15

1.7K 87 0
                                    

"Han??" Genta memanggil Erhan penuh tanya memastikan. Pasal nya mereka ga akan berbicara serius kalo satu diantara mereka belum tau kebenarannya.

"Semua nya bener Ge, gue sama Ralio tau dari orang-orang nya bokap kita berdua. Dan semua nya bener, fakta yang gue dan Ralio yakin bakan bikin lo sedikit nambah beban lagi." Jelas Erhan

Shit. Cobaan apalagi yang harus gue lewati. Ujar Genta dalam hati. Frustasi mengacak-ngacak rambut nya kasar. Mengusap muka nya gusar. Berdiri dan menendang-nendang angin kesal sambil sesekali berjalan bolak-balik uring-uringan.

Beritahu Genta cara nya tenang setelah tau fakta sialan yang ngebuat kepala nya seperti dihantam ribuan beban berat?? kehidupannya ga akan gampang setelah tau fakta ini. Sepertinya Genta benar-benar ingin dilempat ke pluto teman-teman tolong. Apa hatus Genta berendam ditengah-tengah kawah putih agar bebannya sedikit berkurang dengan fikiran tenang? atau Genta harus bersemedi dipuncak gunung tangkuban perahu berharap mendapat suatu kekuatan? atau mungkin Genta harus menguras pantainya Ralio aka Kali Cikapundung yang siapa tau mendapat sebuah mukjizat. Sumpah tolong beritahu Genta ia harus melakukan apa sekarang.

***

Tok.tok.tok

Pintu kamar rawat inap terbuka setelah seseorang mengetuk nya dari luar tanpa menunggu sahutan dari dalam. Berdiri seorang pria dan wanita paruh baya dengan raut wajah yang sulit ditebak. Yah, Aguriza Prahera dan Adhisti Kasih.

Berjalan pelan menghampiri anak nya yang tertidur pulas diatas kasur. Duduk dikursi samping sambil memegang tangan nya lembut. Mereka tak peduli pandangan dan sorotan semua mata yang ada didalam ruangan.

"Sei sayang, maafin mamah baru sempet jenguk kamu" ucap Adhisti lembut penuh rindu dan kasih sayang. Menahan rasa sakit di dada melihat kondisi putri kesayangannya. Ia tak ingin mengabaikan anak tunggalnya hanya saja ia harus menuruti keiingin Riza - suaminya.

Engghhh. Lenguh Lesta saat merasakan tangannya diusap lembut. Membuka mata pelan dan memastikan jika suara yang tadi dia dengar bukan halusinasi.

"Mamah, papah?" Ucap Lesta saat sudah membuka mata nya penuh.

"Iya sayang, ini mamah sama papah. Maafkan kami baru jenguk Sei sayang ya"

"Aku ga apa apa mah, aku seneng mamah sama papah akhirnya datang buat menjenguk. Sei rindu mamah sama papah" haru Lesta. Tak kuat menahan rindu ia langsung bangun dan memeluk kedua orang tua nya erat. Ia rindu pelukan orang tua nya, ia rindu ciuman pipi dari orang tua nya, ia rindu ketika nama nya dipanggil dengan 'Sei Sayang' yang hanya boleh diucapkan kedua orang tua nya bukan 'Lesta' yang menandakan jika ia membuat sebuh kesalahan kepada mereka - orang tuanya. Ia rindu mereka.

"Mamah juga rindu sei"

"Papah juga rindu kamu nak" ujar Riza yang sedari tadi diam.

"Ekhem maaf om tante, tapi Lesta harus tiduran lagi ga boleh terlalu lama duduk" Ucap Genta.

Riza dan Adhisti mendengarkan ucapan Genta. Meski awal nya Lesta menolak enggan melepas pelukan mereka tapi ia sadar saat Genta mengingatkan bahwa kondisi nya sangat lemah saat ini dan janin di rahim nya rawan keguguran. Ini terjadi karna Lesta memaksa berjalan ke kamar mandi sendiri tanpa dibantu siapapun yang membuat ia hampir terjatuh dikamar mandi jika Genta datang terlambat untuk membantu. Sedangkan Mira dan Rafa hanya mengusap dada hampir jantungan melihat Lesta hampir terjatuh.

True Love??!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang