Part 26

3.9K 188 10
                                    

Bolehkah aku jujur padamu? Bawasannya senyummu itu sudah menghipnotis hatiku.

•••

Setelah berhasil dibujuk oleh Kevin, akhirnya Ether pulang ke apartemennya. Cewek itu kini menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Pandangannya menelusuri sekitar. Mendadak ada yang janggal di hatinya. "Vin, Mama gue mana?" tanyanya terhadap Kevin yang sibuk menyeret koper milik Ether.

"Di rumah gue." Jawab cowok itu. "Eh, ini taruh di mana?"

"Di pinggir situ aja. Entar gue beresin sendiri," telunjuk Ether menunjuk ke arah dinding sebelah aquarium.

"Btw, makasi, ya, Vin," ucapnya saat Kevin duduk di sampingnya.

Kevin tersenyum tipis. "Iya. Sama-sama. Apa, sih, yang enggak buat pujaan hati gue?" ucapnya sambil menarik gemas kedua pipi Ether.

"Vin, diem dulu, deh," kata Ether serius.

"Kenapa? Kenapa harus diem?" cowok itu tampak keheranan.

Tanpa hitungan, Ether mengecup pipi kiri Kevin. Yang membuat cowok itu kaget setengah mati. "Itu, ya, hadiahnya. Maaf, kalo simpel," kata Ether memalingkan muka, ia yakin wajahnya sudah memerah saat ini juga.

"Enggak papa. Berarti, kok, buat gue." Timpal Kevin yang kini juga sama saltingnya.

"Eum...kalo gitu, gue ganti baju dulu, ya. Mau ketemu Mama.”

Kepala Kevin terangguk kecil. " Iya. Yang cantik, ya, Calon Pacar!" teriaknya lantang saat Ether sudah beranjak.

•••

Kevin tak percaya dengan apa yang dialaminya barusan. Untuk pertama kalinya, cewek es batu itu mencium pipinya. Kenapa cuman pipi?

Sudahlah, Kevin. Kecup pipi saja sudah sebuah anugerah. Pamali loh, kalo nawar. Hayolo!

Tak butuh waktu lama, Ether sudah selesai dengan balutan celana jeans, dan juga kaos you can see nya. Rambutnya pun diikat poni rapih.

"Ayo, berangkat, Vin!" ajaknya seraya menyambar tas slempang yang tergantung di belakang pintu apartemennya.

"Iya. Ayo, berangkat!"

•••

Agak ragu sebenarnya saat Ether masuk ke dalam rumah mewah milik Kevin. Ada rasa canggung berlebih yang tampak kentara di wajahnya. Kevin berdeham. Kemudian mengambil tangan Ether, menggenggamnya erat.

"Jangan grogi gitu atuh. Gue belum mau lamar lo, kok," ujarnya disertai cengiran yang mengembang di kedua pipinya.

"Ayo, ketemu Mama!" cowok itu menuntun langkah Ether menuju halaman belakang. Biasanya, jam segini Mama sedang merapikan taman belakang.

"Iya."

Dari kejauhan, kedua mata Ether menangkap sosok wanita paruh baya. Wanita itu sangat cantik, bahkan kalau menurutnya wajahnya awet muda, seperti masih kepala 20 an.

"Ma..." Kevin menyapa. Detik berikut, wanita itu menoleh, menatap putra bungsunya itu.

"Kenalin, Ma, ini Ether." Kevin memperkenalkan Ether di sampingnya. Sementara Ether menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Pacarnya Kevin, ya?" Mama menebak saat Ether menyalimi tangannya.

"Bu--"

"Iya, Ma. Secepatnya!" Kevin menyela cepat.

"Mama...Tante Tya di mana?" tanya Kevin to the point.

"Loh, Tante Tya? Tante Tya baru berangkat ke bandara pagi tadi," jelas Mama Kevin.

Ether tersentak. "Loh? Mama ke bandara?" nada bicaranya agak serak. Seolah menahan tangis karena tak menemukan sang Mama.

"Ayo, kita ke bandara! Sebelum pesawat Mama lo berangkat." Tanpa babibu, Kevin langsung menarik lengan Ether. Bagaimana pun ia harus mempertemukan Ether dengan Mamanya.

"Kami pamit, Ma!"

•••

Air matanya nyaris tumpah saat mengetahui pesawat yang dinaiki sang Mama sudah berangkat lima menit yang lalu. Ether duduk di kursi tunggu dengan Kevin yang duduk di sampingnya.

Bulir air mata luruh ke pipinya. "Maaf, Ther, gue enggak bisa temuin lo sama Tante Tya," ucap Kevin sedih sambil mengusap punggung Ether. Memberi ketenangan kepada cewek itu.

"Jangan nangis, Ther. Jangan nangis...gue enggak suka lo nangis. Lo jelek soalnya!" Kevin mencoba menghibur.

"Gue enggak becus, Vin. Ini bukan salah lo! Ini salah gue yang minggat!" suaranya bergetar.

"Emang, Tante Tya terbang ke mana?" tanya Kevin.

"Jerman, Vin. Mama pergi ke Jerman buat urusin perusahaan cabang di sana," masih sesegukan, Ether menjawab.

"Oke. Besok kita ke Jerman!" perkataan Kevin itu membuat Ether yang semula menelungkupkan kepalanya kini mendongak. Menatap Kevin dengan tatapan tak percaya.

"Lo serius?"

Kevin mengangguk. "Iya. Apapapun, buat lo..." tuturnya sambil membelai pipi Ether lembut.

"Ya udah, gue ke loket dulu. Sekalian pesen tiket buat besok."

•••

Wah...apapun buat lo....
Aduh...siapa sih yg gk suka sama Kevin? Hehe...

Btw, vote and komen juga ya. Rajinnya author update berdasar kalian readers:')
Hehe.

Anyway, follow ig aku yuuu
@rizrismaa

Makacihhh🙏

My Cool Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang