26

61.9K 2.9K 146
                                    

Bukan liburan seperti ini yang Cevilla inginkan. Bukan liburan seperti ini yang Cevilla nanti-nantikan. Bukan liburan seperti ini yang Cevilla tunggu-tunggu.

Bukan. Bukan seperti ini.

Mamanya berbaring tak berdaya, Galang yang bersedih, dan sekarang pacarnya mengaku sebagai pacarnya Nessa.

Cevilla kini berjalan beriringingan dengan Sandri dan Angga. Kedua pria ini di beritahu oleh Mocha tentang Ibu Cevilla yang masuk rumah sakit. Tanpa berpikir panjang, kedua temannya itu langsung tancap gas ke rumah sakit.

Dan saat mencari ruangan, mereka berdua bertabrakan dengan Cevilla dengan tatapan kecewa dan hidung yang sudah merah. Menandakan bahwa dirinya habis menangis. Angga dan Sandri menganggap Cevilla menangis pasti karena Mamanya.

Terlepas dari pemikiran mereka, Cevilla sebenarnya juga menangis karena pacarnya, Afga.

Tangis yang sudah ia tahan saat mendengar kabar Ibunya, hancur saat mendengar pengakuan dari Afga.

Tapi setelah bertabrakan, Cevilla tidak jadi nangis dan menahan ya sampai dia di depan ruangan Mama. Ia bertekad untuk tidak menangis di depan orang lain.

Di buka lah pintu ruangan tersebut.

"Galang."

Matanya menemukan Galang tengah keluar dari toilet. "Beli makanannya lama bange- siapa, Kak?"

"Ini Angga sama Sandri. Lo gak tahu karena waktu itu gak bareng sama gue dan Kevin di taman. Lo kan sama doi lo," jawab Cevilla. "Temen sekelas gue," tambahnya membuat Galang mengangguk-angguk dan mendekat.

Lalu menyalimi keduanya. "Malam, Bang. Gue Galang. Adiknya Kak Villa."

"Angga."

"Gue Sandri. Nanti panggilannya BangSan, ya. Jangan sampe di plesetin jadi BangSat."

Sontak Galang tertawa kecil. "Ya enggak lah, Bang. Yakali haha.."

Sandri pun ikut tersenyum lalu menepuk pundak Galang. "Yang tegar ya, bro."

Galang mengangguk."Makasih Bang sampai ke sini segala. Udah malem lagi, padahal besok juga bisa."

Sandri menggeleng  "Harus sekarang dong. Kan Cevilla lagi butuhnya sekarang, siapa lagi coba yang bisa di samping Cevilla selain gue."

"Loh, Bang San itu pac-"

"Stop San. Lo jangan sampe adik gue berpikiran yang enggak-enggak. Dan juga Lang, mereka ini cuma teman-teman gue. Cuma sebatas teman," potong Cevilla dengan menekan kalimat akhirnya.

Sandri memegang dadanya dan menampilkan raut orang tersakiti. "Gak ada kalimat lebih nyesek dari kita cuman teman, Vill. Buset, akit ati aku."

"Alay." Angga memukul pelan kepala Sandri dari belakang.

"Maafin Sandri. Dia emang malu-maluin. Bahkan urat malunya juga udah hilang."

"SEMBUARANGAN LO-"

"Ssst!!! Ini di rumah sakit, bego. Jangan teriak-teriak!" seru Cevilla.

Sandri menyengir dan menggaruk tekuknya. "Sorry, udah spontan teriak soalnya, hehe..."

Spontan Galang tertawa kecil melihat kejadian di depannya. Cevilla yang melihatnya sedikit lega karena bisa sedikit menghibur perasaan Galang yang sedang sedih.

**

"

Lo yakin mau tidur di sini?" tanya Cevilla sekali lagi seraya memakai tas kecilnya.

Cevilla [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang