Part 24

3.9K 157 3
                                    

Kalo pelajaran kan bisa belajar sendiri, kalo rubah lo dan gue jadi kita sendirian, gue nggak bisa. Kan elo separuh hati gue.

•••

"Ether mana? Kok gue nggak pernah liat tuh anak," Evan--menghampiri Riana yang mengambil sesuatu diloker nya.

"Lo tanya sama siapa? Loker atau ubin?" Riana menanggapi sinis.

"Ya sama lo lah! Emang gue gila apa ngomong sama benda mati?" Riana manggut-manggut. "Oh...gue kira lo ngomong sama ubin atau lemari. Habisnya lo nggak nyebut nama gue, sih, ya jadi nggak salah gue dong kalo gue nggak jawab," jelas nya.

"Gue lupa nama lo." Jawab Evan polos.
"WHAT?! LO LUPA NAMA GUE?! GILA!" Riana menggelengkan kepala. Takjub. Memang kapasitas memori di otak Evan berapa sih? Sempit amat perasaan.

"Iya. Gue lupa nama lo. Lagian, gue kan cuman tau Si Ether, dan gue sukanya juga sama dia. So, kalo gue lupa nama lo itu hal yang wajar. Secara, gue tuh sibuk, nggak ada waktu buat mikirin makhluk SEJENIS LO." Sanggah Evan menekankan kata 'makhluk sejenis lo.'

Riana mendengkus mendengarnya. Dasar belagu ini orang. Enak aja bilang wajar semudah itu. Memang Evan menyukai Ether, dan mengejar-ngejar sahabat Riana itu. Tapi kan, enggak gitu juga keles. Seharusnya, kalo Si Evan suka sama Ether, dia juga harus tau tentang Ether, temennya siapa, hobinya apa, suka nya apa, lah ini malah berbanding balik. Kalo begini mending pake banget pilih Si Kevin aja. Walau otaknya itu agak geser, tapi Kevin nggak sebelagu Evan.

"Minggir lo! Gue mau lewat!" bentak Riana kini sudah memasang wajah garangnya.

"Enak aja. Jawab dulu pertanyaan gue dong, baru lo boleh pergi."

"OGAH! MALES AH LO SOMBONG SIH!" sembur cewek itu.

"Dah lah, gue mau lewat. Awas lo!" cewek itu langsung menubruk pundak Evan. Lalu mengambil jalan untuk dirinya beranjak.

"Cewek aneh," gumam Evan saat Riana sudah jauh.

•••

Kevin masih dirumah. Tengah mengelap mobilnya yang barusan selesai dicuci. Kenapa enggak sekolah? Ya iyalah, korang nih anak bolos kok. Katanya, sih, enggak papa gitu setaun sekali, mumpung mama papanya lagi keluar kota. Eits, bukan berarti alpha loh ya, enak aja nanti pas terima raport bisa-bisa Kevin kena interogasi mamanya. Bisa mampus dia!

Jadi, jalan keluarnya adalah Kevin buat surat izin sakit. Nyuruh Si Nadya nulis, dan menandatanganinya dengan alasan sakit. Pintar kan Kevin. Ya iya dong, Kevin gitu loh.

"Pin, beneran loh ya jemput gue. Awas aja lo kalo bo'ong. Udah ditulisin surat, suruh nganter sekalian. Parah banget lo ah!" Nadya yang memakai sepatunya diteras rumah tak hentinya mengoceh.

"Makannya, punya pacar. Sono gih, balikan sama Reyon." Timpal Kevin, dan itu langsung dihadiahi lemparan sandal jepit oleh Nadya.

"NGOMONG APA LO HAH?! NGACA OI, NGACAAA!!! LO ITU JOMLO!" serang Nadya.

"Dih. Enak aja, gue tuh dah ada calon. Dah nangkep juga, tinggal jebret aja langsung jadi. Wenaakk," bela Kevin bangga.

"Dih. Nangkep. Ikan kali ah ditangkep," cibir Nadya.

"Gue denger loh, Nad. Gue denger...."

"Dasar ngupingan. Dah lah, gue berangkat aja. Bisa-bisa mateng gue ngomong sama lo." Nadya bangkit dari duduknya, menepuk pantatnya.

My Cool Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang