2

3.9K 148 1
                                    

Tiga orang remaja berusia 19thn sedang duduk kursi pojokan caffe. Tiga remaja yang memiliki wajah dan paras yang sangat indah dipandang, calon menantu idaman para ibu-ibu komplek sosialita yang hobby nya ghibah.
Ya, mereka adalah Genta,Ralio, dan Erhan. Mereka memang suka nongkrong di caffe saat malam hari , katanya sih cuci mata walau pada kenyataannya mereka jomblo yang ga ada kerjaan.

"Ge, han, lo pada diajakin juga kaga sama wida buat datang ke ultah nya dia jum'at malam nanti?" Tanya Ralio.

"Di ajak, tapi gue ga tau dateng ga tau engga soalnya ada tugas yang harus dikumpulin sabtu nanti." Jawab Erhan.

"Kalo lo ge?" Tanya Ralio lagi ke genta.

"He'em, tapi gue tolak." Jawab Genta santai.

"Ko lo tolak sih? Wida minta gue buat datang bareng lo."

"Lo sendiri aja , gue males"

"Lo ikut ya han, masa gue sendiri yang datang dari tiga pria tamvans ini"

"Gue ga janji, lo sendiri juga kan bisa"

"Lo berdua mah gitu sama gue, ga friend banget lah" rajuk Ralio.

Genta dan Erhan memutar bola mata nya malas melihat kelakuan Ralio yang ga sadar umur sudah hampir 20thn tapi masih suka merajuk seperti boca 5thn.

Jam sudah menunjukan pukul 20.30 namun caffe tak urung sepi. Genta berdiri dari duduk nya, dan berjalan santai sambil memakai jaket nya keluar dari caffe yang di ikuti oleh ke dua sahabat nya.

"Langsung balik wae iyeu teh?" Tanya Ralio.
(Langsung pulang aja ini??)

"Heem" jawab Genta santai sambil memakai helm dan menaiki motor besar nya.

Mereka bertiga keluar dari caffe bersamaan dan berpisah saat dipersimpangan karna memang rumah mereka tidak sejalur dan berbeda arah.

***

Kurang dari 20 menit Genta sudah sampai dirumah nya. Membuka pintu sambil mengucapkan salam kepada kedua orang tua dan kedua saudara nya yang sedang duduk berbincang diruang tengah, tanpa menyapa langsung naik ke lantai 2 tepat kamar nya berada.

Ia langsung membuka sepatu dan jaket nya asal lalu melempar badan nya ke atas kasur kesayangannya sambil menutup mata lelah.

Tok tok tok

"Bang ge, gue boleh masuk?" Tanya Rafa adik nya Genta sekaligus putra bungsu dirumah itu.

"Masuk aja ga gue kunci." Jawab Genta tanpa beranjak dari posisi nya.

Rafa membuka pintu kamar Genta dan langsung masuk duduk dikasur pinggir Genta.

"Bang , lo sibuk banget ya sampe ga bisa luangin waktu buat kita?"

"Heem."

"Gue tau lo ga sesibuk itu, sampe kapan lo ngehindari orang orang? Sampe kapan lo mau dingin gini sama keluarga lo? Mamah, papah, mas Arfand dan gue kangen lo yang hangat, humoris, perhatian bukan bang Genta yang dingin, cuek dan acuh sama keluarga nya, gue ga peduli lo mau dingin, cuek, acuh sama orang lain tapi ga sama keluarga lo sendiri, lupain dia gue tau lo kaya gini semen--"

"Stop! keluar!" Ucap Genta dingin dan tajam.

"Bang lo ga bi--"

"Gue bilang keluar."

"Tap--"

"Ke.lu.ar." Ucap Genta kepada Rafa sambil membuka mata dan menatap mata Rafa tajam

"Fine gue keluar, tapi kalo lo butuh apa-apa lo bisa curhat sama adik lo ini, semua yang lo pendem sendiri cuma bakal ngebuat lo makin tersiksa bang, terbuka. gue selalu ada buat lo." Jawab Rafa sambil keluar dari kamar menutup pintu.

"Arrgghhhh, bukan ingin gue kaya gini, gue juga ga mau jadi gini sama lo de, tapi gue ga bisa kaya dulu lagi, lo bener semua nya gara-gara dia, dia yang udah buat kaya gini." Ucap Genta dalam hati sambil menutup mata dan menyusul mimpi tanpa menghiraukan badan nya yang lengket,celana jins, dan kemeja yang dia pakai sejak siang masih melekat pada tubuh nya.

Diruang tamu, Rafa kembali duduk disamping Arfand kakak tertua dari 3 bersaudara. Menyenderkan kepalanya lelah pada sandaran sofa sambil menatap Arfand yang mengangkat sebelah alisnya dan menatap Rafa yang menggelengkan kepala.

"Sabar ya mah, semoga Genta ga lama kaya gini." Ucap Arfand pada Mira - ibunya.

"Iya mas. Kita tunggu aja semoga ada malaikat yang merubah Genta kembali." Jawabnya pelan sambil menyenderkan kepala kepundak Rehan - suaminya.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang