17

1.4K 92 9
                                    

Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit akhirnya hari ini Miquela di perbolehkan pulang, sebenarnya itu atas paksaan Miquela sendiri, dia tidak mau berlama-lama di sana dan juga Kalvari yang sudah habis kesabaran saat berdebad dengan Miquela akirnya memutuskan untuk mengikuti keinginan Miquela.

Bagaimana tidak memaksa, Kalvari tidak pernah sedikitpun meninggalkan Miquela pria itu selalu saja menempel di sampingnya, mengikuti semua keinginan Miquela, apa dia tidak punya kesibukan lain maka harus selalu menempel di samping Miquela, Miquela resah sendiri jadianya, jangan tanya lagi kamar inapnya susah jadi kantor pria itu.

Dan sekarang menmbah kekesalan Miquela dengan membawa Miquela bukan menuju ke apartemenya tapi malah berhenti di sebuah rumah besar yang disebut Kalvari Mansion miliknya.

"Aku mau pulang"
"Kau sudah pulang sekarang"
"Ini bukan rumah ku"
"Budak harus tinggal bersama tuanya"

"Tuan brengseknya"
"Terus saja memaki nona, maka setelah ini kau lihat apa yang akan terjadi padamu"

"Aku sudah kenyang dengan ancaman mu jerk"

"Berapa budak yang kau simpam disini?"

"Kau tenang saja sayang, kau budak pertama ku dan akan menjadi satu-satunya, jika itu yang kau takutkan"

"Aku malah ingin lenyap sekarang juga"

"Jika kalimat itu kau ucapkan sekali lagi, aku tidak segan-segan menghukum mu, jadi sekarang tutup mulut sialanmu itu dan masuk"

Mereka masuk kedalam, ada seograng pelayan yang seperti sudah menunggu kedatangan meraka,

"Sudah kau siapkan kamarnya?"

"Sudah tuan" ucap wanita itu sejak tadi, dia hanya tunduk dan tidak pernah mengankat wajahnya. Pelayan itu diyakini Miquela anak berusia awal duapuluhan, apa dia salah satu budak Kalvari sama seperti Miquela

"Antarkan dia ke kamarnya, dan kau ikut denganya"

Miquela menatap Kalvari dengan satu alis terangkat
"Ikut dengnnya, dia akan mengatar mu kekamar mu"
Malas meladeni Kavari yang seperti orang kebakaran jenggot sejak mereka masuk tadi akirnya Miquela memilih mengikuti pelayan itu.
Mereka berjalan menuju tangga, rumah ini hampir semua temboknya dari kaca,  jadi sangat terang dan lantainya dari kayu, dia bahkan bisa melihat, berbagai macam tanaman bunga, etahlah itu bunga atau sayuran, diluar sana terlihat seperti perkebunan mini. Apa pria berengsek itu gemar berkebun?

"Ini kamar anda nona"
Kata pelayan itu sambil membuka sebuah pintu

Yang dilihat didalam adalah sebuah ruangan yang sangat  terang karena semua temboknya dari kaca bahkan kamar mandinya pun dapat dilihat jelas dari luar.

"Bagaimana, apa nona suka kamar ini?"

Miquela hanya menatap pelayan itu tanpa berniat menjawab pertanyaan

Karena merasa tidak mendapat jawaban akirnya pelanyan itu mulai menjelaskan seluruh isi ruangan itu, yang menurut Miquela tidak dijelaskan pun dia sudah tahu

"Sudalah aku bisa mengerti"
Ucap Miquela karena malas mendengar berbagai ocehan dari pelayan itu.

"Baiklah, semoga nona nyaman di sini. Saya permisi nona"
Setelah itu ocehan itu pun menghilang.

Apa harus seterang ini, kamar ini sangat berbeda jauh dengan kamar di apartemen nya, yang semuanya si dominasi warna hitam, disini semuanya berwarna putih.

Ponselnya berdering terpampang nama Mezaluna di sana.

"Hmm"

"Que"
Terdengar suara lembut Mezaluna memanggilnya, tumben kenapa kakaknya itu tidak memakinya karena, hal itulah yang biasa dilakukan Mezaluna saat Miquela menjawab panggilanya dengan suara datar dan terkesan enggan.

Dark ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang