13

62.1K 3.1K 174
                                    

Pagi kembali menyapa gadis berponytail dengan langkah yang tergesa. Hampir saja dirinya terlambat.

Bel sudah berbunyi. Dan dia masih berlarian di koridor yang panjang ini.
Kakinya sudah lelah. Menaiki tangga bukanlah hal yang mudah. Masalahnya, tangganya ini cukup banyak.

Sekarang dia masuk ke dalam kelas yang ternyata masih ramai. Artinya belum ada guru. Ia bernafas lega dan menghampiri mejanya yang sudah ada Mocha.

"Tumben telat, kenapa?" tanya Mocha seraya tangannya menyalin tugas selama ia tidak masuk sekolah. Ia menoleh sebentar dan kembali fokus menulis.

"Malem gue minta di ajarin main Game sama Galang."

"Sampe kapan?"

"Galang cuman ngajarin sampai jam dua belas. Tapi karena keasikan main game. Gue terobos sampe setengah dua. Dan pas pagi gue bangun terlambat karena tidur di kamar Galang. Secara, dia kan gak masang Alarm," jelas Cevilla. Kemudian mengambil nafas sebanyak-banyaknya karena lelah sudah olahraga pagi hari di koridor.

"Salah siapa?"

Cevilla memutar bola matanya malas, lalu menelengkupkan wajahnya di lipatan tangan di atas meja. "Salah gue."

"Emang game apaan, Vill?"

"Hobi banget nguping lo, San," sahut Mocha.

"Yang dor-doran. Tadinya mau yang hancurin tiang.. tapi belum... gue... Download," jawabnya pelan.

"Lo ngantuk, ya?" tanya Sandri seraya menepuk kepala Cevilla.

Cevilla menepis lembut. "Hum."

"Tidur aja."

Cevilla mendongak dan menegakkan kepalanya. Jarinya mengucek matanya dan menguap. "Ga boleh... Nanti aja pas istirahat di perpus."

**

Ucapan Cevilla benar-benar melenceng. Karena saat pelajaran kedua. Kelas sedang jam kosong dan dirinya tertidur pulas di kelas. Tanpa ada gangguan dari Sandri kali ini. Karena Mocha benar-benar menjaga Cevilla dan memancarkan aura jahat pada orang yang niat menjaili Cevilla.

Kini mereka berdua berjalan mencari meja kantin yang kosong. Setengah isi kantin sudah penuh. Tersisa meja di pojok dekat masuk ke dalam kantin.

"Di sana, Cha," ujarnya antusias.

Namun tanpa sengaja ia menyenggol bahu seseorang dan mampu membuatnya menjadi perhatian isi kantin.

Prang!

Mocha melebarkan matanya melihat Cevilla meringis merasakan tangannya terkena kuah soto.

Dengan cepat Mocha menaruh makanan di meja di sampingnya dan menghampiri Cevilla. "Lo gak papa?"

"Ck. Basah kan baju gue," keluh seseorang yang tadi kena tabrak Cevilla.

"Ma-maaf, Kak," jawab Cevilla terbata. Lengannya perih. Ia melihat warna merah di sana.

"Heh, adik kelas! Ganti rugi dong baju gue," ujarnya sengit seraya tersenyum sombong.

Lantainya tempat mereka sudah becek karena ada kuah Soto. Mocha yang daritadi mendengar ucapan Kakak kelas di depannya itu merasa tidak terima. "Kalau ngomong nadanya gak usah sengit dong, kayak ngajak baku hantam aja, elah," cibir Mocha sengaja bernada tinggi.

Kakak kelas perempuan di hadapannya mencibik dan maju satu langkah. "Bocil ya bocil aja. Gak usah sok-sokan teriak di depan gue. Mana sopan santun lo?"

Mocha tersenyum sinis dan memegang pundak Cevilla yang masih meniup lengannya. "Halah! Sopan santun maklo! Mana mau gue sopan sama kakel yang songong! Cuman jadi Kakak kelas aja belagu!"

Cevilla [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang