"Kakak suka sama kak Yuki ya?" tebak Nino yang langsung membuat Stefan salah tingkah.
"Kakak..." Stefan menggaruk pelan kepalanya yang tidak gatal. Nino menatap Stefan tajam.
"Bener kan? Kakak suka sama kak Yuki?" tanya Nino lagi.
"Kakak...ehm...memangnya kenapa kalau kakak suka sama kak Yuki?" tanya Stefan balik. Nino semakin menatapnya tajam.
"Kenapa kakak suka sama kak Yuki?" tanya Nino sinis.
"Kakak ngga hanya suka sama kak Yuki, tapi kakak juga sayang sama kak Yuki." jelas Stefan.
Nino memandang Stefan dari atas hingga bawah. Memperhatikan wajah Stefan lekat. Sedetik kemudian ia teringat akan sesuatu. Stefan pernah ia lihat sebelumnya. Yah, ia pernah melihat Stefan di bingkai foto kakaknya.
"Ini minumnya..." ujar Yuki seraya memberikan sebotol minuman pada Nino dan Stefan. Nino menerimanya dengan senang dan langsung meneguk minumannya. Mata Nino melirik ke arah Yuki dan Stefan yang tertawa.
"Kamu ngga minum?" tanya Stefan. Yuki hanya menggeleng. Stefan membantu Yuki meminum minumannya. Yuki terkekeh geli dengan Stefan. Sejenak kemudian ia merasa ada seseorang yang selalu melihat mereka berdua.
"Ah, Nino. Kakak belum kenalin kak Stefan sama kamu ya. Kenalin ini kak Stefan." ujar Yuki. Stefan mengulurkan tangannya pada Nino. Nino menerimanya dengan malas-malasan. Tiba-tiba terdengar dering ponsel Yuki. Yuki menjauh dari Nino dan Stefan.
"Nino, kakak harus pergi sebentar. Kamu main dulu sama kak Stefan ya." ujar Yuki sambil memasang wajah memelas. Nino diam sejenak.
"Tapi kakak cepat kembali kan? Aku mau main sama kakak. Kakak kan janji kalo aku dapat nilai Matematika 100, aku boleh minta apa aja sama kakak." ujar Nino panjang lebar. Yuki memandang Nino sedih.
"Hebat! Kakak akan cepat kembali, oke?" ujar Yuki seraya mencium kedua pipi Nino. Nino mengangguk pelan.
"Aku titip Nino sebentar," ujar Yuki pada Stefan seraya pergi meninggalkan mereka berdua. Keduanya pun memandang kepergian Yuki hingga punggung gadis itu tidak terlihat lagi.
"Lets to play!" teriak Stefan semangat seraya menarik tangan Nino.
Nino sempat terkejut dengan sikap Stefan. Ia memandang aneh Stefan. Terlalu bersemangat dimatanya. Tapi kemudian Nino merasa tertarik dengan apa yang sudah Stefan lakukan. Akhirnya, keduanya pun asyik dalam permainan. Mereka tertawa sambil teriak-teriak heboh saat memenangkan sebuah permainan. Dari jauh sepasang mata memandang keduanya tidak percaya. Adik kecilnya yang overprotectif bisa tertawa bahagia bersama lelaki asing yang selalu terlihat perfectionis. Bahkan lelaki itu kini seperti anak kecil juga.
"Time is over. Waktunya kita pulang," ujar Yuki yang tiba-tiba datang menghampiri keduanya. Nino dan Stefan saling berpandangan.
"Sebentar lagi ya, kak." mohon Nino.
"Iya, Ki. Sebentar lagi ya," ujar Stefan ikut memohon. Yuki memandang keduanya tajam.
"Papa nyuruh kakak kembaliin kamu sekarang," ujar Yuki. Nino menunduk dalam. Ia pun pasrah. Yuki menatap Stefan. Stefan pun mengangguk pasrah. Mereka pun segera pulang.
= * =
Seorang gadis turun dari mobil dan memasuki sebuah hotel. Ia berjalan ke arah meja resepsionis.
"Saya mau konfirmasi kamar atas nama Nasya Anabella." ujar Nasya seraya tersenyum. Resepsionis itu pun membuka filenya dan mencari nama yang bersangkutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
RomanceSaat engkau mencintai seseorang, katakanlah... sebelum akhirnya ia pergi dan kau menyesal...