25

59.8K 3K 182
                                    

"Halo?"

"Kak, lo dimana?!"

Cevilla mengernyitkan alisnya bingung, sedikit tidak mengerti tiba-tiba Galang meneleponnya di saat Cevilla sedang makan di mall bersama Mocha dan Radith, Cevilla rasa ia belum meminta jemput pada Galang. "Di Mall lagi makan, kenapa?"

"I-it itu Kak..."

Cevilla berdecak dan menyepurut minumannya. "Ngomong yang jelas, Lang. Lo mau nitip sesuatu?"

Decakan Cevilla terdengar oleh Mocha dan Radith, Mocha menggerakkan mulutnya seolah berkata 'Si-a-pa?' Cevilla membalas dengan suara pelan tapi ucapan yang jelas 'Ga-Lang'.

Mocha pun mengangguk dan kembali berbincang dengan Radith.

"Eng-enggak ka, ru-rumah ... sakit."

"Lo sakit, Lang?" tanya Cevilla mendadak cemas.

"Bukan, Kak.. Mama- Mama mas-masuk rumah sakit, hiks."

Deg

"Hiks, Kak- Mam-Mama, Kak ..." Terdengar isak kecil dari arah sana. Cevilla membatu, terkejut mendengar ucapan Galang. Tapi kesadaran masih penuh, Cevilla menetralkan jantungnya kembali. Karena ia sadar, ia masih punya adiknya yang lebih shock.

"La-lang.. se-sekarang Mama di rumah sakit mana?" tanya Cevilla pelan, sangat pelan dan hampir terdengar berbisik. Wajahnya menunduk, meremas tangannya dan berusaha untuk tetap tenang.

"Hiks ... Ru-rumah sakit Mitra***"

"Oke. Lo sekarang ke sana, minta anter sama siapa aja kek, Kevin atau siapa. Yang penting lo jangan nyetir sendiri. Oke? Gu-gue juga bakal ke Rumah Sakit langsung sekarang."

"I-iya, Kak."

Lalu sambungan terputus. Cevilla masih tak menyangka apa yang baru saja dia dengar. Perlahan dia bangkit dari duduknya dengan kaki yang lemas.

"Kemana, Vill?" tanya Mocha kebingunan melihat wajah pucat Cevilla.

"Lo sakit?" kali ini Radith yang bertanya, dan mendapat gelengan dari Cevilla.

"Ma-Mama gue masuk ... rumah sakit."

Setelah itu, Cevilla, Mocha dan Radith pun segera keluar dari Mall dan pergi ke Rumah Sakit yang di katakan Cevilla. Selama dalam perjalanan, Cevilla duduk dengan Mocha di belakang. Mocha terus menggenggam tangan Cevilla kuat, setidaknya memberikan dorongan agar tidak melamun.

Tapi selama di perjalanan, Cevilla selalu berkata, 'Semuanya baik baik, gue juga baik baik aja kok, Cha' walaupun begitu, wajahnya tetap pucat, namun tidak mengeluarkan air mata sedikit pun.

**

Perjalanan memakan waktu setengah jam. Cevilla berlarian memasuki rumah sakit. Bau obat-obatan mulai tercium. Banyak pasien yang berkeliaran di rumah sakit. Cevilla hampir saja terjatuh saat menabrak orang, namun segera di tolong oleh Radith. Mocha di belakang mereka, larinya sangat lambat sehingga Radith lah yang menjaga Cevilla.

Setelah bertanya di meja represionis menanyakan nama Mamanya. Cevilla kembali melesat berlarian di koridor rumah sakit. Walau sudah di tegur oleh beberapa perawat, tapi telinga Cevilla seolah tuli. Pandangannya kosong, berlarian mencari nama ruang rawat Mama dan kakinya tak merasakan pegal walau sudah terasa sangat lemas.

Yang di pikirannya hanyalah satu. Mama

Dan sampai lah ia. Berdiri di depan pintu ruang Mamanya berada. Mengambil nafas sebanyak-banyaknya lalu menghembuskan dengan pelan. Bergerak membuka pintu dengan tempo pelan. Dadanya berdetak kencang. Takut, gelisah, sedih bercampur aduk menjadi satu di hatinya.

Cevilla [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang