16 ~ Nightmare!

3.8K 357 56
                                    

Mean menatap kosong kearah sang dokter, kakinya lemas saat mendengar berita kematian anak dan istrinya.

Takdir macam apa yang sedang tuhan mainkan sekarang?. hingga ia harus mengalami rasanya kehilangan orang yang ia cintai.

"Bohong!". teriak mean tak terima dengan penjelasan sang dokter.

Ayah dan ibunya shock, bahkan ibu mean terduduk di lantai dingin rumah sakit.

Mean yang melihat ibunya langsung saja menarik lengan ibunya dengan kasar lalu berteriak layaknya setan dan menyalahkan semua pada ibunya.

"Semua ini karena ibu! bukankah sudah ku bilang untuk tidak mendengar ucapannya. lihat sekarang, istriku meninggal karena ibu! apa ibu bisa mengembalikan anak dan istriku lagi, huhhhh?". teriak mean dengan menggenggam baju ibunya seperti sedang melawan musuh.

Tuan phiravich hanya menatap sendu anaknya yang menyalahkan ibunya.
ia pun sebagai ayah dan suami tidak tau harus melakukan apa.

Di satu sisi, ia pernah merasakan apa yang di rasakan oleh anaknya dan disisi lain adalah orang yang tengah terduduk lemas di lantai adalah istri yang amat ia cintai.

"DASAR PEMBUNUH!". lanjut mean dengan suara yang berat membuat ibunya semakin merasa bersalah.
ditambah lagi ia mendengar langsung anaknya yang menyebut dirinya adalah pembunuh.

Kalian tahu? rasanya sangat sakit.
bahkan lebih baik ia di tusuk dengan ribuan belati oleh orang lain dari pada mendengar perkataan mematikan dari orang yang ia lahirkan kedunia ini.

Aku adalah seorang pembunuh?. batin ibu mean.

Karena tuan phiravich yang sudah tidak tahan dengan perkataan anaknya, dengan cepat ia memotong ucapan mean.

"Berhentilah bicara kasar pada ibumu! ini hanyalah sebuah kesalahpahaman mean". tegur sang ayah membuat mean semakin diliputi rasa marah.

"Kesalahpahaman? bagaimana bisa ayah menyebutnya sebagai kesalah pahaman? jelas-jelas ibu dengan santainya mengiyakan ajakan plan!".

"Mean maafkan ibu, ibu hanya merasa kasihan melihatnya menangis karena merindukan keluarganya". ucap nyonya phiravich dengan tangan yang di satukan sambil menundukan kepala tepat di bawah kaki mean.

"Maaf? tidak ada kata maaf untuk mu bu! kamu telah membunuh istri dan anakku".

"Plan, ibumu tidak sengaja! bukankah ibumu sudah menjelaskan padamu bahwa ia merasa kasihan melihat istrimu yang sering menangis diam-diam di dalam kamarnya karena merindukan keluarganya".

"Aku punya alasan kenapa aku melarangnya untuk menemui keluarganya". kata mean membuat ayahnya terdiam sedangkan ibunya masih setia menangis.

Mean yang mendapat kebungkaman kedua orang tuanya pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan hati yang sangat perih.

Haruskah aku merasakan kepahitan ini lagi tuhan?. perih mean dalam hati.

Berjalan sempoyongan hingga sampai di mobil.
hanya satu pikirannya saat ini adalah bar.

Mungkin dengan begitu ia bisa bertemu dengan plan.

Ilusi yang selalu ia lihat jika sedang mabuk. hanya itu satu-satunya jalan terbaik saat ini.

.
.

Waktu sudah menunjukan pukul 23.25 malam, mean dengan langkah gontai memasuki rumahnya dengan perempuan-perempuan berbaju seksehh.

Ibu mean yang dari tadi menunggu kedatangan anaknya pun langsung menyambutnya, tapi ia malah di buat terkejut saat mean meraih tengkuk wanita jalang yang mungkin ia pesan setelah kepergian plan.

Mommy CantracTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang