38

1.2K 57 1
                                    

"Ge?" Panggil Mira pelan saat sampai di kamar Genta.

"Apa mah?" Jawab nya tanpa memalingkan wajah nya dari depan laptop.

"Lagi ngapain? Mau berangkat kuliah?" Mira duduk disamping Genta dan memperhatikan putra nya itu yang sedang fokus dengan tugas kuliahnya.

"Ini ngerjain tugas. Dosen nya ga masuk jadi suruh ngerjain tugas by email."

"Terus kamu mau kemana rapih gini? Biasa nya juga langsung ganti lagi baju pas tau dosen ga masuk" Mira mengelus pelan puncak kepala Genta.

"Mau jalan sama Tara. Dia pingin nonton film yang baru tayang banget hari ini." Genta tersenyum pada Mira, namun Mira diam tak merespon malah menurunkan tangan nya dari puncak kepala anak nya itu.

"Ganti baju sekarang. Ga usah pergi!" Perintah Mira sambil menarik tangan Genta untuk berdiri.

"Kenapa sih mah? Genta cuma mau jalan sama Tara, mau nonton film doang." Genta mulai menolak dengan melepaskan cekalan tangan Mira dan kembali terduduk kembali fokus pada laptop.

"Kita masih belum tau kabar nya Lesta, tapi kamu sudah main dibelakang nya? Baru 1 bulan Genta, tapi kamu sudah berani seperti ini?" Suara Mira mulai serak menahan rasa sesak di dada.

"Percuma. Di cari kemana pun ga akan pernah kembali. Cuma Tara yang selalu ada buat aku, nerima segala kekurangan aku, selalu mengerti aku. Ga kaya orang-prang dirumah ini. Semua nya ga ngerti kemauan aku seperti apa." Genta menutup laptop dan menaruh nya di atas nakas sembari mengambil dompet,hp, dan kunci motor milik nya. "Genta pergi dulu. Assalammualaikum."

Mira terdiam di tempat melihat Genta bukan seperti anaknya yang ia lahir kan ke dunia ini. Menepuk nepuk dada nya pelan Mira berjalan keluar kamar berniat menemui Arfand. Ia cukup merasa gagal mendidik salah satu anaknya itu.

"Mas?" Panggil Mira saat sampai ditaman belakang.

"Apa mah?" Jawab Arfand yang sedang fokus dengan laptop dan tablet milik nya dipinggir kolam renang.

"Udah dapet?" Mira duduk dikursi samping meja , bersebrangan dengan Arfand.

"Belum. Si Ralio sama si Erhan juga susah banget dihubungi sama di temuin. Aleya juga sama. Mereka masih ada disini, tapi ga tau ada dimana jejak nya bener-bener ga bisa di cari sama anak buah nya papah." Arfand meletakkan tablet nya dan menatap Mira mengelus tangan nya pelan. "Kita berdo'a ya mah, semoga cepet dapat kabar" lanjut nya yang dibalas anggukkan oleh Mira.

***

"Lo yakin han?"

"Yakin lah Ral. Lo gimana? Yakin ga sama gue?"

"Gue yakin dan percaya sama lo"

"Oke sekarang kita mulai buat sadar dulu si Genta, baru urusan kak Lesta." Ucap Erhan yang balas anggukkan oleh Ralio dan Aleya.

"Gue masih ga nyangka kita bakal sekongkol gini." Ucap Ralio sambil menggeleng gelengkan kepala nya.

"Gue juga ga nyangka. Tapi kita saling menguntungkan bukan?" Aleya tersenyum remeh menatap dua orang yang sedang duduk menyantap makanan tak jauh dari meja mereka berada.

"Tapi lo beneran udah insap kan? Awas lo, nanti tetiba rebut si Genta pas udah balik lagi ama kak lele" Ralio menyubit tangan Aleya pelan namun sakit membuat sang empu merengis ingin melempar Ralio ke jalan tol.

"Insyaf babi bukan insap." Aleya menjeda ucapan nya dan menatap Erhan. "Gue beneran udah ga berniat buat ngerebut si Genta. Sekarang yang gue mau cuma ngebuat si Genta sadar dan ngejauhin sejauh jauh nya dari Tara."

"Oke, kita mulai besok rencana nya. Sekarang, kita pantau dulu." Final Erhan yang dituruti oleh Ralio dan Aleya dalam diam.

Mereka bertiga sekarang sedang berada di salah satu mall untuk mengikuti Genta dan Tara. Sebenernya sejak kejadian perdebatan Genta dengan mereka, Erhan dan Ralio sepakat akan menghindar dulu dan mencari tau segala hal untuk mensadarkan Genta.

Awal nya Erhan dan Ralio tidak berniat untuk bekerja sama dengan Aleya. Hanya saja, saat 2 minggu lalu tepat saat mereka sedang mengikuti Genta dengan Tara yang sedang makan malam di sebuh caffe ujung kota. Mereka berdua bertemu dengan Aleya yang memang sedang melakukan hal yang sama.

#**SpinOn

Ralio dan Erhan duduk berjarak beberapa meja dari tempat Genta dan Tara duduk. Mereka menyamar sebisa mungkin agar tak disadari keberadaannya oleh kedua insan yang mengaki sahabat tapi kelakuan lebih kaya rasa pacar.

Erhan dan Ralio sedang anteng menyantap pesanan dengan fokus masih menatap kedua objek yang saat ini sedang saling melempar tawa. Erhan merasa ada sesuatu yang memerhatikannya. Ia mengedarkan pandangan ke penjuru caffe, gotcha. Disisi berlawanan dan masih berjarak beberapa meja ia melihat seorang wanita yang juga sedang menatapnya tajam. Erhan mengacuhkan, kembali fokus memperhatikan Genta hingga mereka beranjak dan pergi daei caffe.

Erhan berjalan berdampingan dengan Ralio hendak memasuki mobil menyusul Genta yang sudah pergi lebih dulu, namun gerakan mereka terhambat oleh Aleya yang kini sudah berdiri dihadapan mereka dengan tatapan tajam.

"Lo ngapain disini?" Tanya Aleya ketus.

"Lo ngapain disini?" Ucap Erhan dan Ralio bersamaan membalikan pertanyaan Aleya.

"Gue nanya ke lo pada curut!" Aleya mulai Gemas padahal ia baru melontarkan sebuah kalimat tapi emosinya sudah terpancing.

"Gue juga nanya ke lo" Ucap Erhan datar.

"Awas dah kita ketinggalan jejak kalo gini!" Ralio mencoba menyingkirkan Aleya dari hadapannya namun wanita itu tetap terdiam ditempat.

"Kalian ngikutin si Genta juga?" Tanya Aleya mendapat anggukan dari Erhan dan Ralio bersamaan.

"Lo juga?" Tanya Erhan yang juga mendapat anggukan kepala dari Aleya.

"Tujuan kalian apa?" Tanya Aleya menelisik wajah mereka berdua. Tau jika Erhan dan Ralio kesal pada dirinya karna kehilangan jejak Genta, Aleya tekekeh kecil "Tenang aja, anak buah gue ada yang ngikutin dan mantau mereka ko jadi tenang aja kalian ga usah resah gitu. Sekarang jawab gue, tujuan kalian apa?" lanjutnya.

"Tujuan kita mau mantau mereka dulu buat nyari cara nyadarin Genta dari obsesinya itu. Sebenernya kita itu sadar kalo Genta terbiasa dengan Tara sampai mereka punya rasa memiliki yang kuat. Mereka punya rasa dimana ga rela kalo ngeliat salah satu dari mereka punya pasangan selain mereka padahal mereka hanya sahabat. Dan sekarang kita udah jengah karna mereka kelewatan." Jelas Ralio membuat Aleya mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Kalo gue sama sih jengah juga, cuma gue mau ngancurin hidupnya si Tara karna udah ngebuat sodara gue koma, bahkan rumah tangganya terancam hancur. Gue ga perduli kalo dia nyakitin gue. Tapi gue ga terima kalo Lesta yang dia sakitin, sumpah demi apapun Lesta itu baik, dia pantes buat bahagia." Jelas Aleya yang juga dibalas anggukan kepala dari Erhan dan Ralio.

"Kerja sama gimana?" Tawar Erhan.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang