"Kak Afga ngapain ke sini?" tanya Cevilla yang tengah duduk berseberangan dengan Afga. Mereka berdua duduk di kursi yang di sediakan di teras rumah Cevilla.
Menatap ke depan, dengan pikiran masing-masingnya.
"Gue, gue mau minta maaf."
Deg
Sakit. Hatinya kembali sakit. Mengingat kejadian di rumah sakit yang ingin sekali Cevilla lupakan.
"Minta maaf .... buat apa?"
Afga menoleh ke samping. "Lo gak bales chat, gak angkat telepon, bikin gue khawatir tau, gak! Gue selama ini gak bisa tenang lo cuekkin!"
Cevilla juga menoleh dengan kekehan kecilnya. "Khawatir? Terlambat, Kak. Emang penting ya, aku balas chat?"
"Tapi setidaknya biarin gue jelasin sama lo, Vill." Afga melengos.
"Kak Afga tau rumah ku dari siapa? Perasaan Kak Afga gak pernah tau deh. Kan aku bukan siapa-siapa"
"Lo pacar gue, Vill!" jawabnya spontan dengan nada sedikit tinggi. Tak terima dengan ucapan akhir Cevilla.
Cevilla terdiam, membuat Afga menghela nafas. "Sorry.."
Cevilla melirik Afga ke samping, melihat pria itu dengan rasa iba. Rambutnya berantakan, di bawah matanya terlihat warna hitam disana, tubuhnya menjadi kurus, juga kulitnya pucat.
"Gue tau rumah lo dari Sandri, teman lo, dengan alasan sesuatu."
Cevilla kembali menatap ke depan kemudian menyandarkan punggungnya. "Ya iya lah. Mana mungkin alasannya mau nemuin pacar. Ngakak aku, Kak."
"Vill..."
"Apa? Kak Afga ke sini mau jelasin, kan? Yaudah, jelasin aja. Aku dengerin," ucap Cevilla penuh penekanan di kalimat akhirnya.
Afga mengangguk. "Sebelumnya gue mohon lo jangan marah-"
"Telat. Bahkan aku udah mulai benci sama Kak Afga," potong Cevilla dengan senyum miringnya.
Afga melebarkan matanya mendengar jawaban Cevilla, lalu ia kembali mengingat tujuannya kesini.
"Maaf. Sebenarnya, gue cuman bantuin Nessa. Ibunya udah sakit-sakitan dan harus di rawat di rumah sakit terus. Nah, demi buat ibunya lega dan senang, Nessa harus punya pacar. Setidaknya biar ada yang jagain gitu. Dan karena saat itu ibunya nyaman sama gue. Akhirnya gue sama Nessa jadi pacar bohongan. Tapi sumpah Vill, gue sayangnya cuma sama lo," jelasnya singkat.
Cevilla tercekat di sana. Mencerna kalimat-kalimat yang baru saja terlontar dari bibir Afga.
"Kak Afga bercanda? Dengan begitu Kak Afga sama Kak Nessa bohongan ibunya. Kak Afga tega?"
Afga menghela nafas. "Gue gatau harus gimana, Vill. Cuma itu satu satunya cara bantuin Nessa."
Hening.
Cevilla diam sebentar lalu menunduk. "Kenapa harus Kak Afga?" cicitnya.
"Maksudnya?"
Cevilla menghela nafas pelan. "Kenapa harus Kak Afga yang jadi pacar bohongannya? Kenapa gak Kak Radith? Atau teman lainnya?"
Afga terdiam sebentar. "Gue ... gatau."
Cevilla tertawa kecil- bukan, tapi tertawa pedih. "Jadi, saat malam itu Kak Afga tiba-tiba di telepon sama Kak Nessa buat apa? Buat bantuin Kak Nessa juga? Malam minggu bareng Kak Nessa juga karena pulang dari rumah sakit? Pulang sekolah bareng juga karena Kak Nessa? Gak bisa ketemuan juga karena Kak Nessa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cevilla [✔]
Romance#1 in Backstreet [27112019] #1 in Ketus [30112019] #1 in Cuek [03122019] #1 in Baper [03122019] #1 in Nyesek [15012020] #1 in Fiksi [18042020] #1 in Strong [31052020] #1 in Ldr [16082020] #1 in Emosi [07112020] #2 in Konflik [25092020] #3 in Sad...