Part 21

4K 178 4
                                    

Kalaupun hati mu itu gundah, akan ku siapkan bahuku untukmu menumpahkan segala resah.

•••

Sudah dua hari ini perasaan Kevin tidak tenang. Hatinya kalang kabut, memikirkan di mana Ether berada. Ia mencoba menelpon tapi tak kunjung mendapat jawaban, ia juga sudah mencari ke mana-mana, tapi hasilnya nihil.

Bagaimana nasib pujaan hatinya itu sekarang?

Kevin sangat merindukan Ether, sikap dingin dan cueknya yang membuat Kevin kesal itu kini tak dapat dirasakan lagi. Kevin juga merindukan senyum tipisnya, dan rindu tatapannya.

Kevin menghela napasnya dalam, ia sedang berada di sebuah taman, beristirahat sejenak menenangkan rasa gundahnya yang tiada meredam. Cowok itu memijat pelipisnya yang terasa pening. Di tatapnya langit sore yang begitu teduh, tapi hatinya tak seteduh suasana kali ini.

"Ether lo di mana, sih, gue kangen...," cowok itu melirih pelan dengan kedua matanya yang terpejam.

"Hasrat hidup gue low nih," lanjutnya.
"Lo kan ibarat baterai buat hidup gue..."

"Etherrr!!!" ia berteriak tanpa sadar.

Sampai...

Duak!

Sebuah sandal jepit mendarat di kepalanya. Kevin pun meringis memegangi kepalanya, "WOY! KALO MAIN LEMPAR SANDAL YANG BENER DONG! INI KEPALA BUKAN TEMBOK!!" cercanya mencak-mencak sambil meninggikan sandal yang ia bawa.

"Ma...maap, Bang, saya...eng--nggak sengaja," seorang anak kecil menghampiri Kevin, kepalanya tertunduk, merasa bersalah.

"YE...DASAR SODARANYA UPIN IPIN!" Kevin pun mengulurkan tangan kanannya, "nih, lain kali kalo main liat-liat, jangan asal lempar aja, emang makhluk di bumi ini cuman situ doang," ucapnya pedas.

"Udah sono main lagi," usirnya. Anak kecil itu pun langsung balik kanan bubar jalan. "Emang ya, dasar korang lagi patah hati juga. Dih!" ia meratap pedih.

"Ether...lo di mana? Apa gue perlu telpon Paw Patrol buat nyariin lo?"

•••

"Makan dulu, Dek," kata seseorang itu mebuyarkan lamunan Ether yang tengah terduduk di balik mesin kasir. Ya, semenjak kabur dari rumah, Ether memilih berhenti sekolah dan mebiayai hidupnya dengan cara bekerja di sebuah minimarket. Entah sampai kapan, yang terpenting ia ingin menenangkan dirinya dulu. Hingga semuanya sudah pulih, ia berjanji akan segera kembali.

"Ngelamun aja, Dek!" tegur, Verza, anak dari pemilik minimarket tempat ia bekerja. Verza selisih satu tahun lebih tua dari Ether, atau bisa dibilang kelas 12. Verza juga yang telah menolongnya sewaktu ia bingung mau pergi ke mana.

Hujan deras mengguyur jalanan, hari mulai petang dan Ether masih belum mendapatkan tempat tinggal. Ia terus berjalan di trotoar, menunduk sambil menyeret kopernya menerjang derasnya rintikan hujan.

Sebuah klakson mobil terdengar dari belakang, Ether pun agak meminggirkan langkahnya, ia pikir mobil itu akan menepi dan ia mengganggu. Namun salah, mobil itu justru menghampiri arah Ether, berhenti.

My Cool Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang