4

79.1K 3.6K 34
                                    

Kedua anak tersebut keluar dari kelas dan berjalan di sepanjang koridor, tentunya dengan Angga yang memimpin. Jika Cevilla memiliki keberanian dan sudah bosan bersekolah, ia pasti akan berjalan lebih dulu dengan lagaknya. Tapi tentu saja Cevilla tidak bisa melakukan hal itu, lebih baik menghindari masalah daripada menyelesaikan masalah. Cevilla ingin kehidupan di sekolah tenang, itu saja.

"Ngga!" seru seseorang menghampiri mereka berdua.

Langkah Cevilla dan Angga sontak berhenti dan membalikkan badannya. Melihat pria yang seragam putihnya di keluarkan, tanpa dasi, juga tali sepatu berwarna. Sudah di pastikan dia anak yang tidak taat peraturan. Terlebih, dengan telinga sendiri Cevilla mendengar obrolan pria tersebut dengan Angga.

"Skuy, ke warung Bi Nia. Biasa, bolos. Anak-anak udah nungguin."

Angga menatap pria di depannya dengan datar, lalu membalikkan badannya kearah Cevilla. Cevilla yang merasa dirinya di tatap mengangkat alisnya bingung seakan bertanya Apa?

"Habis ini mapel apa?" Tanyanya singkat.

Cevilla terdiam sebentar. 'Tunggu, Angga bicara ke gue? Really?' batinnya.

"Heh! Gue nanya," ujarnya sedikit menaikkan suaranya.

Dengan polosnya Cevilla menujuk dirinya. "Nanya ke gue?"

Pria yang berdiri di samping Angga sontak tertawa berbahak bahak sambil bergumam, 'Goblok asu awowkkwwk.'

Cevilla memutar bola matanya malas, memilih melirik kearah lain. Ia bahkan tidak tahu nama pria yang tertawa itu, Cevilla hanya bertanya, lalu dimana letak lucunya?

"Ke lo, bego!"

Cevilla kembali menatap Angga sedikit takut karena bentakan kecilnya. "Eh emh.. A-an.. Mapel... Mapel Indonesia. Iya! Indonesia!"

Angga spontan mengangguk yang kembali membuat Cevilla menautkan alisnya bingung.

"Lo lanjutin aja ke ruang guru. Gue bolos. Lo jangan ngadu, anggap aja lo gak tahu apa apa. Ngerti?" Angga menyimpan buku-buku yang tadi di lengannya kini sudah menumpuk diatas buku yang Cevilla bawa.

'ENAK AJA LO! GAK TANGGUNG JAWAB BANGET ELAAH, LO JUGA KAN PIKET.' lagi-lagi Cevilla hanya bisa membatin.

Jika Cevilla berteriak seperti itu, sudah di pastikan ia akan bersekolah dengan tidak aman. Apalagi berteriak pada Angga. Yang Cevilla bisa lakukan hanyalah mengangguk kecil dan tersenyum canggung. "Beres, Ngga."

Angga mengangguk dan membalikkan badannya. Tangannya terulur menarik kerah belakang pria yang mengajaknya bolos yang masih saja tertawa kecil.

Setelah melihat Angga dan temannya menghilang di belokan. Cevilla menghela nafas lega. Aman. Walau di dalam hatinya ia masih mencibir nama Angga yang seenaknya menumpahkan tugas padanya.

Baru saja Cevilla berniat beranjak dari sana, seruan seseorang membuatnya kembali berhenti.

"Hei, Dek!"

Cevilla menoleh dan menemukan gadis cantik berjalan kearahnya. Wajah cantik dengan senyuman manis. Siapa lagi kalau bukan Nessa. Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah, 'Untuk apa Nessa menemui Cevilla?'

**

"Gue minta penjelasan!" seru Mocha dengan raut tegas.

Cevilla yang baru saja duduk setelah kembali dari ruang guru, berdecak sebal. Apalagi melihat wajah teman satunya ini. Mood Cevilla sedang buruk, terlebih mengingat saat tadi ia bertemu Afga dan sedikit mendengar obrolan sesuatu.

Cevilla [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang