Cevilla bukan orang yang prinsipnya no internet no life atau no kuota no life.
Tidak, itu bukan Cevilla. Buktinya saja, sejak terakhir Cevilla melihat Afga bersama Nessa sampai sekarang- Hari Senin, gadis itu belum menyalakan internet. Handphonenya benar-benar tak tersentuh pada internet satu hari full kemarin itu.
Kenapa? Entahlah, Cevilla merasa malas.
Saat ini pun dia baru datang dan duduk di depan kelas.
Banyak murid-murid yang berlalu lalang. Gadis itu baru membuka handphone dan melihat banyak pesan yang masuk.
Afga. 45
Mocha. 5
XI social 1. 66
Sandri. 2
Jari Cevilla tertarik untuk melihat pesan dari Mocha. Ngomong-ngomong, sejak Cevilla masuk kelas, dia belum melihat Mocha. Apa jangan-jangan tidak datang?
Tepat sekali! Setelah membaca pesan Mocha, Cevilla tahu bahwa temannya ini izin tidak masuk.
Mocha.
P sayang<3
Besok gue ga sekolah btw
Gue sackit:( sackit hati:(
Enggak deng, gue sakit gara-gara kemaren mules makan mie ayam super hot
Lo jangan kangen<3Mata Cevilla tertarik menoleh ke samping. Ada Sandri dan Angga yang baru saja datang ke kelas, sebelumnya Sandri mengedipkan matanya genit pada Cevilla yang di balas gidikan bahu, seolah-olah jijik. Sedangkan Angga? Dia hanya menatap datar Cevilla sebentar, hanya beberapa detik.
Ayolah, Cevilla juga tidak ada niatan akrab dengan Angga. Justru dia canggung.
**
Setelah upacara, kelas XI Social 1 mengadakan kerja kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan yang paling di sayangkan oleh Cevilla, adalah... Dia satu kelompok dengan Sandri.
Bukan bermaksud menjelekan Sandri, tapi lihatlah dia sekarang. Dengan santainya menyusun tangga dari barang-barang yang ada di sekitarnya. Mulai dari buku, handphone, tipx, penghapus, bahkan powerbank milik Cevilla.
Satu kata, Gabut. Bukannya membantu mengerjakan tugas, Sandri malah bermain hal yang unfaedah.
Cevilla duduk dengan Sandri, Angga dengan Wildan. Ari dengan Kiki. Satunya Mocha, tapi dia tidak hadir. Yang artinya Cevilla sendirian yang perempuan saat ini.
"Gue bosen hidup, tapi gamau mati," gumam Sandri yang sedang fokus.
"Sama. Bosen hidup, tapi penasaran untuk masa depan gue yang barangkali aja cerah bak matahari gitu kan," sahut Wildan yang fokus menulis, mencari point penting tugas.
"Cukup matahari aja yang cerah, Dan. Masa depan lo jangan."
"Anak setan, lo!"
"Masdep lo di doain suram, Dan," timpal Ari yang mengundang tawa pecah dari kelompok tersebut.
"Yee, bego! Barangkali aja gue jadi presiden gitu," balas Wildan
"Eh, gue dukung lo kalau lo jadi presiden, Dan. Tapi ada syaratnya." Sandri menatap Wildan mantap.
"Apa?"
"Pas udah jadi presiden, jangan lupa. Bayar gue seratus juta tiap bulan."
"Anjing, auto bangkrut."
"Hahaha." Gelak tawa terdengar terus-menerus, tidak dapat mengelak, Cevilla sendiri ikut tertawa karena obrolan receh ini.
"Kan lumayan tuh, gue bisa bangun rumah. Tapi bukan pake tembok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cevilla [✔]
Romance#1 in Backstreet [27112019] #1 in Ketus [30112019] #1 in Cuek [03122019] #1 in Baper [03122019] #1 in Nyesek [15012020] #1 in Fiksi [18042020] #1 in Strong [31052020] #1 in Ldr [16082020] #1 in Emosi [07112020] #2 in Konflik [25092020] #3 in Sad...