10

2K 99 4
                                    

Miquela terengah dengan napas putus-putus, jeritannya masih ada.
"Please...please....please..."
Suaranya terdengar seperti bisikan, tenaganya benar-benar tersedot habis, matanya masih menatap kosong keatas.

"Miquela bangun...hey wake up...Miqi ... Miqi...!"
Dengan posisi masih berada diatas Miquela Kalvari tarus menepuk pipi Miquela, mencoba untuk menyadarkanya, karena sejak tadi wanita itu hanya menjerit dengan pandangan kosong.

Miquela masih terus menjerit, ketekutan itu kembali meyergapnya, wajahnya memucat, pupil matanya membesar, dan napasnya menjadi lebih cepat, kenangan buruk itu kembali hadir seperti kaset rusak berputar di kepalanya,

"Hey wake up.... Miqi hey..."
Kalvari masih terus memanggilnya.

"MIQUELA!"
Terikan itu berhasil menyadarkan Miquela,

Napasnya berangsur-angsur normal, wajahnya kembali dialiri darah, saat benar-benar sadar berada di mana saat ini, lebih tepatnya berada di situasi apa saat ini, matanya kini menatap mata Kalvari
"Menyingkirlah dari hadapanku jika kau sudah selesai"

Jika dalam situasi normal dimana Miquela mengatakan nya dengan nada datarnya, Maka Kalvari akan dengan senang hati menolak perkataanya dan melanjutkan apa yang belum di selesaikan, tapi masalahnya situasi ini begitu mengejutkan baginya. Jika kalian berpikir wanita ini mengatakanya dengan nada datar seperti biasanya maka kalian salah. Kalvari baru saja melihat sisi lain dari Miquela, dimana raut ketakutan tadi telah digantikan oleh jenis beban lain, semacam kelelahan dalam dirinya, yang membuatnya begitu lemah dan rapuh.
Apa yang sebenarnya telah dilalui wanita ini, dia terliahat kuat dan rapuh sekaligus.

Setelah Kalvari turun dari atasnya Miquela berdiri masih dengan pakanyan dalam, dia berjalan menuju sebuah pintu yang diayakini sebagai kamar Kalvari dan menghilang di balik pintu.

Kamar itu di dominasi warna hitam dan putih, tidak jauh berbeda dengan dengan diluar tadi.
Masuk keladam kamar mandi, Miquela menatap pantulan bayanganya pada cermin, di sana berdiri wanita dengan gurat tertekan, ketekutan, dan rapuh, yah kekelahan berat yang tak berperasaan. Apakah dia harus melakukan ritual pagi harinya di sini?, menghadap cermin, menertawakan dirinya, kemudian memasang topengnya kembali, bahkan ini bukan pagi hari.

"Hey Pecundang, berani sekali kau muncul di malam hari!

.....

"Oh aku hampir lupa pria itu yang membangunkan mu bukan?
Tunggu, apa dia sudah mengambil sesuatu dari mu?"

Tidak ada jawaban

"Cepat katakan tolol!"

.....

"kau terlalu bodoh, biar ku katakan padamu, seharusnya kau tidak boleh takut, biarkan dia menyentuh mu, penuhi keinginanya, mau tau supaya apa?
Lihat aku sialan! supaya apa? ayo jawab!."

....

"Ahh kau terlalu lama, begini jika dia berhasil melakukan itu pada mu, kau akan hacur, setelah itu gampang kau hanya perlu melenyapkan diri mu, dan hap kau MATI... LENYAP... MENGHILANG
dengan begitu....
PENDERITAAN INI AKAN BERAKHIR LOSERS!
Karena pecundang seperti mu tidak di butuhkan di bumi."

.......

"Berani sekali kau menunjukan dirimu pada pria itu, apa kau ingin di kasihani?
Hey ku tegas kan pada mu kau tidak akan mendapatkan simpati, kau hanya akan dicacai, dihina, dan dibuang, bukan kah itu sudah kau alami?!
Dasar bodoh!"

"Ayo sekarang tidur biar aku yang ambil ahli atas tubuh ini, tenang saja aku tidak akan membuat tubuh ini terluka, karna aku tidak akan merasakan ketakutan, sakit, dan tertekan saat di perlakukan seperti tadi, karena aku tidak akan mengulang kenagan bodoh yang selalu kau simpan di dalam otak mu saat dia menyentuh ku, aku akan menjadi seorang jalang seperti yang di inginkannya.
Apa kau sudah lupa? selama ini sudah ku tunjukan cara untuk menjadi jalang pada mu?
Kau terlalu polos....
Tidak kau memang bodoh, kalau seperti itu terus kau hanya akan di manfaatkan."

Dark ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang