Yuki masih diam. Tidak bersuara. Ia masih kesal dengan penolakan Stefan. Rencananya hari ini Yuki akan hunting gambar-gambar bagus untuk koleksi albumnya. Ia minta Stefan untuk menemani, tapi Stefan menolaknya dengan alasan dia sibuk hari ini. Sepeda Stefan sudah tiba di depan pagar rumah Yuki. Kriiing...Kriiing.. Pintu pagar pun terbuka. Stefan mengayuh sepedanya hingga berhenti tepat di pintu rumah Yuki. Yuki turun dengan wajah cemberut. Stefan tertawa kecil.
"Gue pulang dulu ya," ujar Stefan.
"Lo beneran ngga bisa?" tanya Yuki. Stefan memandang Yuki.
"Kalo besok, gue bisa." jawab Stefan.
"Tapi gue maunya hari ini," rengek Yuki. Stefan menarik napasnya pelan.
"Gimana kalo pergi sama Gio atau Max," usul Stefan.
"Gue maunya sama lo," ujar Yuki sambil memasang wajah memelas.
"Sorry, gue beneran ngga bisa. Ada yang harus gue kerjain," jelas Stefan. Yuki memandang Stefan malas. Terlihat dari wajahnya masih tidak terima dengan penolakan Stefan.
"Ya udah deh, tapi..." Yuki menggantung kalimatnya. Ia berjalan mendekati Stefan dan menatap mata Stefan lekat. Hal itu membuat jantung Stefan berdebar kencang. Ia berusaha mengatur rasa groginya.
"Besok pagi jangan telat jemput gue. Gue udah capek lari terus," ujar Yuki kemudian. Stefan hanya mengangguk dan tersenyum kecil.
"Oke. Kalo gitu, gue pulang dulu. Daahh..." ujar Stefan seraya melambaikan tangan dan pergi.* * * * *
Yuki berjalan di taman sambil membawa sebuah kamera. Sesekali ia memfokuskan lensa kameranya untuk mengambil objek yang menurutnya indah. Karena terlalu fokus pada objek yang dipotretnya, Yuki tidak memperdulikan jalannya. Bruukk...
Yuki menabrak sesuatu dan membuatnya terduduk di jalan. Yuki meringis kesakitan sambil memegangi bokongnya yang terasa sakit. Sebuah uluran tangan tepat diwajah Yuki. Yuki mendongak, melihat si pemilik uluran tangan. Mata Yuki tepat menatap kedua mata seorang lelaki bertubuh tinggi. Dengan mata tajam yang indah. Dan tidak lupa, sebuah senyuman manis terukir di bibirnya. Yuki terpana. Waktu seolah berhenti. Ia masih menikmati posisinya sekarang. Jantungnya berdebar. Dan ia seperti mendengar suara lonceng dihatinya. Yuki masih kagum akan sosok sempurna dihadapannya saat ini. Mungkin ia tidak akan sadar kalau lelaki ini tidak menepuk bahunya pelan.
"Lo ngga pa-pa kan?" tanya lelaki itu lembut. Yuki menggeleng sambil tersenyum. Ia masih saja terpesona dengan keindahan yang Tuhan ciptakan nyaris sempurna ini.
"Hei," panggil lelaki itu lagi. Kali ini Yuki sadar sepenuhnya. Ia berusaha berdiri dengan bantuan lelaki itu.
"Sorry ya, gue ngga liat lo jalan didepan gue, eng... Lo ngga pa-pa kan?" tanya Yuki sedikit gugup.Lelaki itu menggeleng sambil menyunggingkan senyumnya. Oh My God! Demi seluruh ciptaan Tuhan yang ada, dia benar-benar sempurna! Pekik batin Yuki. Ia merasakan ada sesuatu yang mengusik hatinya. Ia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Apa ini yang namanya Love at First Sight. Yuki merasa kelopak bunga sedang menari-nari di sekitarnya saat ini. Lelaki itu mengulurkan tangannya lagi.
"Gue, Al. Nama lo..." Yuki menerima uluran tangan Al.
"Yuki," ujar Yuki pelan.Tidak butuh waktu lama untuk mereka saling kenal. Karena saat ini mereka terlihat sangat akrab. Al menemani Yuki mencari objek yang menarik. Mereka berjalan menyusuri jalan setapak. Sesekali terdengar tawa dari keduanya.
"Jadi hobby lo hunting gambar," ujar Al. Yuki hanya mengangguk.
"Gue pikir lo fotographer, ternyata lo masih pelajar." ujar Al sambil tertawa kecil.
"Suatu hari nanti gue akan jadi seorang fotographer," ujar Yuki. Al menatap Yuki lekat. Itu membuat Yuki jadi salah tingkah.
"Lo kesini sendiri?" tanya Al. Yuki hanya mengangguk pelan.
"Harusnya bareng temen, tapi dia ngga bisa," jelas Yuki. Al tampak memikirkan sesuatu.
"Gimana kalo kita cari makan, abis itu gue anterin lo pulang, gimana?" tanya Al. Yuki sedikit terkejut dengan penawaran Al. Tapi kemudian ia tersenyum lalu mengangguk mantap.
"Lo suka senyum ya. Gue suka ngeliatnya. Senyuman lo manis," ujar Al. Perkataan Al barusan berhasil membuat pipi Yuki merona merah. Ia tertunduk, tersipu malu.
"Gimana kalo kita pergi sekarang," ujar Yuki.
"Boleh juga. Ayo," ajak Al. Mereka berdua pun pergi mencari makan. Setelah makan dan jalan-jalan sebentar, Al menepati janjinya mengantar Yuki pulang sampai rumah. Hari ini, Yuki merasa sangat bahagia. Ia tidak pernah berhenti tersenyum sepanjang malam.* * * * *
Stefan mengayuh sepedanya dengan cepat. Ia tidak boleh terlambat menjemput Yuki. Kemarin gadis itu bilang ia sudah lelah berlari. Stefan menyalip setiap kendaraan yang ada didepannya. Pagi ini kendaraan padat merayap. Sesekali Stefan melirik jam dipergelangan tangannya. Ia semakin mengayuh sepedanya cepat. Di rumah Yuki, suara deru motor berhenti tepat di depan pintu rumah Yuki. Yuki sedikit terkejut. Al menjemputnya dan berniat mengantarkannya ke sekolah. Karena tidak ingin mengecewakan Al, Yuki pun menerima ajakan Al. Di jalanan, Stefan terus mengayuh sepedanya. Sial, tidak bisa mengelak saat sebuah mobil menyenggol sepedanya. Stefan kehilangan keseimbangannya. Ia tidak bisa mengontrol sepedanya yang bergerak tanpa arah. Sebuah pohon besar menjadi sasaran sepeda Stefan.
"Aaakkkhhh...." pekik Stefan.Sedetik kemudian, tubuhnya terlontar lalu berguling-guling di aspal. Sebuah mobil melaju tepat dihadapannya. Stefan berusaha menghindar, tapi sulit. Sepertinya tangan kanannya terkilir. Stefan pasrah. Ia menahan napasnya, lalu memejamkan mata. Semuanya gelap. Ia tidak berani melihat apa yang akan terjadi.
Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
RomanceSaat engkau mencintai seseorang, katakanlah... sebelum akhirnya ia pergi dan kau menyesal...