Part 26

1.5K 148 0
                                    

Deringan ponsel yang berbunyi mengganggu tidur Yuki. Padahal ia baru tertidur 2 jam yang lalu. Ia melihat nama Verrel tertera di layar ponselnya.

"Halo..." ucap Yuki dengan suara serak khas bangun tidur. Orang yang mendengar di ujung sana mengerutkan dahi. Bingung. Orang yang ditelponnya sepertinya baru bangun tidur.

"Kamu baru bangun, Ki?" tanya Verrel.

"Hemm..." gumam Yuki.

"Ada apa? Pagi-pagi udah nelpon aku," tanya Yuki.

"Cepat bersiap. Kita harus ke Bandung pagi ini. Ada undangan project disana." jelas Verrel.

"Kok mendadak sih," ujar Yuki kesal.

"Aku juga baru dapat beritanya sekarang. Cepat. Kami sudah menunggu." Klik. Yuki menghempaskan ponselnya ke tempat tidur. Kesal. Saat akan beranjak dari tempat tidur, tiba-tiba Yuki merasakan pusing.

"Aww..." rintih Yuki sambil memegangi kepalanya.

Yuki menyentuh lehernya. Agak panas. Sepertinya ia terkena demam. Dengan malas-malasan ia berjalan menuju kamar mandi. Setengah jam kemudian ia telah siap untuk berangkat. Saat menstarter mobilnya, Yuki teringat sesuatu. Sebuah senyum tersungging manis dibibirnya. Ia pun mengendarai mobilnya ke suatu tempat sebelum pergi ke kantor.

Mobil Yuki berhenti di depan hotel tempat Stefan menginap. Ia langsung bergegas menuju kamar Stefan. Wajah Yuki terlihat pucat. Ia menggigit pelan bibirnya agar memerah. Ia telah sampai di depan kamar Stefan. Menekan bel pelan. Menunggu pintunya terbuka. Yuki menarik napas panjang. Kreekk... Pintu terbuka dan memperlihatkan Stefan dengan pakaian rapi. Sudah siap akan pergi.

"Hai...kamu sibuk ngga hari ini?" tanya Yuki yang masih berdiri di depan pintu.

"Masuk dulu, Ki." ucap Stefan seraya masuk ke dalam yang diikuti Yuki dari belakang.

"Memangnya ada apa?" tanya Stefan.

"Aku hari ini harus ke Bandung. Sebenarnya aku ngerasa ngga enak badan. Jadi...aku mau kamu nemenin aku, bisa?" tanya Yuki sambil memasang muka memelas.

"Aku ngga bisa." jawab Stefan pendek.

"Hah!" pekik Yuki tertahan.

"Hari ini aku ada janji makan siang dengan Nasya dan Papanya yang baru datang kemarin malam." jelas Stefan. Yuki menunduk lesu.

"Tapi..." Kalimat Yuki menggantung.

"Ki, please. Kamu kan udah dewasa. Cobalah melakukan sesuatunya dengan sendiri. Dan..." Stefan menatap Yuki lekat.

"Belajarlah hidup tanpa aku," ucap Stefan pelan. Yuki hanya tersenyum kecil.

"Kamu yang harusnya belajar hidup tanpa aku." ujar Yuki dengan suara bergetar.

Matanya tidak lagi menatap Stefan melainkan sebuah album foto yang terbuka. Yuki dapat melihat jelas gambar dirinyalah yang ada disana. Full album. Karena satu hari, tanpa sengaja Yuki pernah membuka album itu. Betapa terkejutnya ia saat melihat semua isi album tersebut adalah gambar dirinya dengan berbagai pose yang tidak pernah ia tahu kapan Stefan mengambilnya. Yuki pun segera berlalu meninggalkan Stefan yang masih berdiri mematung.

= * =

Yuki tiba di parkiran kantor. Disana sudah menunggu Verrel dan karyawan Yuki yang lainnya. Yuki keluar dari mobil dan menghampiri mereka semua.

"Sudah siap semua? Pokoknya kita harus mendapatkan project itu, oke?" seru Yuki semangat.

"Okeee..." seru semua karyawan Yuki. Verrel memperhatikan Yuki lekat.

"Kamu sakit, Ki?" tanya Verrel yang terlihat khawatir. Yuki tersenyum.

"Sedikit kurang enak badan. Tapi ngga apa-apa kok." ujar Yuki. Verrel menyentuh dahi Yuki dengan punggung tangannya.

"Kamu agak demam. Yakin ngga apa-apa. Wajah kamu aja keliatan pucat." ujar Verrel. Yuki terkekeh geli.

"Kamu tuh kayak pacar aku aja. Jangan-jangan..." Yuki tersenyum jahil sambil memainkan kedua alisnya.

"Saya ngga bermaksud seperti itu," ujar Verrel.

"Aku tahu," ucap Yuki seraya berjalan ke arah mobilnya.

"Apa ngga sebaiknya kamu satu mobil dengan yang lainnya." ujar Verrel.

"Kalau aku gabung sama mereka. Mereka pasti akan canggung. Sebaiknya kamu yang bareng mereka aja. Bye..." ujar Yuki seraya masuk ke dalam mobil dan melesat menuju Bandung.

= * =

Yuki, Verrel, dan karyawan lainnya telah sampai di Bandung. Mereka pun tiba di hotel tempat diadakannya meeting project. Langkah Yuki sedikit gontai.

"Ki, kamu yakin masih kuat?" tanya Verrel cemas karena wajah Yuki bertambah pucat.

Dan sekarang ia berjalan hampir jatuh. Yuki hanya mengangguk pelan. Ia pun memegang lengan Verrel erat untuk membantunya berjalan. Hampir 3 jam meeting berlangsung. Yuki berusaha menahan sakitnya agar tidak terlihat oleh orang lain. Wajahnya semakin pucat, keringat dingin mulai membasahi wajah dan tubuhnya. Setelah cukup lama berpresentasi akhirnya perusahaan Yuki yang memenangkan project itu.

"Kita harus merayakan keberhasilan team kita, Ki." ujar Verrel.

"Iya. Kamu dan lainnya yang merayakan. Aku akan langsung pulang." ujar Yuki dengan suara yang terdengar lemah.

"Ki, lebih baik saya yang bawa mobilnya. Biar..."

"Jangan. Kita ngga boleh ninggalin mereka tanpa pengawasan. Aku masih kuat kok. Oke, semua...saya pulang dulu. Have fun ya..." ujar Yuki seraya berjalan menuju mobil.

Verrel tidak melepaskan pandangannya. Rasa cemas begitu besar ia rasakan untuk Yuki. Tapi gadis itu tidak mau terlihat lemah dan menyusahkan orang lain. Ia mengerti itu. Sepanjang perjalanan Yuki tidak henti-hentinya meringis menahan sakit. Sakit kepala yang menderanya benar-benar membuat konsentrasinya terganggu. Hampir saja ia menabrak truk diam yang ada didepannya.

Huft... Yuki menghembuskan napas pelan. Ia pun melanjutkan perjalanannya lagi. Saat rasa sakit itu semakin menjadi, Yuki tidak bisa berbuat apa-apa selain menghentikan mobilnya mendadak hingga terdengar bunyi decitan antara ban dan aspal. Namun Yuki melakukan kesalahan. Ia berhenti di tempat yang tidak seharusnya. Pertigaan jalan. Sehingga saat mobil truk melaju dari arah kanan tidak bisa dihentikan.

Braaakk... Truk itu menghantam mobil Yuki hingga mobilnya berguling beberapa kali. Aaakkhh... Teriakan Yuki seiring mobilnya berguling. Saat mobil berhenti berguling, Yuki berusaha untuk bangun. Namun sesaat kemudian pandangannya mengabur dan akhirnya gelap. Terlihat darah segar mengalir keluar. Yuki terlihat tidak berdaya.

continue...

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang