Beberapa bulan kemudian...
Yuki sedang mengemasi barang-barangnya. Ia memutuskan akan pergi ke Paris. Meneruskan study dan menjalani kariernya di sana.
"Semuanya udah siap?" tanya Gio yang berdiri di depan pintu. Yuki tersenyum.
"Ayo, berangkat!" ujar Yuki semangat. Gio pun membawa koper berukuran sedang. Yuki mengikutinya dari belakang. Ia celingak-celinguk seperti mencari seseorang.
"Mereka udah nunggu di bandara." ujar Gio yang sepertinya mengerti maksud dari celingak-celinguk Yuki.
"Hah? Orang yang mau pergi aja belum nyampe, masa mereka udah ada disana." ujar Yuki tak percaya. Kemudian ia masuk ke dalam mobil.
Mobil pun melaju menuju bandara. Gio tersenyum kecil. Yuki, gadis itu tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabatnya disana.
Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di bandara. Yuki dan Gio jalan beriringan. Mata Yuki melihat ke sekeliling. Mencari sahabat-sahabatnya yang sudah menunggu. Gio meletakkan koper Yuki di sebelahnya."Ki, tunggu disini dulu ya. Aku mau ke toilet." ujar Gio.
"Yang lainnya kemana? Kok mereka ngga ada disini?" tanya Yuki bingung.
"Ntar aku cari, oke." Gio pun berlalu meninggalkan Yuki sendirian. Yuki sudah mulai merasa bosan. Menunggu. Duduk sendiri. Sampai sekarang tak ada satu pun sahabatnya yang muncul.
"Uh, mereka kemana sih." kesal Yuki sembari melihat jam di pergelangan tangannya. 15 menit lagi pesawatnya akan berangkat. Tapi wajah sahabat-sahabat tidak juga kelihatan.
"Kebiasaan deh. Kalo ngerjain orang ngga mikir dulu," Yuki beranjak dari duduknya lalu ia mengambil kopernya. Ia akan berangkat sekarang.
Namun langkah Yuki terhenti saat melihat banner tulisan. I LOVE YOU, YUKI. Yuki terperangah. Kenapa ada namanya? Seharusnya tulisan itu berisi nama tempat tujuan dan jam keberangkatan. Yuki mengerjapkan kedua matanya berulang kali. Memastikan apa yang dilihatnya ini bukanlah mimpi.
"Tes...tes...ehem..." terdengar suara dari bagian informasi. Suara itu, sepertinya Yuki tahu siapa pemilik suara itu.
"Untuk seorang gadis yang berarti dalam hidup saya. Tidak sedetik pun pikiran ini berhenti memikirkan dia. Setiap kali saya mencoba untuk melupakan dia. Semakin saya tersiksa. Sekarang saya tahu, saya tidak bisa hidup tanpa dia. Yuki..."
Yuki tercekat. Jantungnya berdebar kencang. Tubuhnya serasa membeku. Sulit untuk ia gerakan. Dia tahu pemilik suara itu. Dia adalah...
Stefan berjalan pelan sambil membawa sebuket mawar putih. Ia tahu Yuki menyukai mawar putih. Di belakangnya, Nina, Gio, Max, Chika, dan Verrel membawa selembar karton putih. Yuki terperangah tidak percaya. Ternyata mereka menghilang karena hal ini. Yuki masih berdiri mematung. Menatap lekat ke arah Stefan. Stefan dan lainnya berdiri beberapa meter dari tempat Yuki berdiri. Perlahan Gio membuka kartonnya. Disana bertuliskan 'Will'. Selanjutnya Nina, yang membawa tulisan 'You'. Lalu diikuti dengan Chika dan Verrel yang bertuliskan 'Be' dan 'Mine?'. Mata Yuki membaca dari kata pertama, Will You Be Mine? Yuki tersenyum kecil. Ia tidak bisa menahan rasa terkejutnya. Stefan berjalan mendekati Yuki dan memberikan buket bunga mawar pada Yuki.
"Yuki...aku..." Yuki langsung memeluk Stefan. Memeluknya erat. Hingga tidak ada jarak antara keduanya.
"Bodoh," desis Yuki. Stefan tersenyum.
"Maaf, aku udah buat kamu nunggu." ujar Stefan pelan.
"Aku tahu kamu pasti kembali. Makanya aku tetap nunggu, meskipun aku ngga tahu kapan kamu akan kembali." ujar Yuki. Stefan semakin mengeratkan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
RomanceSaat engkau mencintai seseorang, katakanlah... sebelum akhirnya ia pergi dan kau menyesal...