Part 18

1.6K 152 0
                                    

Setelah dari mall, Yuki dan Stefan pergi ke cafe Gio. Disana Gio dan lainnya sudah menunggu. Mereka bertemu untuk makan siang. Yuki dan Stefan jalan beriringan sambil tertawa bahagia.

"Yuki is back..." gumam Max sambil tersenyum.

"Udah berapa lama kita ngga liat dia ketawa kayak gitu," ujar Chika. Nina dan Gio hanya tersenyum menanggapi perkataan Max dan Chika.

"Kali ini ngga ada lari lagi dari acara makan siang. Aku udah capek masak buat kalian," ujar Nina saat Yuki dan Stefan tiba di meja mereka. Stefan tersenyum geli menanggapi Nina. Sedangkan Yuki mengangguk mantap. Mereka pun menikmati makan siang bersama sambil berbincang-bincang.

"Oh iya, guys. Kalian masih ingat Ali dan Prilly, ngga?" tanya Nina. Semuanya tampak berpikir. Mengingat semua teman-teman mereka. Mencari mana yang bernama Ali dan Prilly.

"Aku ingat. Pasangan abadi sepanjang masa, iya kan?" ujar Yuki mengingatnya.

"Yup. Hari ini mereka tunangan. Mereka ngundang kita semua untuk datang ke acara pertunangannya malam ini," ujar Nina. Chika dan Yuki saling berpandangan. Kemudian mereka tersenyum penuh arti dengan menaikkan kedua alisnya. Gio dan Max mulai memasang wajah kesal. Hanya Stefan yang terlihat masih bingung.

"Ada apa?" tanya Stefan pelan. Lebih tepatnya seperti berbisik pada Gio. Gio dan Max mengajak Stefan untuk menunduk.

"Gawat! Kalo udah ada pesta, kita yang akan repot," ujar Max pelan.

"Kenapa?" tanya Stefan.

"Liat aja nanti," ujar Gio pelan. Stefan semakin dibuat bingung dan penasaran. Memangnya apa yang akan terjadi nanti?

= * =

Stefan, Gio, dan Max berdiri sambil melipat kedua tangan mereka didada. Memandangi ketiga gadis yang tengah sibuk memilih gaun. Hampir 2 jam mereka berdiri, menunggu ketiga gadis itu memperlihatkan gaun mana yang pas untuk mereka kenakan. Chika mencoba gaun pendek selutut berwarna hitam dengan hiasan diamond di sekitar lehernya. Ia berdiri di hadapan ketiga cowok keren nan tampan yang setengah mati dehidrasi karena sudah menunggu terlalu lama.

"Gimana? Cocok ngga?" tanya Chika.

Ini adalah gaun kesepuluh yang diperlihatkan Chika pada ketiga cowok itu. Mereka memandangi Chika dari atas hingga bawah. Seperti diberi aba-aba, mereka kompak menggeleng serempak. Kontan wajah Chika manyun. Ia pun kembali lagi ke kamar ganti. Sekarang Nina yang berdiri dihadapan ketiga cowok itu. Nina mengenakan gaun merah muda panjang dengan atasan tanpa lengan. Nina tersenyum memperlihatkan gaunnya. Lagi-lagi ketiga cowok itu menggeleng serempak. Nina menatap mereka tajam. Ini gaun yang kesembilan yang Nina kenakan. Namun tidak ada yang cocok menurut ketiga cowok itu.

"Kenapa??" tanya Nina tajam.

"Too low class," ujar Max.

Stefan dan Gio mengangguk menyetujui. Nina pun segera kembali ke kamar ganti. Kini giliran Yuki. Ia mengenakan gaun berwarna merah dengan lengan panjang namun belakangnya terbuka hampir sepinggang.

"Gimana? I think this perfect!" ucap Yuki semangat. Ketiga cowok itu terdiam. Stefan berjalan mendekati Yuki. Kemudian ia melepas jasnya dan mengenakannya pada Yuki. Lebih tepatnya menutupi area terbuka gaun itu.

"Kamu mau jadi pusat perhatian, heh?" tanya Stefan sinis. Yuki mengerjapkan matanya berulang kali, tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"Cepat ganti!" perintah Stefan.

Yuki pun berbalik ke kamar ganti. Yuki menjadi pemecah rekor. Ia sudah mencoba duapuluh gaun hari ini. Ketiga cowok itu benar-benar dibuat frustasi oleh perilaku ketiga gadis itu. Stefan tidak tahan menunggu lebih lama lagi. Ia berjalan mendekati ketiga gadis yang masih sibuk memilih gaun.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang