14

62.3K 2.9K 136
                                    

Cevilla mencuci tangan yang memerah dengan air keran di kamar mandi. Pandangannya kosong.

Entah tangannya atau hatinya yang sakit. Mungkin saja dua-duanya.

Kejadian tersebut terulang kembali di ingatannya. Melihat Afga menarik lengan Nessa dan wajahnya tampak khawatir.

'Enggak, ini bukan salah Ka Nessa! Gue ga boleh benci Ka Nessa cuman gara gara ini.'

Mocha datang dengan raut khawatir. "Cevilla!" Lalu menghampiri Cevilla yang sudah selesai mencuci tangannya. "Mau ke UKS?"

Cevilla menggeleng. "Enggak. Udah gak sakit, kok," jawabnya tersenyum hambar.

Mocha menggeleng tegas. "Enggak. Lo harus ke UKS sekarang! Tangan lo masih merah."

"Enggak, Mocha. Nanti juga sembuh kok, gak perlu ke UKS. Kan cuman kuah Soto."

"Tapi Vi-"

Cevilla menarik tangan Mocha. "Udah deh, percaya aja sama gue. Gue gak papa."

"I-ii iya," jawab Mocha yang masih ragu namun akhirnya beranjak dari sana.

'Iya, gue gak papa! Gue yakin gue ga papa!' batinnya.

**

"Cha, lo main gamenya nanti kalau udah selesai belajar," ujar Cevilla tegas.

Mocha cemberut. "Iya, iya."

Cevilla tersenyum kemenangan. Ia dan Mocha mulai membaca buku dan menghafal rumus.

Tempatnya di ruang televisi rumah Cevilla. Ada snack dan jus yang membuat Mocha betah di sini. Di tambah dirinya akan bermain bersama Galang- adik Cevilla. Mereka berdua duduk di bawah di atas karpet.

"Vill. Kalau soal yang nomor dua belas ini pakai rumus yang B bisa, gak?" tanyanya seraya menyodorkan soal.

Cevilla mendekatkan kepalanya. "Mana coba gue liat. Hm... Bisa kok. Nanti dapet hasilnya."

"Oke!"

Sebenarnya Mocha termasuk murid biasa-biasa saja. Namun nilai Cevilla di atasnya. Jadi Mocha banyak bertanya tentang rumus pada Cevilla.

Lalu datang lah Galang. Dengan satu piring Mie goreng buatannya. "Tumben belajar, Kak," ucapnya dengan nada mengejek.

Cevilla menoleh pada Galang yang duduk di sofa tepat di belakangnya "Iya lah belajar. Gak kayak lo," jawabnya tak kalah sinis.

Galang tidak menjawab. Ia kini menoleh ke arah Mocha. "Kak, semangat belajarnya! I'am mendukung dan waiting you! Biar bisa mabar, hehe.."

"Siap!" jawab Mocha antusias tanpa melihat ke arah Galang. Tangannya bergerak cepat.

"Kakak sendiri gak di semangati," cibir Cevilla kesal dan Galang terkekeh kecil.

"Ututuuu... Kakak ku sayaaang. Udah nih, mending makan," bujuknya sembari tertawa geli dan menyodorkan garpu berisi Mie ke samping Cevilla.

Dengan muka masam Cevilla membuka mulutnya dan Mie berhasil masuk ke dalam mulut Cevilla.

"Anak pinter," ujar Galang yang kembali menyuapi dirinya sendiri.

Cevilla membulatkan matanya. Dengan gerakan cepat dia bangun dari duduk dan melirik ke belakang. "KOK PEDES?!" pekiknya.

Tepat Cevilla berteriak, Galang tertawa berbahak-bahak. Pria itu tahu kalau Kakaknya tidak kuat pedas.

Cevilla berlarian menuju dapur dan meneguk air sebanyak-banyaknya. Berbeda dengan Galang yang masih berbahak dan menaiki tangga. Menjauh dari amukan sang Kakak.

Cevilla [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang