkam mata merasakan kenyamanan yang baru ia rasakan kembali.

Jdugh.

Kedua orang yang berada didalam mobil dengan refleks mamalingkan wajah menatap kearah jendela yang seperti diketuk itu. Sudah berdiri Ralio yang sedang mengusap keningnya dengan tangan kanan serta Tara yang berdiri disampingnya seperti sedang mengomeli. Dengan rasa malu, Aleya segera keluar meninggalkan Erhan didalam mobil. Ia berlari memasuki mobil Ralio yang entah sejak kapan sudah berada dibelakang mobil Erhan. Ralio dan Tara yang melihat itu hanya terkekeh kecil mencoba mengejek Erhan yang kini sedang menatap mereka tajam dari dalam mobil dengan kaca yang sudah diturunkan.

"Telfon Genta aja dong Han kalo kepalang nafsu minta kamar VVIP kan deket sini tuh salah satu hotel punya om Rehan." Ucap Ralio dengan kekehan.

"Bangke!!" Erhan mengumpati Ralio dan menjalan mobilnya dengan cepat membuat tawa Ralio keluar dengan kencang.

"Kirim vidionya ke Genta ah." Ralio berjalan sambil memainkan hp pintar miliknya, dan melompat girang saat vidio Erhan sedang berciuman dengan Aleya tadi  terkirim ke Genta.

"Sabar Tara sabar, Ralio emang gila dari dulu yang penting kaya ,ga nikah sama om-om girang dan jadi istri ke tiga. Iklahsin aja nikah sama dia." Ucap Tara sambil mengikuti Ralio memasuki mobil. "Anterin Aleya dulu." Ucap Tara dibalas anggukan oleh Ralio.

"Berhenti ngejek gue Ralio bangke!" Teriak Aleya yang lagi membuat tawa Ralio keluar.

"Kalo udah ga kuat minta kak Lesta buat bilang ke Genta siapin kamar VVIP dong leya, kan hotelnya deket sini nih." Ejek Ralio sambil terus mengemudi menuju alamat yang Aleya sebutkan. Sepanjang jalan Aleya tak henti mengumpati Erhan serta Ralio.

Genta melihat hpnya dengan serius membuat Rafa yang duduk disebelahnya mengerutkan kening bingung. Menggeser tubuh lebih miring agar dapat melihat apa yang sedang kakak keduanya itu lihat. Rafa melihat dengan jelas sebuah vidio direkam dari luar kaca mobil namun masih terlihat apa yang dilakukan oleh kedua orang yang berada didalam mobil itu. Genta memiringkan wajahnya menatap Rafa. Satu detik, dua detik, tiga detik tawa Genta dan Rafa pecah bersamaan.

"Kak Erhan? bhakakakakak" Tawa Rafa.

"Hahaha si bangke kaga tau tempat banget" Balas Genta.

"Kalian kenapa sih?" tanya Arfand yang baru datang dari dapur dengan secangkir coklat panas yang selanjutnya duduk disamping kiri Genta, karna samping kananya ada Rafa.

Genta dan Rafa terdiam saling lirik dan kembali terbahak membuat Arfand kesal langsung mengambil hp dari genggaman adiknya itu. Ia bisa melihat room chat dengan kontak 'RALIOLIOLIO' , ada sebuah vidio. Arfand menaikan sebelah alisnya menatap kedua adiknya yang terkikik geli. Dengan penasaran ia mengklik vidio itu dan memplay. Yang ia lihat awalnya hanya gelap dan suara grasak grusuk ga jelas, namun di menit ke dua ia bisa melihat sesuatu yang direkam dari luar kaca mobil. Wanita dan pria yang saling berhadapan dengan jarak sangat intim, hingga sampai dimana sang wanita mencium terlebih dahulu si pria. Oke Arfand sepertinya sudah gila karna  tak ada niatan untuk menghentikan vidio itu. Namun saat terlihat jelas jika ia mengenali kedua orang itu, ia mempause menatap kedua adiknya yang menahan tawa dengan menutup mulut mereka menggunaka tangan. Mendengus kesal, Arfand menyerahkan hp itu kepada sang empunya.

"Temen maksiat bukannya dikasih tau malah diketawain!" Ucap Arfand ketus.

"Erhan itu tsundere banget mas, bilang ogah tapi ternyata iyah hahaha" Genta tertawa hingga Arfand gemas melemparinya menggunakan keripik kentang favoritenya "Di pokpokceplok mah geuning diterima-terima aja tuh malah keliatan banget keenakan bhakakak" lanjutnya.

"Ge..." Panggil Lesta dengan menggendong Albar yang masih anteng membuka mata padahal sudah sangat malam untuk ukuran bayi.

"Apa bunda?" Tanya Genta berdiri berhadapan dengan istrinya itu.

"Epe bende?" Ejek Rafa menatap Genta dengan nada menyindir.

"Orang sirik pergi aja sonoh ke lembang!" Balas Genta ketus "Mau aku bantu jaga Albar iya?" lanjutnya bertanya pada Lesta yang dibalas anggukan pertanda iya.

Langsung saja Genta mengambil Albar dan mengayun-ayun kan anaknya itu dalam gendongannya. Lesta tersenyum dan kembali ke kamar, yang ia tebak jika Alca juga terbangun. Mira - mamahnya pergi dengan Rehan - papahnya yang pamitnya ada urusan ngedadak keluar kota padahal mah sekalian liburan berdua. Udah hapal Genta beserta dengan kedua sodaranya dengan segala alibi Rehan untuk bermesraan bersama Mira.

"Baaaaaaangggg" Panggil Rafa.

"Pa'an?" Tanya Genta pada Rafa.

"Kalima lima go bang bang bang"  Saut Arfand dengan senyum mengejek.

"Bangkong ditengah sawah wah" Lanjut Rafa.

"Wahai tukang bajigur gur" Saut Arfand lagi.

"Gur--"

"Gue duruk lo berdua!!" Ucap Genta menatap tajam Arfand dan Rafa bergantian membuat kedua saudaranya itu terbahak dan pergi menuju kamar masing-masing meninggalkan Genta berdua dengan Albar.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang