Part 29

3.4K 171 3
                                    

Aku ingin Hamburg adalah awal dari kisah kita hingga waktu sendiri lah yang akan mengakhirinya.

···

Kevin dan Ether sudah menghinjakkan kedua kakinya di Jerman. Mereka berada di Hamburg, sebuah kota yang memiliki penduduk terpadat kedua setelah Berlin sekaligus salah satu kota tersibuk di dunia.

Keduanya pun sudah menyewa sebuah kamar di salah satu apartemen di kota itu. "Dengar ya, lo jangan pernah macam macam sama gue!" ancam Ether dengan gerakan telunjuk di depan wajah Kevin.

"Iya-iya. Gue nggak bakal macam-macam sama lo. Kecuali kalo khilaf hehe." Balas Kevin itu berbisik pada kalimat terakhir.

"Apa?!" Ether berkacak pinggang. Menatap tajam pada Kevin yang berbaring di kasur.

"Enggak, Ther. Bercanda kok, hehe." Kevin buru-buru mengangkat kedua tangan. Takut jika gadis itu menerkamnya tiba-tiba.

Ether mendengkus. Kemudian ia menarik kopernya menuju almari di sebelah timur.
"Ther, nanti gue tidur di mana? Kasurnya kan, cuman satu. Masa ba--"

"Gue tidur di sofa." Potong Ether cepat. Ia sibuk memindahkan bajunya di almari.

"Eh, jangan dong, masa lo sih yang tidur di sofa. Harusnya kan, gue. Gue sebagai cowok menolak garis keradd akan hal itu!" bantah Kevin tegas.

"Serah. Gue tetap di sofa--eh, lo mau makan apa?" Ether menutup pintu almari, menguncinya. Kemudian ia merebahkan diri di sebelah Kevin.

"Eh, lo jangan napsu sama gue loh?" Kevin mengubah posisinya menjadi duduk.

"GUE MASIH UNYU!"

"Dih. Nggak lah. Gue nggak napsu sama pantat panci kayak lo." Sanggah Ether mentah, kemudian ia bergeliat. Membelakangi Kevin.

"Ther, jalan-jalan yuk." Kevin mengajak.

"Ther, lo tidur? Ther," ia menyentuh lengan Ether. Menepuknya pelan.

"Ther."

"Hm...gue ngantuk..." setengah sadar, cewek itu menjawab.

"Yaaaah, jangan bobo dulu. Ayo keluar cari angin. Ayo, Ther...." Kevin mulai membujuk.

"Ish, nggak! Lo keluar aja sana. Gue capek!" Ether menangkis tangan Kevin yang mulai menganggu ketenangannya.

"Pergi! Gue mau tidur!"

Setelah mendapat usiran kejam dari sang istri--eh ralat, masih calon. Kevin pun akhirnya keluar dari apartemen sendirian. Ia berjalan santai sambil bersenandung kecil. Kedua matanya pun menyelusur ke sekitar, melihat pemandangan kota Hamburg pagi ini.

Kruukkk...

Perut Kevin tiba-tiba berbunyi. Ah iya, Kevin belum sarapan pagi ini. Oleh karena itu, ia pun menepi di sebuah kafe. Kevin harus segera mengisi perutnya yang kelaparan. Ia tidak ingin nantinya pingsan di jalan dan malah menyusahkan.

Kevin masuk ke dalam kafe. Kedua matanya berbinar saat berada di dalam. Bagaimana tidak, dekorasi kafe ini sangat indah dan klasik. Kevin pun memilih meja, kemudian mendudukkan diri di sana.

"Guten Morgen." Sapa seorang pelayan menghampiri meja Kevin dengan senyum ramah.

Kevin mengangguk. Ia berpikir kalau pelayan ini mengucapkan selamat pagi padanya. Kevin pun tersenyum, ia pun membalas. "Good morning too."

Ya, Kevin menjawab dengan bahasa Inggris. Berhubung ia tak mahir bahasa Jerman. Lagipun, sebelumnya rencana menuju Jerman tidak pernah terlintas di otaknya. Ini semua mendadak dan ini semua tanpa adanya persiapan. Semua ini tiba-tiba hanya karena untuk Ether semata.

My Cool Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang