10

70.9K 3.2K 129
                                    

"Cha, lo denger ada yg nangis, gak?"

Mocha mengangguk, walau dirinya sedang bermain ponsel, namun tetap saja telinganya menangkap tangisan kecil.

Sandri langsung bergidik ngeri. "Cha, jangan-jangan... Rumah lo ini..."

Pletak.

Dengan spontan Mocha menjitak kening Sandri yang memang sedang di sebelahnya sambil baca komik milik Mocha.

"Lo jangan ngomong sembarangan!" dengusnya dan bangkit, di ikuti Sandri yang menyengir.

"Kayaknya deket rumah lo deh yang nangisnya," ujar Sandri melangkahkan kakinya, "ada apaan ya?" sambungnya.

Mocha mengangkat bahunya tak tahu, mengikuti Sandri dan ikut keluar rumah.

Dan saat Mocha akan keluar, tiba-tiba Sandri berhenti melangkah. Membuat Mocha tertabrak pada punggung Sandri dan menepuk pundaknya kesal.

"Lo kenapa sih, jangan berhenti ngedadak dong," ketusnya yang tak di jawab oleh Sandri.

"Cevilla..." gumamnya membuat Mocha penasaran.

"Ha? Cevilla?" tanyanya dan akhirnya keluar dari belakang Sandri. Ia melihat Cevilla tengah mengusap pipinya di depan Angga.

Terlihat Cevilla sedang memberontak dengan wajah yang sudah berantakan.

Mata nya merah, hidung nya merah dan air mata yang masih sedikit keluar.

Mocha menoleh ke samping, tepatnya ke arah muka Sandri. "San-" ucapannya terpotong.

Melihat Sandri menahan emosinya. Tangannya mengepal.

Dengan wajah yang tidak bersahabat, Sandri melangkahkan kakinya dari sana.

"Angga, lo-" teriaknya terpotong saat melihat seseorang berlari dan langsung menjauhkan Angga dari Cevilla.

Duk

Dengan cara menepis pundak Angga hingga Angga terjatuh dan duduk di tanah.

Langkahnya terhenti dan matanya sedikit melebar saat melihat Angga jatuh terduduk dan meringis.

"Kak Afga?" pekik Mocha yang juga melihat kejadian tersebut.

"Afga?" ulang Sandri yang ikut terkejut.

Tidak sampai disitu, pertanyaan bersifat khawatir juga mengejutkan semua yang melihat kejadian Afga dan Cevilla.

"Lo kenapa? Lo baik-baik aja? Ada yang sakit?"

Cevilla tentu terkejut, tanpa sadar dirinya hanya mengangguk menjawab pertanyaan yang terlontar dari Afga. "Sa-sakit" gumamnya parau.

Afga melihat tangan Cevilla yang merah, yang ia kira karena Angga. Matanya nyalang langsung menoleh ke bawah.

"Lo apain dia?" tanyanya tajam.

Angga masih diam mengusap telapak tangannya tenang, walau terasa perih.

Tapi ternyata tanggapan Angga membuat Afga jengah karena merasa terabaikan.

Dengan kesal, Afga menarik kerah Angga yang mau tak mau Angga menatap ke atas dengan tatapan malas dan seakan berkata 'Apa?'

"Gue tany-"

"Berhenti, Kak!" sambar Cevilla.

Ia melihat Afga akan berbuat yang tak di inginkan Cevilla lagi.

Tangan terkepal Afga berhenti di udara, berbeda dengan Angga yang malah tersenyum tipis seraya berbisik, "Cevilla nangis. Itu karena lo, goblok!" Dan hanya Afga yang dengar.

Cevilla [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang