Stefan berjalan sambil menyeret koper hitam yang berukuran sedang. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Hanya sedikit yang berubah dari 5 tahun yang lalu. Hari ini ia tiba di Indonesia untuk pertama kalinya setelah 5 tahun ia pergi ke Jerman. Stefan membenarkan letak kacamata hitamnya. Kemudian ia memberhentikan sebuah taxi. Stefan memberitahu tempat tujuannya pada supir taxi. Kemudian taxi meluncur di jalanan. Stefan memandang ke luar jendela. Melihat suasana kota Jakarta yang semakin ramai penduduknya.
Sejenak Stefan teringat kenangannya dimasa lalu. Ia masih ingat bagaimana dulu ia seringkali melewati jalan itu dengan sepedanya pergi sekolah. Stefan tersenyum kecil mengingatnya. Taxi yang ditumpangi Stefan berhenti tepat di depan sebuah rumah yang berpagar tinggi. Stefan mengeluarkan kopernya dari bagasi lalu memberi beberapa lembar uang pada supir taxi. Stefan memandang ke arah depan. Seorang lelaki paruh baya melihat kedatangan Stefan. Stefan tersenyum senang melihat lelaki itu.
"Apa kabar, Pak Supri?" sapa Stefan. Lelaki itu menatap Stefan lekat. Ia tampak memikirkan sesuatu.
"Den Stefan?" ujar Pak Supri seraya membuka pintu pagar. Stefan tertawa senang. Ia tidak menyangka Pak Supri masih mengingatnya.
"Pak Supri masih ingat sama saya," ujar Stefan.
"Ya masihlah, den. Aden kan sering kesini jemput non Yuki." ujar Pak Supri. Keduanya pun larut dalam pembicaraan yang lumayan panjang.
"Ehm, sebentar..." Stefan mengeluarkan kotak hitam berukuran kecil.
"Ini untuk Pak Supri," ujar Stefan seraya memberikan kotak itu pada Pak Supri.
"Oh iya, Pak. Apa Yuki ada dirumah?" tanya Stefan. Seketika wajah Pak Supri berubah. Stefan melihat jelas perubahan raut wajah Pak Supri. Lelaki itu hanya tersenyum kecil.
"Ada apa, Pak? Apa terjadi sesuatu?" tanya Stefan yang dapat merasakan ada sesuatu yang terjadi. Pak Supri menarik napas pelan.
"Non Yuki udah lama ngga tinggal disini lagi, den." ujar Pak Supri. Stefan terkejut mendengar ucapan Pak Supri. Stefan menatap Pak Supri lekat.
Tatapan yang meminta penjelasan atas apa yang sudah ia dengar. Pak Supri tidak bercerita banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Stefan sedikit mengerti dengan apa yang sudah terjadi. Ia pun memilih untuk berpamitan. Ia sudah tahu kemana ia harus pergi.
= * =
Stefan melangkahkan kakinya masuk ke sebuah bar. Terdengar musik keras mengalun memenuhi ruangan. Lampu berkelap-kelip warna-warni. Stefan menyipitkan matanya setiap kali terkena cahaya lampu yang terarah padanya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Pandangan Stefan tertuju pada satu sosok gadis yang sedang meronta dan berteriak kecil. Gadis itu ditarik oleh seorang lelaki. Ia terlihat berusaha keras untuk melepaskan diri. Stefan berjalan cepat ke arah gadis itu dan berhenti tepat di belakangnya.
"Lepasin dia..." ujar Stefan.
Gadis itu menoleh ke belakang. Stefan bisa melihat jelas wajah gadis itu. Yah, gadis yang selalu ia rindukan. Gadis itu kini tengah menatapnya lekat. Gadis itu adalah Yuki.
"Kamu ngga pa-pa kan?" tanya Stefan lembut. Yuki semakin menatap Stefan lekat. Lelaki yang memegang Yuki menghempaskan pegangannya hingga membuat tubuh Yuki jatuh ke lantai.
"Hei!" teriak Stefan saat melihat Yuki terjatuh.
Lelaki itu merasa kesal karena mendengar teriakan dari Stefan. Ia berjalan ke arah Stefan hendak memukul wajah Stefan. Dengan cepat Stefan menghindar. Stefan tahu lelaki itu sedang mabuk, terlihat jelas dari cara berjalannya yang sempoyongan dan nada bicaranya yang berantakan. Stefan terus menghindar karena ia tidak ingin terjadi keributan. Lelaki itu akhirnya terjatuh sendiri ke lantai. Stefan pun bergegas mendekati Yuki yang masih tergeletak di lantai.
"Yuki..." panggil Stefan sambil mencoba untuk menyadarkan Yuki. Kelihatan Yuki tidak sadarkan diri. Stefan pun menggendong Yuki dan membawanya keluar bar. Selama perjalanan Stefan tidak henti-hentinya memandang wajah Yuki.
"Ada apa dengan gadis ini? Kenapa wajahnya begitu terlihat rapuh? Apa yang sebenarnya terjadi?" bathin Stefan. Ia mengusap lembut kepala Yuki.
Mobil Stefan memasuki halaman hotel tempat Stefan menginap. Setelah sampai di depan pintu utama, Stefan menggendong Yuki kembali. Ia pun meminta kunci kamarnya dan segera membawa Yuki bersamanya. Masih menggendong Yuki, Stefan memasuki lift menuju letak kamar inapnya. Ting... Pintu lift terbuka di lantai 15. Stefan berjalan lalu berhenti di sebuah kamar. Stefan membaringkan Yuki di ranjang. Ia memperhatikan Yuki lama. Kemudian ia berjalan menuju kopernya dan mengambil kemeja berwarna putih. Stefan berjalan menuju telepon.
"Saya perlu bantuan..." ujar Stefan. Tak berapa lama kemudian datang seorang cleaning service wanita. Stefan meminta bantuan wanita itu untuk mengganti dress mini yang dikenakan Yuki. Setelah selesai wanita itu pergi. Stefan memperhatikan Yuki yang sedang tertidur.
Flashback...
Setelah dari rumah Yuki, Stefan pergi menuju cafe Gio. Beruntung ia menemukan Gio berada disana. Kedatangan Stefan membuat Gio sedikit terkejut. Ia tidak menyangka orang yang selama 5 tahun ini tidak pernah memberi kabar akhirnya datang juga."Apa kabar?" tanya Stefan.
"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik aja." ujar Gio sambil tersenyum kecil.
"Yang lainnya?" tanya Stefan lagi seraya menyeruput Moccacino, minuman kesukaannya.
"Max sedang ada urusan di Bandung. Chika dan Nina pergi liburan ke Bali. Kami semua baik-baik aja. Kecuali Yuki," ujar Gio. Stefan tampak terkejut mendengarnya. Clubbing, mabuk-mabukan, berpakaian minim, dan masih banyak lagi perilaku aneh lainnya. Stefan tampak syok mendengar cerita Gio.
"Dimana aku bisa menemukan Yuki?" tanya Stefan pelan. Gio menatap Stefan.
"Sebaiknya kamu istirahat dulu. Masalah Yuki biar aku yang urus dia," ujar Gio.
Stefan menggeleng keras. Ia harus bertemu Yuki. Karena ia sudah bertekad kalau ia pulang ke Jakarta nanti orang pertama yang akan ia temui adalah Yuki. Namun karena beberapa hal terjadi Stefan tidak bisa melakukan itu. Stefan terus mendesak Gio agar memberitahu dimana Yuki berada.
"Di sebuah bar..." Setelah mendengar dimana Yuki berada. Ia pun bergegas untuk menemui Yuki.
Flashback end...= * =
Stefan masih memandangi wajah Yuki yang tertidur pulas. Ia tersenyum kecil saat melihat Yuki menggeliat kecil dalam selimutnya.
"Kemana Yuki aku yang dulu..." lirih Stefan. Ada setetes bening mengalir pelan di sudut mata Stefan.
"Stefan..." lirih Yuki. Stefan tercekat. Ia tidak salah dengar kan? Ia mendengar Yuki memanggil namanya. Ia memandang Yuki semakin dalam. Melihat gerak-gerik Yuki yang tertidur.
"Stefan... Cepat pulang... Aku butuh kamu... Hiks..." ujar Yuki pelan dalam tidurnya.
Terlihat jelas Yuki meneteskan air matanya. Yuki menangis dalam tidurnya. Kali ini mata Stefan membulat sempurna. Ia memang tidak salah dengar, Yuki memang memanggil namanya dan meminta ia untuk segera pulang. Stefan mengusap pelan air mata Yuki.
"Aku udah ada disini, Ki." ujar Stefan pelan seraya mencium kening Yuki lembut.
continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
RomanceSaat engkau mencintai seseorang, katakanlah... sebelum akhirnya ia pergi dan kau menyesal...