Part 19

3.8K 184 1
                                    

Terkadang terlanjur sakit hati bisa membuat seseorang menaburkan kebencian sampai-sampai tak rela memaafkan.

•••

Pagi ini terasa dingin sekali, hawa dingin bagai tombak yang menusuk kedalam kulit.  Ether baru saja beranjak dari kasurnya, ia pun berjalan menuju jendela kamar memastikan kenapa hari ini berbeda hawa. Tangan kanannya menggeser  tirai putih transparan, mendapati kaca jendela bagian luar tertitik oleh bulir-bulir tangisan awan. Selesai mengecek, Ether pun pergi menuju dapur guna membuat minuman hangat untuk menghangatkan tubuhnya yang kedinginan.

Dok dok dok!

Pintu apartemen terketuk, membuat Ether yang masih bisa mendengar suara ketukan itu di dapur kini mengernyit bingung. Siapa yang datang sepagi ini disaat hujan?

Ether pun keluar dari dapur sambil membawa secangkir teh, cewek itu berjalan seraya mencelup-celup kan kantung teh.

Dok dok dok!

Sepertinya seseorang yang mengetuk pintu tidak sabaran. "Iya iya! Sabar dikit kek!" ujar Ether merasa terusik. Cewek itu pun menaruh cangkir teh di atas meja samping aquarium, ia menghela napas kesal lalu pergi menghampiri pintu apartemen.

Ether pun membuka pintu apartemen, sontak kedua pupil matanya membulat, jantungnya mendadak berhenti berdetak. "Agnes," seseorang itu langsung memeluk erat Ether.

"Agnes, Mama kangen sama kamu. Gimana kabar kamu sekarang, Sayang?" perempuan itu langsung menumpahkan rindu nya dibahu Ether.

Ether hanya mematung, tak berniat membalas pelukan Tya, mama nya. "Agnes kok diem aja sih? Agnes sakit?" Tya menatap putri sematawayang nya itu sambil meraba tubuh putrinya, "Ether baik-baik aja kan? Enggak sakit kan?"

Ether masih dalam kebisuan. Napaa nya mendadak naik turun, dadanya berselimut rasa kelu dan kecewa. Hatinya berkata, siapa dia? Apakah orang ini pantas disebut ibu? Sementara seorang ibu seharusnya berada disamping anaknya, menepis segala kesunyian dan perkara dari sang anak. Tapi nyatanya apa? Wanita dihadapannya ini tak pernah melakukan nya, bahkan menelpon untuk memastikan saja ia jarang.

"Agnes, kamu ini kenapa? Kok diam aja sih, Mama kangen dengar suara kamu," ungkap Tya tidak sabar.

Ether masih diam. Kali ini dia menunduk, tak ingin menatap wajah sang ibu. Langkah Ether mundur beberapa langkah, tanpa pikir panjang ia menutup pintu apartemen nya begitu saja. Menyisakan Tya diluar sana yang terus memanggil namanya sambil menggedor pintu.

"BUKA AGNES! KENAPA PINTUNYA DITUTUP?! MAMA SALAH APA AGNES?!!"

"AGNES, MAMA KANGEN BANGET SAMA KAMU, SAYANG. MAAFIN MAMA YANG SELAMA INI ENGGAK PERNAH HUBUNGIN KAMU. MAMA BUKANNYA LUPA SAMA KAMU, TAPI MAMA ENGGAK ADA WAKTU, MAMA SIBUK SAMA PERUSAHAAN!!" teriakan itu membuat kaki Ether melemas. Perlahan-lahan kaki nya menekuk, Ether terduduk dilantai dengan kedua tangan memeluk lututnya.

Kepala nya pun tertunduk dibalik lutut, tenggelam bersama tangisan sendu lambang kecewa. Memang yang Ether lakukan salah, sangat salah! Ether mengaku hari ini ia pantas disebut anak durhaka. Seharusnya, hari ini i senang karena dapat bertemu mama nya yang notabene orang sangat sibuk.

Tapi, apalah daya bila rasa kecewa telah berkecamuk. Memenuhi atmosfer hati sampai menutupi rindu diri. Mengucapkan sepatah kata maaf itu sejatinya mudah sekali, tapi ketulusan nya itu yang masih membebani.

"Kalau kamu enggak mau bukain pintu, ya udah Mama akan tetap tunggu kamu bukain pintu disini, sampai malam pun Mama rela tunggu kamu buka pintu," ujar Tya diluar sana.

My Cool Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang