32

1.2K 62 0
                                    

"Ge.." Panggil Lesta pelan membuat Genta tersadar jika sedari tadi ia masih menatap kearah pintu meski Aleya sudah pergi dari ruangan itu. Genta tersenyum menatapnya dan mengelus pelan permukaan perut Lesta. "Aku kurang suka ada orang asing yang nyentuh milik aku" Ucap Genta membuat Riza dan Adhisti yang tadi sedikit curiga dengan tingkahnya sekarang kembali tersenyum dan mengenyahkan fikiran-fikiran negative.

"Tadi itu bukan orang asing, sodara aku nama nya Aleya dia it--" Lagi lagi Genta memotong orang bicara. "Kita ga pernah tau apa yang difikirkan oleh orang lain, meskipun dia sodara kamu kita ga pernah tau. Jangan terlalu baik jadi orang, terkadang kita perlu jahat untuk membela diri." Ucap Genta pada Lesta.

"Kalian ini pasangan muda, jangan terlalu memikirkan hal-hal berat fokus saja pada apa yang kalian jalani sekarang, apalagi kamu nak jangan mikir yang berat jaga kondisi kamu jangan sampai kehilangan lagi." Ucap Adhisti membuat Genta malu karna ia tidak sadar jika mereka masih berada diruang inap Riza.

Genta dan Lesta saling lirik terdiam malu serta memikirkan teguran yang Adhisti beri benar nyatanya, jangan sampai mereka kehilangan calon anak untuk kedua kalinya hanya karna Lesta memikirkan hal yang tak penting. Hening sesaat hingga Riza memulai lagi pembicaraan agar suasana tidak canggung. Mereka berbincang sampai tak sadar jika waktu telah menunjukan pukul 3 sore.

Genta dan Lesta pamit undur diri untuk pulang karna hari sudah sore. Mendengar ucapan Riza untuk berkunjung lagi besok membuat perasaan Lesta hangat. Benar-benar hangat karna kedua orang tua nya sudah mulai bersikap biasa walaupun masih agak dingin seperti masih ada dinding yang menghalang. Tak apa, setidak nya ia bisa melihat langsung mereka.

***

2 bulan kemudian.

Tok.tok.tok

Pintu rumah dibuka dari dalam menampakan sosok wanita paruh baya dengan senyum ramah.

"Nyari siapa neng?" Tanya wanita itu.

"Gentara nya ada?"

"Ada. Sebentar saya panggilkan dulu ya" Wanita paruh baya kembali menutup pintu dan sedikit berlari untuk memanggil Genta yang berada di kamar nya.

Genta awal nya menolak karna ia sedang streaming drakor di laptop bersama Lesta. Setelah mendengar ucapan Lesta yang tidak boleh membuat tamu menunggu apalagi mengusirnya pulang, ia berjalan malas ke depan pintu rumah untuk menemui seseorang yang mencari nya.

Breug. Genta membuka pintu depan sedikit kasar dengan kesal namun ia langsung terdiam setelah melihat seorang wanita yang berdiri didepan nya dengan senyum ramah.

"Hai Gen. Apakabar?" Ucap wanita itu pada Genta sambil melambaikan tangan nya.

"Ka-kamu? Kamu kapan balik ke bandung?" Bukan menjawab Genta malah balik bertanya yang membuat wanita itu terkekeh dengan tingkah nya.

"Masih aja kalo di tanya malah nanya balik. Tadi malem baru pulang, kamu apa kabar?" Wanita itu tersenyum manis, senyum yang selalu membuat hati Genta menghangat.

"Aku baik. Kamu apa kabar Tara?" Genta tersenyum sangat hangat, senyum yang tak pernah ia tunjukan pada siapapun termasuk Lesta.

Sadar jika mereka masih berada didepan pintu, Genta menarik Tara masuk dan menuntun tangannya hangat ke taman belakang tempat biasa mereka berbincang.

Berbicara tentang Tara, Tara Puriani adalah teman masa kecil Genta. Mereka berteman dari TK sampai SMA dan selalu satu sekolah. Mereka cukup menghabiskan banyak waktu bersama-sama. Hanya saja mereka berpisah saat kelas 2 SMA karna Tara harus ikut ayahnya  dan sekolah di Yogyakarta kota kelahiran ayahnya.

Mereka saling bercerita dari terkahir mereka bertemu saat kelas 2 SMA hingga saat ini mereka kuliah. Saling bercanda dan tertawa sangat kencang membuat Arfand dan Rafardhan yang baru saja pulang cukup penasaran. Mereka mengenali salah satu suara itu adalah saudara mereka - Genta. Tapi yang jadi pertanyaan suara siapa yang satu nya lagi? Karna suara Lesta tidak seperti itu.

Berjalan pelan-pelan menuju asal suara, mereka melihat Lesta berdiam diri tak jauh dari asal suara itu. Mereka berdua menghampiri Lesta dan berdiri tepat di belakang nya, tapi Lesta tidak sadar mereka ada. Melihat objek yang dilihat oleh Lesta membuat kaka beradik itu cukup kaget.

Bagaimana tidak? Saat mereka melihat Genta duduk berduaan dengan Tara di Gazebo taman belakang saling tertawa lebar dengan wajah yang sangat hangat, ekspresi yang tidak pernah mereka berdua lihat lagi setelah Tara pergi. Salah satu penyebab Genta berubah. Hal yang mereka benar-benar hindari.

2 wanita yang keluarga nya awasi untuk menjauh dari Genta. Aleya Ateja Putri dan Tara Puriani. 2 wanita yang keluarganya tau cukup berperan dalam perubahan sikap Genta. Aleya merupakan pacar pertama Genta sedangkan Aleya sahabat sejak kecil Genta. Tapi mereka meninggalkan Genta diwaktu yang terpaut berdekatan, yang pasti saat itu mereka duduk dibangkus kelas 2 SMA.

Arfand jengah dengan situasi saat ini, ia menepuk pundak Lesta yang membuat sang empu langsung membalik badan. Tanpa bicara, Arfand menarik tangan Lesta menjauh dari situ tak perduli tatapan adik bungsunya itu yang ikut mengekori mereka. Membuka pintu penumpang, Arfand menyuruh Lesta masuk kedalam mobil yang langsung dituruti tanpa penolakan. Rafardhan? Ia sudah duduk santai di kursi belakang tanpa banyak bertanya.

Menjalankan mobil dengan kecepatan sedang, tak lama mereka tiba di sebuah danau ujung kota yang cukup tenang. Membuka pintu dan menarik tangan Lesta pelan, Arfand sesekali melirik Lesta yang sedari tadi tidak mengeluarkan suara barang 1 kata pun.

Berhenti tepat di pinggir danau, Arfand melepaskan pautan tangan mereka. Melepaskan jaketnya dan menyampirkan di pundak Lesta. Mereka saling diam, tanpa ada yang berminat mengeluarkan suara saling menatap objek di depan mata. Lesta terduduk sambil memeluk perut buncitnya yang diikuti oleh Arfand dan Rafardhan.

Tak lama isakan kecil terdengar dari Lesta, Arfand yang berada di sisi kanan dan Rafa di sisi kiri refleks melirik Lesta yang berada ditengah-tengah mereka. Matanya masih menatap kosong air danau di depan, namun kedua kini tangan terkepal dan tubuh yang sedikit bergetar.

Rafardhan, memeluk Lesta pelan dan membisikan kalo semuanya akan baik-baik saja. Sedangan Arfand mengepal tangan nya cukup kuat berkali-kali mengehela nafas kasar menahan emosi.

Adik nya itu memang suka lupa diri jika sudah bersama dengan Tara. Arfand kurang suka kepadanya, bukan karna iri atau bagaimana. Tapi Tara sungguh membuat seorang Gentara lupa diri. Adik nya itu selalu bilang jika mereka bersahabat, tapi orang lain pun tau jika mereka memiliki perasaan melebihi batas seorang sahabat.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang