Part 22

3.7K 163 2
                                    

Memang, berada diposisimu semua orang belum tentu sanggup. Kebanyakan mungkin mengeluh, memilih berakhir. Jika itu kamu, aku yakin kamu akan tegar, menghadapi semua tanpa beban. Tersenyum dalam kepiluan.

•••

"Pin, jangan cemberut gitu lah, Pin! Gue kan jadi enek lihat muka lo yang jelek itu," sudah berkali-kali Brian membujuk Kevin selama mereka melangkah bersama menuju kelas. Namun sahabatnya itu tetap saja murung. Seolah dunianya ini seakan padam.

"Apa perlu gue jadi badut biar lo seneng?" tanyanya. Kevin diam. Tak mengucap sepatah kata apapun.

"Argghhh, sialan!" Brian mengumpat geram. Ia pun mempercepat langkah kakinya, berdiri di depan Kevin dengan kedua tangannya yang terlentang luas.

"Setop!!!! Lo nggak boleh lewat kalo lesu begini!" ujarnya dengan nada tegas.

Kevin yang semula menunduk kini mendongak, membalas ucapan Brian dengan tatapan super dinginnya. "Minggir!" usirnya dengan nada datar.

"Enggak!" balas Brian tak kalah datar.

Keduanya adu tatap. Adu muka aspal. Makin dekat. Makin dekat. Makin dekat. Sampai....

"Gila, Yan! Lo jerawatan ya, hahahahaha!" tanpa dosanya Kevin menderai tawa pecah. Tadi ia mendapati secara live, tanpa sensor sebuah bentolan jerawat yang merah di dekat alisnya.

Brian mendengkus sebal. Ceilah. Tapi tak apalah yang penting Kevin sudah tidak murung lagi, setidaknya dengan adanya jerawat cinta ini sahabatnya sudah bisa tertawa lagi, meski Brian harus terdzolimi.

"Wah, wah, wah! Ternyata jerawat gue ampuh juga ya buat lo ketawa," Brian berdecak disela tawa sahabatnya.

"Dasar jihara lo emang! Masa udah gue bujukin, eh, luluhnya sama jerawat doang!"

"Habisnya, tadi deket banget, sih. Hahahaha, jelas banget mau meletus tadi jerawat lo, Yan!" ejek Kevin dengan sisa-sisa tawanya.

"Lo nggak cuci muka ya, Yan. Sampe jerawatan gitu? Atau facial foam lo abis, lo nggak ada uang buat beli?" tadi mengejek sekarang menuduh yang tidak-tidak, dasar Kevin Bison emang!

"Ye...enak aja lu!" Brian menghadiahi sebuah jitakan dikepala Kevin. "Gue tuh rutin basuh muka ya, emang lo males."

"Ini tuh ya, jerawat cinta adek Stevi. Gue tuh cinta banget sama dia, kepikiran mulu, jadinya jerawatan deh," terangnya.

"Ye....najis!" giliran Kevin menoyor pipi Brian.

"Dah lah, cus kelas. Gue mau pamerin jerawat lo ke temen-temen!" tanpa permisi, wahai bidadari yang membuat hatiku menari-nari, Kevin menarik lengan Brian.

"Sialan. Gue jadi korban homo! Astoge, Mamak! Lontongin Iyan!!!"

•••

Ether tengah menyirami tanaman. Sehabis ini ia harus bekerja di supermarket. Biasanya jam-jam segini ia sudah berada di sekolah, tengah membaca novelnya dengan earphone yang menyumpal dikedua telinganya. Tapi sekarang kondisinya berbeda. Jelas berbeda.

"Kakak bisa nyetir nggak?" tanya Fretta, adik Verza yang tiba-tiba menghampiri Ether.

Ether menoleh, mengangguk seraya tersenyum. "Bisa. Kenapa?" tanyanya.

My Cool Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang