5

74.5K 3.4K 23
                                    

Hari ini Hari Sabtu, yang artinya malam minggu. Malam dimana Cevilla menatap layar televisi dengan datar tanpa niat, suaranya memenuhi isi ruangan. Rumahnya kosong, seperti hati Cevilla yang sebenarnya terisi tapi serasa kosong.

Pukul 18.17 WIB.

Mulutnya mengunyah kacang dengan tempo yang lambat. Ia melirik kearah handphonenya yang sangat hening diatas meja. Ia sudah memberi pesan pada Afga. Namun, sampai kini belum ada balasan sama sekali. Jangankan di balas, di baca pun belum. Cevilla kuat, kok.

Cevilla sedang berada di zona Malas Gerak dan Bad Mood. Mamanya telah tidur karena baru pulang dari kerjaannya, lalu Adiknya entah menghilang kemana. Dan jangan lupakan Mocha yang sedang pergi keluar entah dengan siapa.

Sudah kesekian kalinya Cevilla mengumpat dan menggerutu tentang malam ini. Sebenarnya bisa saja Cevilla langsung tidur, namun hatinya belum tenang jika belum ada kabar dari pacarnya, Afga.

Tak berselang lama, suara pintu utama terdengar terbuka dan muncullah sosok pria yang wajahnya saja membuat Cevilla kesal. Entahlah, rasanya semuanya membuat ia kesal.

"Assalamualaikum," ujar Galang santai.

"Waalaikumsalam," sahut Cevilla menatapnya malas.

Terlihat adiknya dengan temannya- Kevin yang baru saja masuk ke dalam rumah.

"Habis dari mana, Lang?" tanya Cevilla yang sebenarnya tidak terlalu penasaran.

Galang membuka hoodie dan menaruhnya ke asal tempat, ia menyuruh Kevin agar duduk terlebih dahulu. "Hmm? Biasa Kak, kumpulan eskul dulu. Terus ke rumah Kevin bentar."

Cevilla menoleh kearah Kevin yang baru saja duduk di sebelahnya. "Beneran, Vin?"

Kevin menjawab dengan anggukan. "Sekalian mandi juga tadi."

Cevilla mengangguk mengerti. "Ooh... Pantesan gak bau."

"Heh. Emang dasarnya gue tuh gak bau, ya!" sahut Galang sinis.

"Dih! PD banget adik gue. Lo tuh bau, udah kayak bau buah busuk."

"Yee.. Malah ngatain adik sendiri." Galang keluar dari dapur dan membawa jus jeruk dua gelas.

Cevilla tidak membalas ucapan Galang, ia memperhatikan gerakan Galang sampai duduk di sofa yang sama dengan Cevilla.

"Lho, buat guenya, mana Lang?" tanya Cevilla polos melihat Galang memberikan satu gelas pada Kevin dan satunya ia teguk.

Galang mendengus gusar. "Ambil sendiri lah! Lo kan bukan tamu."

Cevilla malas berdebat, ia menaruh tempat kacang dan mengambil toples berisi wafer. Masih dengan tatapan yang malas dan datar. Ia mengunyah wafer dengan nikmat dan sesekali mengganti channel Televisi.

Sangaaaaaaaaat bosan. Pastikan huruf A nya panjang, oke. Karena Cevilla benar-benar merasa malam ini sangat dark. Tidak ada yang namanya pacaran di Malam Minggu, tidak ada yang namanya Full Chattan di Malam Minggu, tidak ada yang namanya menemani di Malam Minggu.

Setelah mengobrol sedikit dengan Kevin, Galang mengerutkan alisnya dan menyenggol Cevilla dengan kasar.

"Aw! APASIH LO AH!" pekiknya risih.

Galang terkejut, ia sampai menjauhkan diri saat Cevilla menjerit. Galang menutup mulutnya dengan telapan tangan, dengan raut yang dibuat sealay mungkin. "Saha ieu?"

Tidak hanya Galang, Kevin yang mendengar pekikan Cevilla pun ikut menoleh dan menepuk Galang kecil. Menyadarkan Galang agar lebaynya tidak kumat.

"Lo apain dia?" bisik Kevin spontan menyikut lengan Galang.

Galang menoleh dan menggeleng tegas. "Gue cuman nyenggol kecil, sumpah!" Rautnya kini menjadi serius.

Cevilla memutar bola matanya malas. Sungguh percuma jika berdebat dan memarahi Galang. Kemudian Hening kembali menyelimuti mereka.

"Kak Villa! Keluar skuy, lo kayak gak niat hidup, Asli," cibir adiknya, Galang. Antara mengajak dan juga ingin mengejek.

Cevilla menoleh pada Galang yang bangkit dari duduknya. Ia menimang-nimang ajakan Galang yang jika di pikir-pikir lagi itu ide bagus. Daripada dia menjadi Sadgirl di malam Minggu hanya gara-gara menunggu balasan pesan dari Afga, lebih baik ia menerima ajakan dari Adiknya.

"Ayo, Kak! Kita makan-makan aja, ngisi perut. Gue traktir," timpal Kevin yang menyadari akan sikap Cevilla yang aneh. Sejak ia masuk ke dalam rumah Galang, ia melihat Cevilla tidak bersemangat.

Traktir. Kata yang tidak bisa Cevilla tolak. Ia langsung bangkit dan tersenyum cerah. "Gue ikuuut!!" serunya dan segera mengganti pakaiannya. Sebenarnya Cevilla ingin memakai baju tidur saja, namun Galang tidak setuju dan berkata, "Lo jangan malu-maluin ya, anjir!" Padahal kan hanya baju tidur. Apa salahnya?

**

Cevilla di bonceng Galang diatas motor maticnya, lalu ada Kevin yang duduk sendiri dengan motor kopling. Jalanan Jakarta di Malam Minggu tentu saja ramai dan berisik. Cevilla sesekali terkejut dan berdecak saat mendengar klakson yang saling berbunyi. Walau memakai Helm, tapi tetap saja terdengar jelas. Sesekali ia mengecek ponselnya barangkali ada balasan dari Afga, namun hasilnya tetap nihil.

Dan disinilah Cevilla sekarang, dengan baju panjang dan celana jeans hitam seadanya serta sepatu hitam membawanya ke sini, Taman Kota.

Cevilla berjalan tidak seperti berjalan bersama adik atau adik kelasnya. Namun, terlihat seperti berjalan dengan kakak-kakaknya. Bagaimana tidak, Galang tingginya sudah hampir beberapa centi diatas Cevilla. Begitu pun Kevin, lebih tinggi dari Cevilla dan Galang.

Cevilla terlihat seperti gadis kecil mereka.

"Lang, gue pengen itu," ujar Cevilla sengaja mengganggu Galang yang tengah mengobrol. Dengan salah satu kenalan Galang yang bertemu disini.

Galang menoleh, ia menatap Cevilla lalu menatap Kevin. "Vin, lo anter kakak cerewet gue ini ke sana. Gua pengen ngobrol bentar."

Kevin hanya mengangguk dan menatap Cevilla yang tersenyum mengerti. Tidak, sebenarnya Cevilla tengah menahan kesalnya karena daritadi diabaikan oleh adiknya sendiri yang sibuk mengobrol.

"Oke. Gue bareng Kevin aja," sahut Cevilla, langsung melengos meninggalkan Galang dan temannya, lalu di susul Kevin yang berjalan di belakang Cevilla

Dan tibalah mereka di salah satu penjual Es Serut, Cevilla memilih duduk terlebih dahulu dan membiarkan Kevin yang memesan.

"Bang, Es Serut dua," ujarnya.

"Yang spesial A'?"

Kevin mengangguk. "Iya." Lalu menghampiri Cevilla dan duduk di depannya. Melihat Cevilla yang terlihat sibuk mengecek handphonenya beberapa kali.

"Nunggu apaan, kak?" celetuknya penasaran, membuat Cevilla mendongak dan menggeleng, lalu tersenyum simpul.

Tidak mungkin juga Cevilla memberitahu Kevin bahwa dirinya sedang menunggu balasan pesan dari pacarnya. Jangankan Kevin, Galang pun tidak tahu tentang hubungan Cevilla dengan Afga.

"Gue yang bayar, Vin," ucap Cevilla mengalihkan pembicaraan.

Melihat respon Kevin yang hendak protes, langsung Cevilla potong dengan gelengan tegas darinya. "Gak, gak, gak! Pokoknya kali ini gue yang bayar. Gantian, kan tadi lo yang traktir nasgor."

"Yaudah, iya," jawab Kevin membuat Cevilla tersenyum.

~Cevilla~

9 oktober 2019
Revisi : 30 Maret 2020

Jangan lupa klik VOTE dan tulis pendapat part ini di kolom KOMENTAR

See you!

Cevilla [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang