3

87.7K 3.8K 337
                                    

Sedangkan di tempat Afga.

Cevilla
Lo kepo banget si

Afga terdiam tercekat di atas kasurnya, ia sedikit tidak percaya setelah membaca balasan terakhir dari kekasihnya. Cevilla, gadis itu berubah ucapannya menjadi Lo-Gue.

'Gue salah apa anjir sampai Villa ketus gini?' batinnya.

Dan juga, dia sedikit emosi akan balasan Cevilla yang menurutnya biasa saja ketika Afga menanyakan tentang kejadian pulang sekolah.

Yang di pikiran Afga saat ini adalah Galang. Nama pria yang tidak Afga ketahui. Lalu Afga meremas rambutnya kasar.

Cevilla ketus.

'Balasan Cevilla cuek, dia kayaknya marah, tapi salah gue apaan?'

Banyak pendapat debat terjadi dalam otaknya.

Langsung menghampiri Cevilla ke rumahnya dan meminta maaf? Ayolah, Afga bahkan tidak tahu alamat Cevilla yang berstatus sebagai pacarnya sendiri.

Ia memutuskan untuk menyentuh logo telepon dan mendekatkan ponselnya pada sisi telinga. Tidak membutuhkan waktu lama, panggilan sudah tersambung. Tapi diantara mereka berdua belum ada yang bersuara sama sekali, dan akhirnya Afga berdehem untuk memulai suara.

"Ekhem, Vill?"

"Iya, Kak?" Suara kecil bersuara dari seberang sana. Membuat Afga merasa nyaman ketika mendengar suara Cevilla.

"Gue ada salah apa Vil?" tanyanya langsung ke inti.

"Maaf kak, yang tadi balesin itu Galang. Dia-"

Seketika Afga langsung memotong, "Siapa?"

Hening.

Tak ada jawaban dari Cevilla. Beberapa detik Afga sabar menunggu,  akhirnya mendengar kembali suara Cevilla.

"Galang itu adik aku, Kak. Dia tadi jail, balesan chat dari Kak Afga. Aku minta maaf."

Berbeda dengan Afga, Cevilla di sana memikirkan susunan kalimat agar Afga tidak kembali salah paham, dengan suara yang lembut. Cevilla tahu Afga marah. Dari suaranya saja Cevilla tahu, Afga bersuara dingin. Namun saat emosi, dinginnya bertambah.

Setelah Cevilla berkata seperti itu, ia tidak mendengar suara Afga dari seberang sana. Sebenarnya sudah biasa, mereka teleponan tapi lebih banyak diam. Dan hanya bersuara jika ada yang penting. Cevilla juga tidak bisa berbicara banyak dan cerewet- seperti pasangan lainnya diluar sana.

"Kak."

"Hm??"

Cevilla menggigit bawah bibirnya kuat merasa ragu untuk menanyakan hal ini. Karena ia tidak mau terlihat terlalu tercaya diri . Tapi percayalah, penasarannya ini sudah di ujung puncak.

"Kak Afga.... Cemburu?"

Hening. Lagi-lagi hening. Suasana yang Cevilla tidak suka.

Oke, sepertinya Cevilla sudah salah bicara. Afga tak membalas ucapannya, hanya suasana sepi dan dingin yang menjawabnya.

"Eumm... Ya-yang tadi lup-lupain aja Kak, a-aku-"

"Iya. Gue cemburu."

Blush. Cevilla seketika itu juga mematung. Dirinya tidak percaya jika seorang Afga bisa cemburu.

Ini pertama kalinya dalam sejarah hubungan Cevilla dan Afga. Afga, cemburu. Harus Cevilla catat tanggal dan waktunya! Harus! Ingatkan!

Dadanya sudah berteriak, kekehan kecil berusaha ia tahan. Tidak menyangka dan menebak wajah Afga yang sedang cemburu. Pasti lucu.

Cevilla [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang