18 ~ Past events 2

3.5K 329 53
                                    

"Bagaimana bisa kamu tidak tahu nak?". ujar dokter tampak heran membuat plan menundukkan kepalanya.
"Sudahlah, tidak usah di pikirkan siapa ayah dari anak yang kamu kandung. sekarang kamu hanya perlu datang kesini tiap hari, setelah sepulang sekolah. oke?". sambung dokter itu dengan wajah yang menenangkan.

"Untuk apa bu dokter?". tanya plan yang belum bisa memahami situasi.

Wajar masih bocil, guys.

"Agar kamu dan bayinya selamat nak".

"Tidak bisakah bayi ini dihilangkan saja dari dalam diriku bu dokter?". ucap plan tanpa pikir panjang, membuat dokter di depannya terdiam karena terkejut.

Ingin rasanya ia menangis karena melihat ada anak kecil tidak tahu apa-apa sedang hamil dan lebih buruknya lagi adalah anak kecil itu meminta ia untuk menghilangkan bayi yang ada di dalam dirinya begitu saja.

Tidak, ini salah. jika dilihat dari sisi manapun anak kecil itu yang bersalah. namun jika ia disuruh untuk memilih melenyapkan nyawa baru di dalam anak kecil itu, ia tidak bisa!.

"Memangnya kenapa kamu ingin melenyapkan nya nak?". tanya bu dokter dengan suara yang bergetar.

"Aku tidak tahu bu dokter, tapi lebih baik melenyapkannya bukan? daripada aku harus mempertahankannya, lagipula aku juga tidak tahu siapa ayah dari anak ini. lebih baik ia tidak usah di lahirkan ke dunia ini. bukankah itu ide yang bagus?". jawab plan membuat sang dokter misuh-misuh sendiri.

Plan yang menundukkan kepalanya dari tadi merasa terkejut saat merasa dirinya sudah berada du dalam sebuah pelukan yang sering ia inginkan sedari dulu dari kedua orang tuanya.

"Dengar nak, banyak orang yang ingin memiliki anak namun tuhan selalu menguji mereka dengan belum memberikan mereka anak. jika kamu sudah diberi anak walau di umur segini mungkin karena tuhan sudah mempercayakanmu tugas dan tanggung jawab sebagai seorang ibu".

"Tapi ibu dokter, seharusnya tuhan tidak memberikan ku bayi ini. bagaimana bisa tuhan mempercayakan ku untuk menjaga dan mengurus bayi ini sendirian?".

"Itu karena kamu anak yang baik".

"Tapi anak yang baik tidak akan pernah melakukan hal yang salah dan merugikan sampai sefatal ini kan, bu dokter?". ujar plan membuat sang dokter terdiam.

Skak!. itulah yang ada dalam pikiran sang dokter.

Lalu setelahnya senyum terptri di wajah dokter itu.

"Kamu terlihat seperti anak yang pendiam dan polos. namun ternyata mulutmu ini kalau mengeluarkan kata selalu menyakitkan hati, nak". ucap sang dokter membuat plan juga tersenyum.

"Hehe".

.

Akhirnya pun setelah memikirkan banyak hal, plan pun mengikuti semua yang dokter itu katakan.

"Jangan lupa nak, untuk setiap hari datang kesini, oke?".

"Sipp dokter".

Setelah itu plan berlalu pergi.

.

..Plakk..

Saat di perjalan pulang ke rumah kecil milik kakaknya, plan harus memantapkan hatinya ketika kakaknya datang dengan menampar wajahnya sangat keras.

Sehingga menimbulkan warna merah di wajah mulusnya.

"P' meplannie..?". lirih plan menatap penuh tanya kearah kakaknya.

Mommy CantracTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang