19

60.7K 2.9K 61
                                    

"Hai."

Gadis itu mendongak, kepalanya berputar ke samping kanan dan kiri. Lalu menunjuk dirinya sendiri seakan bertanya, "Ke gue?"

Pria itu mengangguk dan duduk di sampingnya. Tempatnya di perpustakaan waktu istirahat pertama.

Gadis itu terkejut bukan main, dia menutup novelnya dan menatap ke depan dengan kaku.

Pria di sebelahnya menyadari kegugupan gadis itu, ia terkekeh kecil. "Hei, liat sini."

Gadis itu menoleh pelan. "A-ada apa ya, Kak?"

Pria itu menyimpan kedua tangannya pada meja, wajahnya menghadap ke samping dan sedikit menunduk. "Pacaran, yuk?"

"....."

"HA-" Gadis itu spontan menutup mulut, mengingat dirinya kini di perpustakaan. Matanya melotot, antara percaya atau tidak.

Ayolah, siapa yang tidak terkejut tiba-tiba di hampiri pria yang populer, menyapa saja tidak pernah. Tiba-tiba ia di tembak? What?

"Ka-Kak Afga kena Dare, ya? Sampe harus nembak aku."

Ya, dia Afga.

Afga langsung menggeleng. "Gue suka sama lo. Gue tunggu sampai hitungan ke tiga, satu..."

Cevilla masih berkedip beberapa kali. Apa ini mimpi? Dia Afga. Pria yang sering Mocha sebut sebut.

"Dua.."

"Tig-"

"Mau." Mata Cevilla membulat, meruntuki dirinya yang spontan menjawab.

Afga tersenyum manis, jarang sekali Cevilla lihat. "Oke. Mulai sekarang kita pacaran backstreet ya, Villa."

**

Suara tawaan dan suara televisi memenuhi ruangannya saat ini. Gadis dengan baju panjang hingga atas lutut dan celana pendeknya tengah bertekuk lutut duduk di sofa.

Tawanya hampa dan hambar. Ia sedikit terhibur karena acara lawak di depannya. Tangannya memegang satu bungkus snack kripik milik Galang.

Tak lama, suara dering telepon berbunyi dari arah benda pipih di atas mejanya. Cevilla melirik sebentar

Mocha is calling.....

Cevilla sudah menduga hal ini. Dengan malas dan berat hati Cevilla mengangkatnya. Sungguh, malam ini dia sangat malas berbicara. Namun, tidak enak juga jika menolak panggilan dari Mocha.

"Villaaaaaaa gue kenyang banget jalan jalan sama Ka Radith hari ini!"

"Oh iya? Gimana gimana?" tanya Cevilla seolah antusias.

"Tadi pagi gue udah di jemput dong sama dia. Terus pertama kita ke bla bla bla bla..."

Cevilla membalas ucapan Mocha hanya dengan, 'terus?' 'ooh gitu' 'enak dong?' 'Makan apa aja' dan hanya hal singkat-singkat saja.

Di tengah ocehannya Mocha, Cevilla menghela nafas pelan, sepelan mungkin. Temannya ini sedang bahagia. Terdengar dari nadanya saja, Mocha sangat antusias menceritakan kejadian kejadian Hari Minggu ini.

Cevilla juga ingin mengeluh, ingin rasanya ia curhat tentang kejadian sore saat bersama Afga. Tapi ia urungkan, ia tidak ingin menganggu suasana hati Mocha.

Hingga pukul sembilan Mocha bercerita banyak kejadian. Cevilla tiduran di sofa membiarkan televisinya menyala.

Hingga sambungan terputus, baru lah Cevilla bangkit dari tidurnya. Melihat Galang turun dari arah tangga.

Cevilla [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang